"Kai-ya .... mau berciuman tidak?"
Dengan wajah memerah tanpa rasa bersalah, Yerim memandangi Kai dengan mata yang berbinar.
"Aku mau menciummu!"
Yerim tiba-tiba menarik leher Kai untuk melangsungkan keinginannya, akan tetapi dia gagal. Pemuda itu terlalu gigih untuk menundukkan kepala walau sebentar. Gadis itu geram, menatap tajam dengan ekspresi marah. Namun pemuda itu justru tertawa karena perilakunya.
"Makanya aku tak suka kalau kau mabuk-mabukan."
Yerim meracau tidak jelas, Kai memilih untuk mengabaikan apa yang gadis itu inginkan. Hangat matahari mulai terasa, awan gelap pelan-pelan mengeluarkan nuansa jingga. Dia memilih untuk membawa gadis itu masuk. Dia mulai lelah setelah bangun terlalu pagi, jadi sebaiknya mereka beristirahat.
"Kai ... kau sangat tampan, kau tahu?"
Seorang Kai hanya bisa menghela napas karena kelakuan Yerim ketika mabuk. Dia pernah melihat ini sebelumnya, hingga ia tak lagi terkejut. Dia tahu kalau gadis itu akan sangat banyak bicara dan kebanyakan semuanya adalah hal yang akan dia sesali, jadi pemuda itu akan membiarkannya, menganggap yang dia katakan hanya racauan belaka.
"Kalian semua tampan, tapi kau berbeda. Kau pria yang baik. Kau menghargai wanita. Kau tidak pernah bicara buruk tentangku. Kau juga selalu menganggapku sebagai adikmu. Berkatmu, aku merasa di rumah."
"Kau memujiku hanya saat mabuk saja. Kenapa tidak pernah berkata begitu saat kau sadar?"
"Ayo berciuman!"
Kai memilih sofa sebagai destinasi paling tepat, karena dia tak mau membawa Yerim ke kamar. Gadis itu dibaringkan, dia langsung mempernyaman dirinya sendiri. Pemuda itu menyelimutinya dengan selimut yang dia bawa dari kamar.
"Kai-ya .... "
"Kenapa kau belum tidur?"
"Kau tidak suka aku, ya?"
"Kenapa bertanya begitu?"
"Kau tidak mau menciumku. Kau juga tidak mau tidur denganku. Padahal kau kan punya tiketnya. Kau tidak bernafsu padaku? Apa kau tidak suka perempuan yang dadanya besar?"
Kai tidak henti-hentinya tertawa. Yerim meracau dengan sangat tak terkendali, kata-katanya terlalu frontal. Itu sangat menggelikan sekaligus mengundang bulu kuduk untuk merinding. "Kalau aku jelaskan kau juga tidak akan ingat, kan?"
"Tapi pasti akan sangat menyenangkan kalau kau yang menyukaiku."
Kai memilih untuk duduk di lantai, bersandar di sofa yang dibaringi Yerim. Sambil mengusap wajah gadis itu dengan lembut, dia menempatkan dagunya di sofa. "Siapa yang berkata aku tidak suka padamu? Kukira kita sudah pernah membahas ini dulu." Pemuda itu tersenyum lebar, "kenapa? Apa Taehyun dan Jay tidak cukup? Choi Bomin dan Hwang Hyunjin, masih kurang?"
"Kalau Kai pasti akan sangat lembut padaku, kan?"
"Aduh, konteksmu terlalu rancu." Dia menggaruk kepalanya. "Kau harus sehat saat bangun nanti atau Heeseung Hyung akan memarahiku. Atau lebih buruk, kau membuat kehebohan lagi. Aku tidak mau kau menyesalinya."
Sebelum Yerim berbicara lebih banyak, pemuda kaukasia itu memilih untuk merebahkan kepalanya di sofa. Tangannya pelan-pelan mengusap kepala Yerim agar dia cepat tidur. Biarlah dia mengalah untuk tidur di sana. Sofa tidak muat untuk dua orang. Dia bisa saja kembali ke kamar, tetapi dia enggan. Dia akan bertanggung jawab karena telah membiarkan Yerim minum lagi.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...