Hujan Desember Lalu

1 0 0
                                    

"oh my heart wont believe that you have left me....."

HUJAN yang turun sepagi ini membuatnya tersadar. Ia buka kedua matanya, meraba dalam gelap. Matanya telah terbuka. Telinganya mendengar suara hujan yang bermain diatas genting. Dalam keremangan fajar, ia dengar suara adzan di kejauhan. Lagu itu masih mengalun pelan dari radio yang terus berteriak sepanjang malam. Hadapilah kenyataan, tidak ada yang diharapkan lagi dalam hidup ini.


"i still remember you... i love you..."

Sementara itu disudut kota yang lain, seorang perempuan berjalan dengan payung yang ia harap masih bisa melindunginya dari basah. Ia berjalan terus ke arah jalan besar. Tidak ada yang tahu perempuan itu membawa lara hati yang semakin pekat. Sepekat langit mendung pagi itu. Entah apa yang terjadi padanya. Apakah kekasihnya telah pergi? Atau malah dia sendiri yang memutuskan kekasihnya? Hanya hujan ini yang tahu pasti-selain Tuhan.

Mulutnya hanya komat-kamit menyanyikan lagu dari iPod yang tergantung di lehernya. Lagu apakah yang ia dendangkan? Lagu hati yang luka kah? Tidak ada yang tahu lagi pastinya. Ia berjalan seperti merasakan hujan adalah temannya. Hujan semakin deras. Ia masih terus berjalan.

Berjalan dalam hujan. Menatap kabut di kejauhan. Menembus angin kerinduan yang basah.


Pegangsaan Dua, 23 Desember 2008

* dibuat untuk mengenang hujan yang turun setahun yang lalu


Surat Buat Ninda dan Hal-Hal yang Tak SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang