Prolog

127 2 1
                                    

Kamu membuka rak kabinet yang tergantung di dinding kuning cerah dapurmu. Tanganmu meraih toples kaca dan tempat gula di sebelah wadah mentega. Kemudian, kamu menyimpan keduanya di atas meja makan. Entah mengapa tanganmu terasa hangat. Apakah kamu sakit?

Senandung merdu yang begitu pelan telepas dari bibir tipismu. Kurasa itu lagu yang dirilis pada tahun 90-an, tapi aku tidak begitu yakin. Untuk ukuran usiamu yang masih awal 20 tahun, seleramu tua sekali. Masa bodohlah, melihatmu menari bersama angin mau tidak mau membuatku terhibur. Gerakanmu lucu. Rok putihmu berayun seirama. Kamu berputar seraya mendekati rak berisi cangkir dan mengambil cangkir favoritmu--sebuah cangkir berwarna broken white dengan untaian bunga mengelilingi tepinya. 

Aku melihat senyum di wajah ovalmu ketika kamu membuka toples kaca yang tadi kamu ambil. Kombinasi aroma pahit dan manis menguar memenuhi penciumanmu, membuatmu memejamkan mata sejenak. Aroma itu tidak pernah gagal membuatmu memutar ingatan yang sangat ingin kamu tinggalkan karena ia mewakili dengan tepat apa yang kamu rasakan saat itu: pahit dan manis.

Nostalgia itu. Kamu mendesah pelan.

Satu sendok teh kenikmatan dan satu setengah sendok teh gula pasir bersenyawa dalam panasnya air di dalam cangkir. Sambil menatap jauh ke suatu titik di luar jendela, kamu mengaduk-aduk minumanmu. Tetes-tetes air di jendela beradu cepat untuk sampai di dasar, begitu berlawanan dengan gerak lambatmu yang seakan ingin memperlambat waktu. Waktu pun memutuskan untuk bergerak lebih cepat karena malam sudah menggantung tanpa terasa.

Kini, satu hal yang sepakat denganmu adalah suhu. Bulu kudukmu berdiri, namun dinginnya suhu malam ini tidak bisa mengalahkan dingin yang terpancar dari kedua mata coklat gelapmu.

Kamu melangkah mendekati jendela dengan cangkir di kedua tanganmu. Caramu memegang cangkir terkesan seperti hidupmu saat ini bergantung pada hangatnya minuman yang kamu buat dua menit yang lalu.

Mungkin, hidupmu memang bergantung pada minuman itu. Tidak apa-apa, aku akan selalu hadir untukmu jika kamu menginginkanku ada. Kamu akan bisa menggenggamku setiap waktu, merasakan hangatku yang menenangkan, karena aku adalah minuman itu.

Perkenalkan, namaku secangkir coklat.

.

.

Huaaa. This is my first story on Wattpad! Please let me know what you think. Komentar konstruktif bakal sangat aku hargai. :) -Aci


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Atas Secangkir CoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang