CHAPTER 5

12.8K 122 2
                                    

Aku mengetuk pelan pintu kamar Reza. Karena tidak ada jawaban, aku langsung masuk. Sejak kemarin memang aku sering bolak-balik keluar masuk kamar Reza. Bukan maksud apa-apa, tapi sakit Reza karena aku juga yang membuat dia pergi malam-malam tidak pakai jaket.

Reza masih tertidur sambil memeluk guling ketika aku masuk. Kupegang kepalanya untuk mengecek panas badannya. Tampaknya dia sudah lebih baik, tidak demam. Aku membawakan bubur ayam hangat untuk Reza. Bubur ini aku masukan magic jar untuk tetap hangat setelah Reza bangun.

"Hmm.. Naddd.." kutolehkan wajahku ketika Reza memanggilku. Tapi dia masih terlelap. Dia mengigau.

Aku geli. Mimpi apa dia sampai mengigau memanggil namaku. Aku mengelus rambutnya pelan.

"Naadd.." dia mengigau kembali. Tubuhnya bergerak dari tidur miring sambil memeluk guling jadi terlentang. Aku terhenyak. Penis Reza mengacung dengan tegaknya di balik celana boxer.

"Apa dia lagi mimpiin aku yang jorok-jorok ya?" pikirku geli.

Entah berapa detik aku memandangi 'tower' yang ada di selangkangannya. Aku mengira-ngira ukurannya Reza. Kelihatannya sedikit lebih besar daripada milik Rio.

Aku tak tahan untuk memegangnya.

Kulirik Reza yang kini masih terlelap. Bahkan kini dia mendengkur pelan. Mungkin tak apa kalau kupegang sedikit. Namun aku ragu, takut bila tiba-tiba Reza bangun atau ada orang lain masuk kamar dan memergoki aku sedang memegangi batang kemaluan Reza.

Tapi aku gemas.

Entah aku dirasuki apa hingga aku berani untuk memegang penisnya. Kuraba bagian luar boxernya. Penisnya mengangguk pelan tapi Reza masih terlelap. Kuremas pelan batang penisnya. Aku merasakan kalau penisnya cukup besar. Aku melanjutkan gerilya dengan membuka bagian depan boxernya hingga penisnya itu menghirup udara bebas.

"Wow. Besar.." aku menatap 'tower' itu. Ini kali kedua aku melihat penis laki-laki secara langsung. Yang pertama adalah milik Rio.

Aku menyingkapkan celana boxernya. Kedua tanganku kini bisa memegang penis Reza. Aku bisa melingkarkan jari-jariku yang lentik di batang penis dengan sempurna. Aku menggerakan pelan tanganku dari atas ke bawah sambil menatap Reza yang masih tertidur.

"Mungkin aku emut dikit gapapa kali ya.." pikirku.

Aku masukan kepala penisnya ke dalam mulutku dan langsung mengeluarkannya lagi. Kepala penisnya kini mengkilap oleh air liurku. Aku memasukan lagi ke dalam mulutku. Kini lebih dalam.

"Ugh susah juga. Terlalu penuh di mulutku" pikirku. Aku berusaha agar penisnya tidak mengenai gigiku.

Kugerakan kepalaku dari atas kebawah hingga berulang kali. Tak lupa aku menghisap pelan. Terkadang aku tersedak karena terlalu dalam memasukannya. Beberapa kali kugerakan lidahku di sekeliling kepala penisnya.

Kini seluruh batang penis Reza sudah basah oleh air liurku. Batangnya menjadi licin hingga memudahkan untuk menggerakan tanganku. Aku mempercepat kocokanku sambil menatap Reza yang masih tertidur.

Sementara tangan kananku mengocok penisnya, aku merasakan ada yang aneh di selangkanganku. Aku meraba hotpants yang aku pakai. Sedikit basah di bagian lubang vaginaku. Aku menyelipkan tanganku ke dalam hotpants dan meraba ke daerah vagina. Vaginaku sudah banjir!

Aku meraba klitorisku pelan, lalu jari telunjuk dan jari tengah aku masukan ke dalam vaginaku. Aku menggelinjang pelan. Ada sensasi geli ketika menggerakan jari di dalam vaginaku.

"Aahh Nadd..." Reza kembali mengigau.

Batang penis Reza terasa sedikit berdenyut. "Asik juga ngejailin Reza kalau lagi tidur." Aku kembali mengoral penis Reza. Kini aku sedikit mempercepat kulumanku.

Good Girl, Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang