Juli 2014
Aku menatap kardus-kardus yang bertebaran di lantai kamarku dengan frustasi. Sudah satu jam ku berkutat untuk memindahkan pakaianku ke dalam lemari yang berada di pojokan kamar. Lemari sialan. Aku kesulitan untuk menata pakaianku sebanyak tiga kardus di lemari ini. Masih tersisa satu kardus kecil yang berisi kaos oblong untuk dimasukan ke dalam lemari.
"Mungkin aku harus membeli lemari plastik." Pikirku, pasrah dengan keadaan lemari yang sudah padat.
Selain keterbatasan lemari, sebenarnya aku cukup puas dengan fasilitas yang diberikan di kosan ini. Wifi, kamar mandi dalam dengan air panas, kasur spring bed, TV LED yang tersambung dengan TV kabel, dan AC sudah menjadi fasilitas standard di kosan ini. Harganya cukup mahal, sekitar satu setengah juta rupiah perbulan, namun cukup murah jika dibandingkan dengan kosan lain di bumi pasundan ini yang memiliki fasilitas yang sama.
Di kostan ini aku berdua dengan sepupuku, namanya Adrianna atau biasa dipanggil Anna. Aku dan Anna satu kampus, namun Anna lebih tua setahun dari aku sehingga dia masuk lebih dahulu.
"Nadya, beneran nih nggak mau dibantu?" ucap Anna yang melongok dari pintu kamar.
"Beneran kok. Ini barang-barang gue, masa lu yang beresin." Sebenarnya aku ingin sekali bantuan dari Anna. Hanya saja pacarnya, Adam, sedang berada di kamarnya. Aku tidak ingin mengganggu mereka berdua.
"Oke. Kalau butuh bantuan bilang aja ya. Gue di kamar aja." Ucap Anna sambil menunjuk kamar di seberang kamarku. Kamar Anna memang berada tepat di depan kamarku.
Aku menutup pintu kamarku begitu Anna masuk ke dalam kamarnya. Aku melanjutkan menata meja belajarku. Laptop dan printer kutaruh diatas meja. Tak lama meja belajarku dihiasi oleh beberapa bingkai foto. Foto-foto sahabatku waktu liburan ke Bali akhir tahun lalu, foto bersama Ayah, Ibu dan Kakakku Alvin ketika pulang ke kampung halaman lebaran tahun lalu. Foto lainnya adalah saat aku bersama dengan pacarku, Rio. Rio adalah teman semasa kecil dan menjadi pacarku ketika kami menginjak kelas dua SMA. Kini kami menjalani hubungan long distance relationship, karena Rio lebih memilih mengambil kuliah di universitas yang berada di Jakarta.
Sudah dua jam kuhabiskan waktu untuk menata kamarku. Cukup melelahkan untuk merapikan kamarku. Badanku berkeringat hingga membuat tank top yang menempel di badanku basah. AC yang menempel di dinding kamar tampaknya perlu diservis karena tidak terlalu dingin. Keringat membuatku tidak nyaman. Aku membuka bajuku hingga menyisakan bra dan celana dalam renda warna beige.
Drrt.. Drrt..
HP-ku bergetar, kulihat ada panggilan dari Rio. Dia adalah pacarku.
"Hai sayang." sapaku
"Hai Nadyaku sayang. Gimana di Bandung? Enak ngga?" tanya Rio.
"Lumayan say, orangnya disini ramah-ramah. Kamu gimana di Jakarta? Udah dapet kosan?"
"Belum dapet kosan yang bagus say. Ini masih nginep di rumah saudara. Tapi tanteku ini nawarin buat tinggal di kosannya dia di deket kampus. Cuma harus nunggu sebulan lagi ada yang keluar kosan."
"Terus kamu sebulan kedepan mau tidur dimana? Di rumah tante kamu?"
"Iyah kayaknya Nad. Aku mending ambil tawaran tante aku. Dapet fasilitas lengkap disana. Terus dapet potongan lagi."
"Wah enak dong say, disini kosan mahal banget dong.. Fasilitas standar aja dapet satu setengah juta. Mana dapet kamar di lantai tiga lagi.. huhuhu..."
"Ya ngga beda jauh sama disini lah sayang. Disini juga sekitaran segitu.. Kamu udah beres-beres kamar?"
