halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!
⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIRhappy reading!
•••Caramela menatap pantulan wajahnya di cermin toilet sekolah.
Penampilannya saat ini begitu kacau - rambut berantakan, pipi kanannya memerah dengan jejak tamparan. Dan matanya basah karena air mata.
Flashback On.
Caramela duduk sendirian di bangku taman sekolah yang mulai sepi, menunggu Elvio selesai dengan urusannya.
Tapi ketenangannya tidak berlangsung lama. Suara langkah kaki terdengar mendekat, dan sebelum sempat menoleh, empat perempuan sudah berdiri di hadapannya.
Siska, dengan tatapan sinis, berdiri paling depan, diapit oleh tiga temannya - Linda, Putri, dan Zelia.
"Hai Caramela, kok sendirian sih?" Siska berbicara dengan nada manis yang palsu, senyum miringnya penuh ejekan.
Caramela langsung merasa ada yang tidak beres. Ia berdiri, bersiap pergi, tapi Linda dengan cepat mencengkeram lengannya.
"Kita ngobrol dulu, yuk," kata Linda dengan nada dingin.
Sebelum Caramela sempat membalas, Siska memberikan isyarat, dan dalam sekejap, mereka menyeretnya ke dalam gedung sekolah yang sudah mulai lengang.
Toilet sekolah menjadi tujuan mereka.
Caramela berusaha melepaskan diri, tapi Zelia dan Putri menggenggam kedua lengannya erat. Lalu Siska menutup pintu toilet dengan santai, dan berbalik menatap Caramela dengan ekspresi penuh amarah.
"Lo budek atau goblok? Waktu itu gue pernah kasih peringatan keras buat lo untuk gak deket sama Pak Afkar, kan?" tanya Siska tajam.
Caramela menatapnya Siska dengan tatapan berani, mencoba untuk terlihat tidak takut. "Jadi, karena itu lo nyeret gue ke sini?"
Tamparan keras langsung mendarat di pipi kanannya, membuatnya terhuyung.
Panas menjalar di kulitnya, tapi sebelum bisa merespons, tangannya ditarik kasar, dan rambutnya dijambak ke belakang oleh Linda.
"Aduh, sok polos banget sih," kata Putri sambil tertawa.
"Lo pikir, lo siapa, hah? Pak Afkar itu gebetan gue, dia punya gue!" suara Siska semakin naik.
Caramela menahan napas, mencoba mengendalikan perih di kulit kepalanya. "Gue sama Pak Afkar gak ada hubungan spesial," katanya dengan pelan.
"Bullshit!" Siska makin kesal, menjambak rambut Caramela lebih kuat sebelum melepaskannya dengan kasar.
Caramela hampir terjatuh, tapi mencoba menyeimbangkan tubuhnya. Ia sedang hamil, kalau terjatuh, bisa bahaya.
"Lo pikir bisa seenaknya deket sama Pak Afkar? Dasar cewek murahan," maki Siska.
Caramela menggigit bibirnya, menahan rasa sakit dan juga kemarahan. Ia ingin melawan, ingin membela diri, tapi jumlah mereka terlalu banyak.
Setelah puas melampiaskan amarahnya, Siska mendekat, menatap Caramela dari atas. "Ingat baik-baik, Caramela. Jangan pernah deket-deket sama Pak Afkar lagi kalau lo masih mau hidup tenang,"
Setelah itu, Siska dan gengnya meninggalkan Caramela yang terduduk di lantai toilet dengan tubuh gemetar.
Flashback Off.
"Caramela!"
Caramela terdiam.
Itu suara Elvio.
Laki-laki itu sedang mencarinya.
Caramela menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.
Tangannya dengan gemetar merapikan rambutnya yang kusut, menyeka pipinya, dan memastikan tidak ada jejak air mata yang tersisa.
Meski pipinya masih terasa panas akibat tamparan Siska, ia berusaha terlihat setenang mungkin sebelum keluar dari toilet.
Begitu pintu terbuka, matanya langsung bertemu dengan sosok Elvio yang berdiri di tengah koridor dengan wajah penuh kecemasan.
Dan begitu melihatnya, Elvio segera berjalan cepat mendekat.
"Caramela!"
Tanpa memberi kesempatan Caramela untuk berkata apa-apa, Elvio langsung memeriksa wajahnya. Tangan laki-laki itu terangkat, ibu jarinya menyentuh lembut pipi Caramela yang masih memerah.
Rahangnya mengencang, dan sorot matanya seketika berubah tajam.
"Siapa yang ngelakuin ini?" suaranya rendah, penuh ketegangan yang ditahan.
Caramela menelan ludah, mencoba menghindari tatapan tajam Elvio. "Aku baik-baik aja Om," jawabnya pelan.
Elvio bukan orang bodoh. Ia tahu betul ada sesuatu yang terjadi. Pipinya yang merah, rambutnya yang masih sedikit berantakan, dan ekspresi yang berusaha tenang namun jelas menunjukkan sisa ketakutan - semuanya terlalu mencurigakan.
Tapi Elvio tidak bertanya lebih lanjut. Ia bisa melihat Caramela masih terguncang.
Jadi, alih-alih memaksanya bicara, Elvio hanya menghela napas dan melembutkan suaranya. "Ayo pulang," ucapnya sambil meraih tangan Caramela.
•••
don't forget to vote n comment ‼️

KAMU SEDANG MEMBACA
Caramela (SELESAI)
RandomCaramela Start : 1/1/25 Finish : 18/2/25 ••• Deskripsi : Caramela selalu percaya bahwa hidupnya akan semanis namanya. Namun, dalam satu malam, segalanya hancur. Ia dipaksa menanggung luka yang tak terlihat, meninggalkan bekas yang tak akan pernah h...