Hallo, apa kabar?
Namaku Karina Damayanti. Orang-orang disekitarku biasa memanggilku Karina. Dari banyaknya orang,
mungkin hanya segilintir yang mengenalku, ketahuilah, aku bukan termasuk pribadi yang menutup diri, aku juga bukan termasuk pribadi yang hyperactive, dan sedikit bossy. Aku hanyalah seorang gadis SMA yang belum mempunyai gambaran untuk masa depan. Entah kapan semua itu akan berakhir.Omong-omong, kalau berbicara tentang dunia kepenulisan, aku sudah menyukai karya tulis sejak duduk di bangku sekolah dasar, dulunya ibuku adalah seorang penulis puisi dan pembaca puisi pada saat SMA. Beliau sering dikirim untuk lomba-lomba perwakilan kabupaten saat itu, dan oleh sebab itu aku mulai merasa tertarik menulis cerpen berkat membaca karya tulis ibuku yang mulai lapuk dimakan oleh waktu. Untung saja ibuku masih menyimpannya rapi di lemari kamarnya. Sedangkan ayahku adalah seorang pria yang penuh dengan kata-kata memotivasi. Sebentar, namun menggelegar. Tak heran jika segelintir kata-kata yang terucap darinya, sering ku masukan dalam naskah puisi atau cerita yang ku karang.
Awalnya terasa begitu sulit, belajar seorang diri rasanya ibarat kamu berusaha mencari cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti, begitu suram dan membuatku jemu. Ayah membeli komputer saat aku kelas 4 sekolah dasar, file-file ms.word sengaja kupenuhi dengan cerita yang kalau kubaca ulang sekarang, rasanya sungguh menggelikan dan membuatku hampir tak percaya bahwa aku pernah menulis seperti itu. Cerpen karyaku dulu tak ubahnya seorang anak kecil yang terlalu bermimpi, kalian tahu apa yang kutulis? Kebanyakan kisah putri yang tersesat di hutan, anak kecil yang ditinggalkan, seorang anak yang mencari orang tuanya, aneh dan membuatku meringis sendiri.Sebelum aku tahu ada sebuah media di dunia maya yang bisa mempublikasikan sebuah cerpen, aku sering mem-print tulisanku sendiri, kemudian mengumpulkannya dan membacanya ulang, berharap suatu saat ada sebuah majalah ternama yang merekrut ceritaku, tapi aku menunggu dan hal itu tidak pernah terjadi. Sampai kertas-kertas itu usang dan hilang. Lalu aku membuat sebuah akun facebook, melihat ada sebuah fanpage artis yang sedang mencari beberapa admin. Dan... aku bahkan tak tahu apa itu admin, mencari pengertiannya di google, bertanya-tanya pada temanku, dan aku merasa akulah anak kelas 6 SD yang kurang update.
Dan akhirnya aku diterima menjadi admin di beberapa fanpage. Aku mulai memposting karyaku disana.
Aku selalu memanfaatkan kesempatan dengan mengikuti lomba mengarang yang diadakan di jejaring sosial. Dengan hadiah pulsa sekitar 20ribu, aku sering memenangkannya. Yah, Walau cuma pulsa, namun aku senang, karena karyaku bisa diapresiasi oleh mereka.
Dari situ-lah, aku memulai belajar menulis dari awal lagi, belajar memperbaiki kesalahanku yang kemarin dan selalu ingin menjadi lebih baik di hari yang akan datang.Dulu, aku selalu merasa terbang tinggi kala seseorang memberiku pujian, meng-like-nya dan kesal saat ada yang memberikan kritik, sungguh, aku dulu seperti itu. Orang yang selalu merasa tidak pernah memusingkan pendapat orang lain, sering kali memilih mengabaikannya, asal kalian tahu itu. Tapi itu dulu.
Aku tak tahu sampai kapan aku senang menulis seperti ini, bagiku menulis sebuah cerita hanya untuk mengusir penat, menyalurkan isi hati, dan juga berbagi pikiran melalui tulisan, bukan untuk mengeruk keuntungan materil, atau untuk di perdalam lagi. Ada banyak hal yang ingin kuungkapkan, tapi kata-kata seakan tak bisa memvisualisasikannya, jadi kurasa cukup sekian saja. Dan aku merasa harus mengakhiri catatan ini.
- Karina Damayanti -