Udara terasa dingin. Aku menarik resleting jaketku dan mengeratkan pelukanku karena motor yang dikendarai Aga, orang yang memboncengku, semakin kencang. Aga adalah sahabatku. Karena dia berkulit hitam, aku sering memanggilnya "Item".
Rambutnya agak keriting dan salah satu kesukaanku adalah meremas rambut keritingnya karena gemas. Biasanya dia akan marah-marah, tapi aku tetap melakukannya dan akan masih tetap meremasnya sampai dia tertidur. Ku suka matanya yang belo tapi kecil, alisnya yang lumayan lebat, hidungnya mancung dan bentuk bibirnya yang unik, boleh dibilang ikal. Jadi bibir atasnya lebih ke depan mungkin akibat tertarik hidungnya yang mancung. Dan aku selalu menirukanya saat berbicara karena ketika dia bicara, apalagi bersungut-sungut, dia kelihatan sangat lucu.
Malam itu, entah kenapa dia mengendarai motor tak seperti biasanya. Dia melaju dengan kecepatan diatas 130 km/jam. Padahal biasanya kalau dia mengajakku jalan-jalan, biasanya di kecepatan 40-50-an. Akupun semakin merekatkan peganganku, takut kalau sampai terjatuh. Terlebih lagi aku merasa bahwa setelah hari ini aku takkan pernah bisa memeluknya lagi seperti ini.
Aku menempelkan pipiku di jaket kulit yang dia kenakan. Hangat, bukan karena jaketnya, tapi karena perasaan yang selama ini kupendam dan tak pernah berani kunyatakan. Aku masih merasa terkejut akan berita yang aku dengar, berita yang membuat aku sulit untuk tertidur. Tapi itu tidak keluar dari mulut Aga sendiri, melainkan dari Ragiel, temannya juga temanku, bahwa dia sudah bertunangan. Aku tak merasa sakit hati karena itu adalah haknya, tapi jujur aku rasakan sesak saat mendengarnya. Aku coba tanyakan padanya berkali-kali, tapi slalu saja diresponnya dengan tak serius.
"Ahh...gosip itu mah.." jawabnya datar.
Aku tak ambil pusing, tapi aku dikagetkan oleh sikapnya hari ini. Ketika aku menyempatkan diri mengunjungi kostannya sore tadi.
Hari itu aku memang kebetulan sedang libur. Dan biasanya aku mengunjungi kostannya kalau lagi suntuk. Aku memang gak pernah kasih kabar kalau mau main, niatnya mau ngasih kejutan. Tapi bukannya dia senang malah aku yang diomelin olehnya. Asal tahu saja, kerjaan dikantornya mengharuskannya pulang malam tiap hari. Karena kebetulan tetangga kostnya adalah temanku juga, aku juga kadang main ketempatnya. Dan kalau dia tahu aku sedang ada di kostan si Ragiel , dia akan langsung nelpon dan ngomel-ngomel.
" Kebiasaan, kalau mau maen tuh bilang-bilang dulu. Jadi gua bisa pulang awal." Katanya dengan nada kesal.
Aku malah nyengir kuda mendengar omelannya, tapi dadaku melambung. Dan kalau dia pulang pasti akan langsung membuka pintu dan memuntahkan omelan-omelan yang bikin kuping panas dan menenteng makanan ringan seperti martabak atau yang lainnya. Jujur aku merasa sangat berbunga-bunga kalau dia ngomel seperti itu, meski aku tak tahu perasaan yang sebenarnya padaku, apakah hanya karena menghargai seorang teman,atau ada perasaan lebih. Setelah puas ngomel-ngomel yang hanya kurespon dengan cengiran kambing, biasanya dia akan mengajak aku keluar, hanya untuk berburu kuliner malam, nyari angin, atau lihat-lihat kota saat malam. Dan setelah berburu kuliner, dia pasti akan tersenyum ganjil sambil menaikkan kedua alisnya dan..inilah yang paling ku suka, "ngetrack". Karena kebetulan, di kotaku kalau diatas jam 11, biasanya banyak muda-mudi yang hang out di jalan protokol dan saling beradu gengsi dengan memacu kendaraan secepat mungkin. Apalagi malam saat weekend, dari remaja tanggung hingga orang dewasa yang masih suka menjajal adrenalin atas nama gengsi, memarkir dan memacu motor-motor mereka.
Ketika yang lain ditempel oleh gadis-gadia berbaju kurang bahan dan bercelana jauh diatas lutut, dia tak pernah merasa malu memboncengku. Dan inilah yang paling membuat aku bahagia, saat starter dihidupkan, kodisi gigi netral, gas meraung-raung tanda semua bersiap-siap, aku mendekap dengan erat punggungnya, dan dengan jantung yang bergumuruh menanti motornya melaju.
Dan...aku semakin erat mendekapnya ketika dia semakin menambah kecepatannya. Dan bahkan setelah motornya berhentipun aku pasti masih sedang menutup mata dan mendekapnya sangat erat. Lalu dia tertawa lepas dan menjitak kepalaku. Aku bersungut-sungut, tapi hatiku melambung dibuatnya. Yang membuat aku merasa spesial, setelah pulang ngetrack dan jalan-jalan malam, dia pasti akan menawariku makanan apapun yang dilewati oleh kami berdua, dan bersungut-sungut kalau aku menolak. Dan kira-kira sudah mendekati jam 2 pagi, aku pura-pura mengantuk merasa gak enak karena besok dia masih harus masuk kerja. Ketika dia kuingatkan bahwa besok masih harus kerja lagi, dia tak pernah menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITEM
RomanceCerita ini akan dibuat dalam versi cetak. Hanya menyisakan chapter 1-5 sebagai teaser. ✔Another Gay Story ✔Original Writer : @abisurabi ✔Don't like don't read! ✔LGBT HATERS GO AWAY!!