Caramela • Part 36

89 21 0
                                    

halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!

⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIR

happy reading!
•••

Ting!

Caramela menatap layar ponselnya dengan mata melebar. Jari-jarinya gemetar saat membaca ulang pesan yang baru saja masuk.

"Saya Biantara. Apa kita bisa ketemu? Kita harus ngobrol,"

Darahnya terasa membeku. Bagaimana bisa Biantara memiliki nomornya?

Siapa yang memberitahunya?

Tidak mungkin laki-laki itu menemukannya begitu saja… kan?

Pikiran Caramela kalut. Dia menggigit bibir bawahnya, mencoba berpikir jernih.

Haruskah dia menemui Biantara? Atau lebih baik mengabaikan pesan itu dan berpura-pura tidak pernah menerimanya?

Caramela menarik napas dalam-dalam, lalu dengan tangan gemetar, ia mematikan layar ponselnya.

Tidak. Dia tidak akan menanggapinya. Tidak akan bertemu Biantara.

Jantungnya masih berdebar kencang, seakan ada bahaya yang mengintai dari balik bayangan.

Aura Biantara selalu membuatnya merasa terperangkap - gelap, misterius, dan menekan hingga sulit bernapas. Ia tidak ingin merasakannya lagi.

Tak lama, mobil Elvio berhenti tepat di depan Caramela, yang berdiri gelisah di trotoar. Ia memang sengaja menunggu di tempat yang agak jauh dari sekolah, menghindari kemungkinan bertemu dengan circle Siska.

Sudah cukup ia merasakan siksaan dari mereka, ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang sama lagi.

Begitu pintu mobil terbuka, Elvio menatapnya dengan heran. "Kamu kenapa Caramela? Ada yang ganggu kamu?" tanyanya.

Caramela menggeleng cepat dan masuk ke dalam mobil, menutup pintu rapat-rapat. "Ayo pergi dari sini Om, sebelum ada yang liat," gumamnya, suaranya hampir bergetar.

Elvio menatapnya sejenak sebelum menyalakan mesin dan membawa mobil melaju.

Suasana di dalam mobil terasa sedikit tegang, dan Elvio bisa merasakannya. "Kamu keliatan tegang dan panik. Jangan sungkan buat cerita Caramela,"

"Aku baik-baik aja, Om. Cuma emang agak capek,"

Lalu Caramela menatap ke luar jendela, kedua tangannya menggenggam erat tas di pangkuannya.

Haruskah ia menceritakan soal pesan dari Biantara?

Tak terasa, akhirnya mereka sampai di rumah setelah perjalanan yang lumayan panjang, membuat Caramela menghela napas lega.

Begitu mesin dimatikan, Elvio menoleh padanya. "Kalau capek, langsung istirahat,"

Caramela hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia membuka pintu mobil dan turun, namun sebelum sempat melangkah lebih jauh, Elvio menambahkan, "Dan kalau ada apa-apa, langsung kasih tau Om ya,"

Caramela menoleh, menatap laki-laki itu sejenak sebelum tersenyum tipis. "Iya, terima kasih Om,"

Lalu Caramela berjalan ke kamarnya dengan langkah gontai, tatapannya kosong. Hatinya terasa hampa, seakan semua yang ia miliki telah direnggut begitu saja.

Bagaimana bisa hidupnya berubah secepat ini?

Semua yang sudah ia rencanakan, semua yang ia impikan… hancur begitu saja hanya karena satu kejadian di malam itu. Malam yang ingin ia lupakan, tapi terus menghantuinya tanpa henti.

Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap lantai tanpa fokus. Dadanya terasa sesak, pikirannya kacau. Ia kehilangan arah. Tidak tahu harus berbuat apa.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Apakah ia harus terus bersembunyi? Sampai kapan?

Tangannya turun ke perutnya yang masih rata. Ada kehidupan kecil di dalam sana - dua bayi yang tidak berdosa, yang kini harus ia lindungi.

Tapi bagaimana? Ketika bahkan dirinya sendiri tidak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini?

Air matanya jatuh tanpa suara. Ia ingin kuat, tapi kenyataannya… ia begitu takut.

•••
don't forget to vote n comment ‼️

Caramela (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang