Zhang Qiling diam dalam keheningan setelah Xie Yuchen pergi meninggalkan rumahsakit. Hanya ada dirinya sendiri dan Pangzi yang terbaring lemah seperti orang mati. Mata almond tipisnya agak bergetar menatap dengan lirih dalam kesedihan yang sunyi. Ia takut Pangzi benar-benar mati, Ia juga lebih takut terjadi sesuatu pada Wu Xie. Berdasarkan informasi Xie Yuchen, Wu Xie sudah menghilang paling tidak selama 5 tahun, kemana Ia pergi sebenarnya dan kenapa Ia harus pergi.
Zhang Qiling tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri, meskipun Ia terus menyangkal bahwa Wu Xie mungkin sudah mati, Ia tak akan pernah menerima itu. Jika benar-benar terjadi sesuatu yang buruk pada Wu Xie, Ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Perlahan hatinya mulai semakin sakit setiap kali Ia melihat Pangzi yang terluka begitu parah. Jika Pangzi terluka sampai seperti ini, lalu bagaimana dengan Wu Xie.
Zhang Qiling seolah berada di sebuah sudut abu-abu dimana Ia tak tahu apakah dirinya benar atau salah. Ia sama sekali tak bermaksud meninggalkan Wu Xie selama itu, Ia hanya ingin mengganti 10 tahun yang tak ada artinya bagi dirinya dengan kehidupan Wu Xie yang berharga. Jujur saja, Ia masih ingin melihat Wu Xie selama yang dia bisa, selama yang Wu Xie bisa, bahkan ketika rambutnya mulai memutih dan kulitnya mengeriput. Apa yang sudah terjadi dengan Wu Xie sampai Ia rela pergi jauh ke Medog, negara Nepal yang tak pernah di datanginya, tempat yang jauh dan sepi.
Zhang Qiling berkedip, matanya hampir berkaca-kaca dengan ekspresi kesedihan yang tak terlukis dalam wajahnya yang tenang. Angin kecil berhembus, seseorang akan datang dalam beberapa saat. Langkah yang ringan, kecil dan teratur.
Ceklek!
Seseorang baru saja masuk ke ruangan Pangzi, sekilas langkah dan cara bergerak orang itu mirip dengan Wu Xie, hanya sedikit, meskipun begitu Zhang Qiling tak bergeming, Ia sama sekali tidak menoleh.Sementara itu seorang pemuda yang berusia sekitar 20an ke atas baru saja masuk. Ia memakai kemeja pendek berwarna cokelat muda dan celana panjang sambil membawa tas selempang yang menggantung di tubuhnya. Anak itu benar-benar agak mirip Wu Xie. Mungkin dialah orang yang dikatakan Xie Yuchen.
Pemuda itu berdiri di ambang pintu, matanya menyapu ruangan dengan ragu-ragu, Ia tampak gugup saat matanya bertemu pandang dengan seseorang berpakaian serba hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya beserta dengan pedang yang ditutup kain hitam di belakang punggungnya. Orang itu sangat pendiam dan terkesan acuh yang matanya hanya menatap Pangzi tanpa mengatakan apapun.
"Siapa anda?" tanya anak itu mendekat selangkah
Zhang Qiling tetap diam, tubuhnya seperti patung yang tidak bergerak sedikitpun.
Suasana itu membuat si pemuda menjadi lebih canggung, Ia berjalan ke sisi sebelah Pangzi untuk melihat wajah orang itu. Wajahnya tampan dengan mata almond tipis, hidung mancung dan tatapan dalam yang belum pernah dilihatnya sama sekali, ditambah sifatnya pendiamnya yang membuat si pemuda kecil langsung mengenali siapa orang yang sedang duduk di samping Pangzi. Jika saja Wu Xie tidak mengatakan bahwa umur Zhang Qiling sudah lebih dari satu abad, mungkin Ia tak percaya bahwa orang di depannya ini benar-benar sudah tua dan terawetkan.
Mereka bertemu pandang, mata pemuda itu terbelalak ketika melihat dengan jelas wajah itu, Ia terkejut sampai bibirnya setengah menganga, sedikit lagi memastikan bahwa orang di depannya adalah orang yang sama dengan yang selama ini dikatakan oleh Wu Xie, Zhang Qiling.
"Apakah anda Zhang Qiling?" tanya anak itu guguk setengah senang, setengah takut.
Zhang Qiling masih tak menjawab, Ia bahkan tak berkedip dan terus menatap anak itu seolah sedang bertanya siapa dia.
"Anda benar-benar Zhang Qiling?" ucapnya lagi, Ia lalu melihat kedua ujung jari telunjuk dan jari tengah Zhang Qiling, "persis seperti yang dikatakan si rubah tua-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sound of the Emptiness
Fanfiction"Untuk melupakan seseorang, hal pertama yang harus dilupakan adalah suaranya." "Untuk mengingat seseorang, hal pertama yang harus diingat adalah matanya." Sepuluh tahun sudah berlalu, Zhang Qiling akhirnya melangkah keluar dari Gerbang Perunggu. Ket...