halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!
⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIRhappy reading!
•••"Kami pikir, pernikahan ini lebih cepat lebih baik. Mengingat kondisi Caramela yang lagi hamil, lebih baik kalau ada kepastian untuk masa depannya dan anak-anaknya." ucap Arman, Ayah Biantara, membuka percakapan.
"Ya, saya setuju," sahut Williams.
Caramela duduk di kursinya dengan wajah tegang. Kedua tangannya saling meremas, mencengkeram satu sama lain di bawah meja sebagai pelampiasan dari kegelisahan yang menguasai dirinya.
Di hadapannya, dua keluarga sedang membahas sesuatu yang seharusnya menjadi momen bahagia - pernikahan.
Namun bagi Caramela, ini adalah keputusan besar yang membuat hatinya terasa sesak.
Setelah berpikir keras, ia akhirnya berani menghadapi kenyataan. Bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang masa depan kedua anak yang sedang tumbuh di dalam perutnya.
Jika ia menolak Biantara bertanggung jawab, bagaimana nasib anak-anaknya nanti? Ia tak ingin mereka tumbuh dengan kebingungan, bertanya-tanya siapa ayah mereka, atau bahkan berpikir bahwa ayah mereka tidak menginginkan mereka.
Caramela ingin anak-anaknya merasa dicintai, merasa lengkap, dan memiliki sosok ayah yang bisa mereka panggil dan andalkan.
Tapi, di sisi lain, trauma itu masih begitu kuat mencengkeram batinnya. Hatinya penuh luka, penuh ketakutan, dan Biantara... adalah sosok yang membangkitkan kenangan buruk itu.
Tapi ia tidak ingin menyerah pada ketakutan. Tidak kali ini.
Ia tahu, jika ia terus menghindar, jika ia terus membiarkan rasa sakitnya mengendalikan dirinya, maka bukan hanya ia yang akan menderita- anak-anaknya juga. Ia tidak ingin egois. Ia akan melawan ketakutannya, menghadapi trauma itu, dan berusaha bangkit.
"Demi anak-anakku, aku bakal berobat ke psikolog," katanya dalam hati.
Keputusan itu ia buat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan kedua anaknya. Ia ingin sembuh, ia ingin menjadi ibu yang kuat, dan ia ingin memastikan bahwa anak-anaknya tidak akan tumbuh dengan bayangan kelam dari masa lalunya.
Setelah lama diam, hanya menyimak, akhirnya Caramela mengangkat wajahnya, menatap kedua keluarga yang masih membahas pernikahan ini dengan serius.
Hatinya masih diliputi keraguan, tetapi satu hal yang pasti - ia ingin melakukan ini dengan cara yang benar, tanpa terburu-buru.
Dengan suara yang sedikit bergetar, namun penuh tekad, ia akhirnya berkata, "Aku... mau berobat ke psikolog dulu sebelum menikah,"
Ruangan itu seketika hening. Semua mata tertuju padanya, termasuk Biantara yang sejak tadi duduk diam dengan ekspresi sulit ditebak.
"Aku gak bisa ngejalanin pernikahan ini karena traumaku belum sembuh," lanjut Caramela. "Makanya, aku butuh waktu untuk menyembuhkan diri. Kareja aku mau jadi ibu yang baik untuk anak-anakku, dan aku mau ngejalanin pernikahan ini tanpa dihantui trauma,"
Keluarganya terdiam, saling bertukar pandang. Biantara sendiri hanya menghela napas. Namun, tidak ada penolakan dari siapa pun.
"Kalau itu yang terbaik untuk kamu, Papah bakal dukung," kata Williams.
Akhirnya, keputusan pun diambil. Pernikahan mereka akan dilaksanakan setelah Caramela melahirkan, setelah ia menjalani pengobatan psikolog dan merasa lebih siap.
Setidaknya untuk saat ini, ia bisa fokus pada pemulihannya tanpa tekanan pernikahan yang terlalu cepat. Ia ingin pernikahan ini bukan sekadar tanggung jawab, tapi juga sesuatu yang bisa ia jalani dengan hati yang lebih tenang.
•••
don't forget to vote n comment ‼️

KAMU SEDANG MEMBACA
Caramela (SELESAI)
AléatoireCaramela Start : 1/1/25 Finish : 18/2/25 ••• Deskripsi : Caramela selalu percaya bahwa hidupnya akan semanis namanya. Namun, dalam satu malam, segalanya hancur. Ia dipaksa menanggung luka yang tak terlihat, meninggalkan bekas yang tak akan pernah h...