"Udah nih, baru aja beres.. Sekarang lagi kepanasan.. "
"Loh bukannya disana tuh adem ya? Dapet AC kan?"
"Iya tapi kayaknya harus diservis AC-nya, nggak dingin. Lagipula kan sekarang lagi siang bolong."
"Wahh gimana ya. Bilang sama yang jaga kosan atuh, biar di servis sama dia."
"Iyah nanti deh. Sekarang mah masih keringetan. Ini aja aku lagi ngga pake baju. hihihi.."
"Wah ngga pake baju? Foto doong.."
"Huu dasar. Langsung semangat denger aku ngga pake baju. Hihihi.."
"yaa namanya juga kangen atuh sayang.. Kan udah sebulan ngga 'singgah'.."
"Dasar mesum ihh. Udah jangan dipikirin terus. Nanti kepengen lagi. Kan lagi ngga bareng aku.."
"Hehehe. Iyaa.."
"Awas lo kalo sampe maen sama cewe lain."
"Iyaa sayaang.. Eh kamu ngga mandi?"
"Ini mau mandi, tapi kamunya keburu nelepon.."
"Oohh.. Sok atuh mandi dulu. Atau mau aku mandiin?"
"Uuh dasar.. Udah ah aku mandi dulu. Ngga enak nih lengket semua badan aku.."
"Kok bisa lengket? Kan ngga aku 'semprotin'.."
"Lengket gara-gara keringet sayaanggkuu yang mesuumm.. Udah ah lanjut nanti. Aku mandi dulu."
"Hiihihi.. Iyaa dehh.. Dahh sayangku.. Muaach"
Aku beranjak dari kasurku menuju lemari yang berada di pojokan kamar. Aku memandangi cermin yang menempel pada pintu lemari. Aku tidak pernah bosan untuk melihat kemolekan tubuhku. Tinggi badanku melebihi rata-rata cewek Indonesia yaitu 170cm. Badan yang ramping dengan ukuran dada yang cukup besar, yaitu 34C, ditopang oleh kaki jenjang. Disempurnakan oleh warna kulit putih bersih dan terawat.
Tidak sedikit lelaki yang ingin menjadi pacarku. Namun aku menjatuhkan pilihanku kepada Rio yang sudah menjadi teman sejak kecil. Aku bertemu dengan Rio saat kelas empat SD ketika dia baru pindah ke dekat rumahku. Kami berdua sering sekali bermain bersama, hingga Rio menyatakan cintanya kepadaku saat kelas dua SMA.
Aku pun beruntung memiliki Rio. Rio memiliki postur tubuh yang atletis dan muka yang cukup ganteng. Karena dia menjadi pemain basket di sekolahku, dia memiliki tubuh yang tinggi. Aku pernah mengukur tingginya sekitar 180cm. Badannya cukup berotot, dadanya bidang dan perutnya sixpack. Wajar banyak cewek-cewek yang ingin menjadi pacarnya.
Aku dan Rio terbawa pergaulan anak muda zaman sekarang. Tanggal 12 September 2012, tepat saat hari anniversaryku yang ke enam bulan, aku menyerahkan mahkota cintaku kepada Rio. Aku terbawa nafsu ketika menonton sebuah film komedi dewasa. Namun aku tidak menyesalinya karena aku cinta pada Rio.
Kehidupan sex aku dengan Rio cukup memuaskan. Dia selalu bisa membuatku orgasme. Namun seringkali Rio tidak dapat lanjut ke 'ronde 2'. Namun itu cukup bagiku, bisa bercinta dengan orang yang aku sayang.
Kini aku telah sebulan tidak bertemu dengan Rio. Rasanya tubuhku ingin dijamah kembali oleh Rioku tersayang. Tak terasa tangan kiriku meremas payudaraku yang masih tertutup bra dan tangan kananku bergerak di selangkanganku. Kuusir pikiran kotor dari otakku dan kembali ke tujuanku semula, mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Girl, Bad Girl
RomansaDear my lovely readers, Cerita ini adalah fiksi, bukan realitas. Nama-nama, karakter, tempat, dan kejadian adalah imajinasi penulis. Cerita 'Good Girl, Bad Girl' adalah cerita dewasa. Sudah sepantasnya yang pembaca berusia 18+. Cerita ini juga dipub...