Hirdaya
Lara...
Secuil kata penghancur kalbu
Gonggongan nestapa pemanggil derai
Buihan air mata menerawang dirimu
Menepikan asa pengasuh piluHai, apa kabar ?
Aku Lara, pengusik dirimu kala itu
Pengukir senyum mu tatkala sendu
Penafsir semu di hujung waktu
Di saat, segalanya tentangmu adalah akuBermilyar kata telah berhasil kau dawamkan
Beribu janji, juga kau uraikan
Namun, apakah ini hasilnya ?
Bercak darah yang tak kasat mata
Telah berhasil memenuhi jiwakuApakah kau sadar, sayang ?
Hunusan pisaumu telah menepati sasaran
Hal yang sangat ku lindungi kian lamanya
Yang awalnya...
Aku mengira dirimulah pelindungnyaRagaku berjalan, namun jiwaku terkapar
Senyumanku terukir begitu indah
Namun, hatiku hancur terpecah belah
Apakah aku yang kala itu kau sebut pemenang
Kini hanya menjadi suatu insan terkenang ?Ah !
Ya, segala sudut memang menyalahkanku
Bahkan diriku sendiri ? Mungkin...
Beribu jari telunjuk memusat ke arahku
Gelak tawa menghunus pendengarankuDan ?
Salah satunya adalah dirimu, Tuan ?
Kata maaf mu hanyalah penambah lara bagiku
Ungkapan yang awalnya terkesan begitu manis
Kini hanyalah kata sisa yang sangat ambigu.Selamat, nyatanya kau memang pemenang
Bagaimana rasanya menjadi pembual handal ?
Tenanglah, aku akan selalu mengenangmu
Sebagai manusia paling berjasa di muka bumi ini, terutama dalam hal menghancurkanku.