Caramela • Part 45

54 11 0
                                    

halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!

⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIR

happy reading!
•••

Byur!

Seember air kotor menghantam tubuh Caramela, membuatnya tersentak kaget.

Bau busuk menyengat hidungnya, membuat perutnya mual.

Tubuhnya yang basah kuyup terasa dingin, dan yang lebih menyakitkan adalah kedua tangannya yang terikat erat ke belakang serta kakinya yang juga terbelenggu kencang. Ia menggeliat, mencoba menggerakkan badannya, tapi percuma.

"Akh sakit..." erangannya lirih, kepalanya terasa berat, matanya kabur sebelum akhirnya fokus pada sosok yang berdiri di depannya.

Tawa sinis terdengar. "Akhirnya bangun juga lo, cewek murahan,"

Jantung Caramela berdegup kencang. Suara ini...

Dengan susah payah, ia mendongak. Cahaya remang di ruangan itu membuat matanya menyipit, tapi ia langsung mengenali siapa yang berdiri di hadapannya.

Sherly.

"Sherly?" suaranya nyaris berbisik, dipenuhi keterkejutan sekaligus ketakutan.

Sherly tersenyum miring, menatap Caramela seolah sedang menikmati penderitaannya. "Surprise!"

Caramela menelan ludah. Napasnya memburu.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Sherly bisa ada di sini... dan lebih penting lagi, kenapa sahabatnya itu melakukan ini padanya?

Tak lama, langkah lain terdengar mendekat. Caramela menoleh sedikit dan melihat seseorang yang tak kalah familiar- Siska.

Senyuman Siska terlihat bengis saat ia berjalan ke arah Caramela dengan sorot mata penuh kebencian.

Tanpa aba-aba, Siska mencengkeram rambut Caramela dan menariknya ke belakang dengan kasar.

"Akh!" Caramela meringis, kulit kepalanya terasa seperti robek.

"Langsung mulai aja, gak sih?" Siska terkekeh. "Tangan gue udah gatel banget nih. Mau kasih pelajaran buat Caramela, si cewek murahan!"

Sherly tertawa kecil sambil melipat tangan di dada. "Boleh. Gue juga udah lama bangst nunggu momen ini,"

Caramela menahan napas. Ketakutan menyelimutinya.

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Caramela. Kepalanya tersentak ke samping, meninggalkan sensasi panas yang menyakitkan. Napasnya memburu, dada naik turun tidak beraturan. Belum sempat ia mengatur napas, tendangan dari Siska menghantam perutnya.

Bayi...

Tangannya yang terikat mengepal erat. Pikirannya tidak lagi berfokus pada rasa sakit yang ia rasakan, tapi pada bayi yang ada di dalam kandungannya.

Sherly menatap Caramela dengan kebencian membara. Dulu, dia bersahabat dengan Caramela hanya untuk mencari ketenaran. Selama tiga tahun, ia berpura-pura menjadi sahabat yang baik. Tiga tahun penuh kepalsuan.

Tiga tahun ia harus menahan diri untuk tidak menunjukkan kejijikan saat melihat Caramela bersinar lebih darinya. Tiga tahun ia harus menelan harga dirinya ketika semua orang lebih memuji Caramela daripada dirinya. Caramela yang selalu lebih cantik. Caramela yang lebih pintar. Caramela yang lebih segalanya!

Dan inilah puncaknya.

"Lo pikir hidup lo sempurna banget, ya?" Sherly menyeringai, kemudian menarik dagu Caramela dengan kasar. "Keluarga kaya, otak pinter, semua orang suka sama lo! Gue muak, ngerti?"

"Sh-Sherly..." suara Caramela lirih. Kepalanya pening, tubuhnya gemetar, tapi ia tetap berusaha menatap Sherly.

"Tapi lo tau apa yang lebih ngeselin? Gue sahabatan sama lo selama tiga tahun dan lo tetap menang dari gue!" Sherly menampar pipi Caramela sekali lagi, lebih keras. "Apa pun yang gue lakukan, lo selalu ada di atas gue! Apa lo tau gimana rasanya?"

Caramela menggigit bibir. Ia sudah mulai kehilangan kekuatan.

Sherly mendekatkan wajahnya, berbisik di telinga Caramela dengan suara penuh racun.

"Sekarang, gue bakal pastiin lo gak lebih baik dari gue. Gue bakal pastiin hidup lo hancur, Caramela,"

"Udah puas, Sher?" Siska menoleh sekilas ke arah Sherly yang masih diliputi amarah.

Sherly mengangkat bahu. "Giliran lo sekarang,"

Siska tersenyum miring, lalu berjongkok di depan Caramela yang masih berusaha mengatur napasnya yang tersengal.

"Lo tau kenapa gue benci banget sama lo, hah?" suara Siska bergetar menahan amarah. "Karena lo cewek sok suci yang selalu nyari perhatian!"

Caramela mengerjap, masih berusaha menenangkan napasnya. Tapi Siska tidak memberinya kesempatan.

Buk!

Tendangan kuat menghantam perut Caramela, membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Dunia terasa berputar. Ia menggigit bibir menahan rasa sakit yang semakin mengguncang tubuhnya.

"Gara-gara lo, Pak Afkar marahin gue abis-abisan, jalang!" Siska berteriak penuh emosi. Matanya memerah, menatap Caramela dengan dendam yang membara.

Caramela terkejut. Pak Afkar? Maksudnya... Elvio?

"Kalau bukan karena lo yang sok ngadu ke dia, gue gak bakal dimaki kayak sampah!" Siska kembali menendang Caramela, kali ini lebih kuat.

Siska mencengkeram leher Caramela dengan erat, jari-jarinya menekan kulit pucat gadis itu tanpa belas kasihan.

"Nghh- " Caramela terbatuk, berusaha menarik napas, tapi udara terasa semakin menipis. Matanya membelalak, tangannya yang terikat mengepal kuat, tubuhnya meronta, tapi sia-sia.

Siska malah tertawa puas melihat wajah Caramela yang memerah, bibirnya terbuka mencoba mencari udara, tapi tidak ada yang bisa masuk.

"Kenapa, hah? Susah napas?" Siska mendesis, semakin mengeratkan cengkeramannya. "Rasain! Rasain gimana sakitnya gue waktu dimaki sama Elvio gara-gara lo!"

Caramela merasa dunia mulai berputar. Pandangannya kabur, suara di sekitarnya mulai memudar. Dadanya terasa sesak, paru-parunya menjerit minta udara.

Namun, tepat saat kesadarannya hampir hilang, suara tembakan terdengar nyaring.

Dor!

•••
don't forget to vote n comment ‼️

oh my gosh, ini part terakhir sebelum epilog guys, makanya panjang.

Caramela (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang