Nanon memutuskan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai, ia memilih untuk singgah di cafe kecil yang bersuasana vintage, meja dan kursinya masi terbuat dari kayu, papan menu yang masi khas tahun 90 an membuatnya sedikit lebih tenang.
Ia memesan coffe latte dan kue berry yang paling best seller di cafe itu. Mengeluarkan semua alat tempur dan mulai fokus untuk mengerjakan pekerjaannya. Terlihat santai namun serius.
:
:
:
:
:
:
"Adem banget ya di sini" ucap chimon sambil mengayunkan kedua kakinya secara bergantian. Matahari yang mulai terbenam memancarkan cahaya kuning ke orenan yang siap menarik perhatian semua orang."Matahari nya cantik banget" timpalnya. Perth tidak menggubris perkataan chimon barusan, ia hanya fokus pada matahari di sebelahnya ini, selalu indah jika di pandang mata. Senyumnya indah, bulu matanya lentik, kulit nya putih, hidungnya mancung dan bibir yang tebal.
Tanpa di sadari senyuman manis terukir jelas di bibirnya, dan dengan tiba-tiba jemari perth mulai menyentuh surai hitam milik chimon, menepikan rambut yang mulai menutupi wajah cantik orang di sampingnya.
Pandangannya kepada chimon sangat sulit di artikan. Cantik banget semesta lo ya, perth?
"Cantik" ucap perth.
"Matahari nya ya?"
"Bukan"
"Terus?"
"Lo, lo yang cantik" chimon mengalihkan pandangannya menjadi ke arah perth, ia melihat manik wajah orang di depannya dengan tatapan penuh dengan keheranan, kata yang hampir hilang dari ingatan dan pendengaran nya.
Mata yang mulai berkaca-kaca dan bibir yang sedikit bergetar menahan tangis. Sedikit aneh namun ada rasa senang yang muncul di hatinya.
"Nangis aja, sayang, gue selalu ada di sini buat lo" perth memeluk tubuh kecil chimon, membiarkan anak itu menangis di pelukannya. Ini semua salahnya, membiarkan anak cantik di depannya ini membuka kembali masalalu yang membuatnya trauma.
Perth mengusap air mata chimon, pandangan mereka saling bertemu satu sama lain. Sedikit gugup tapi inilah yang sangat chimon inginkan, bisa kembali melihat mata cantik milik perth yang selalu ia idamkan.
🖤💛
Mereka berdua duduk di cafe yang tidak jauh dari tempat itu, pemandangan yang sangat menyejukkan, semilirnya angin dari laut membuat rambut mereka bergerak kesana kemari. Matahari yang sudah sepenuhnya tenggelam bergantian dengan bulan yang bersinar terang di langit malam, bertabur bintang yang gemerlapan.
Perth diam-diam memfoto chimon yang sedang asik menatap bulan di langit, dengan senyum manis chimon, ia berhasil menghiasi foto yang baru saja di ambil oleh perth.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, masi ada banyak orang di cafe.
"Perth, dingin" ucap chimon sambil memeluk lengannya. Perth tersenyum kemudian ia memberikan jaketnya di punggung chimon untuk mengurangi rasa dingin yang ia rasakan. "Habis ini pulang ya? udah malem soalnya" chimon mengangguk sambil memasukkan sesuap kue ke dalam mulutnya.
Chimon sedikit berat udah meninggalkan cafe itu, rasanya ia sangat nyaman saat berada di sana. Padahal chimon bukan tipe anak yang suka dengan tempat yang ramai tapi ntah kenapa ia sangat nyaman sekali di situ.
Perth yang mengetahui chimon masih tertinggal di belakangnya berinisiatif untuk menggandeng tangan anak itu. Ia bisa menebak dari raut wajah chimon jika ia tidak mau pulang, ia masi ingin di situ untuk menikmati suasana atau makanan lainnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali bertemu tapi tidak untuk bersatu (perthchimon) END
Teen FictionJika kamu air lautnya maka aku ikannya, Jika kamu langitnya maka aku senjanya, Jika dunia tidak menerima maka kita tidak akan bisa bersama.