Perbedaan

419 61 18
                                    


Langit pagi itu cerah, sinar matahari menembus jendela besar ruang kelas yang sudah mulai penuh oleh murid-murid elit di salah satu sekolah paling bergengsi di kota. SMA Internasional La Garenne adalah tempat di mana nama besar, status sosial, dan kekayaan menjadi hal utama. Di tengah semua itu, ada seorang murid yang keberadaannya selalu menarik perhatian.

Ahyeon duduk di barisan paling belakang, seperti biasanya. Dia lebih memilih menyendiri, jauh dari sorotan yang seringkali datang bersamaan dengan tatapan sinis. Sebagai satu-satunya murid penerima beasiswa di sekolah itu, dia tahu betul dirinya dianggap berbeda.

"Lo lihat, anak miskin itu. Tas nya udah robek, jelek lagi. Sepertinya dia cuma punya satu tas?" bisik salah satu murid di barisan depan sambil terkikik.

"Ya, wajar lah. Dia kan bukan kayak kita," jawab yang lain sambil menoleh ke arah Ahyeon dengan tatapan merendahkan.

Ahyeon mengabaikan mereka seperti biasanya. Dia sudah terbiasa dengan bisikan-bisikan itu. Namun, di balik semua perlakuan dingin yang dia terima, ada satu hal yang selalu memberinya kekuatan untuk bertahan.

Pharita adalah salah satu murid paling populer di sekolah. Wajah cantiknya, kepintaran, serta latar belakang keluarganya yang kaya raya membuatnya selalu jadi pusat perhatian. Meski begitu, Pharita tidak pernah menggunakan statusnya untuk memandang rendah orang lain, terutama Ahyeon.

Tak ada yang tahu bahwa di balik sikap tenangnya, Pharita menyimpan rahasia besar. Dia dan Ahyeon menjalin hubungan diam-diam. Hubungan yang terlarang bagi banyak orang, terutama keluarga Pharita.

Di mata dunia, Pharita adalah gadis sempurna yang hidupnya sudah diatur sejak lahir. Tapi di mata Ahyeon, Pharita adalah gadis yang selalu memberikan kehangatan dan perhatian yang tidak pernah Ahyeon temukan di tempat lain.

Hari itu, jam istirahat tiba. Ahyeon sengaja memilih tempat di sudut taman belakang sekolah, tempat yang jarang dikunjungi murid lain. Dia sedang sibuk membaca buku ketika sebuah suara familiar memecah keheningan.

"Kamu ngumpet di sini lagi sayang?."

Ahyeon menoleh dan menemukan Pharita berdiri dengan senyuman kecil di wajahnya. Pharita duduk di samping Ahyeon tanpa menunggu izin, sesuatu yang selalu dia lakukan.

"Kan aku gak punya tempat lain," jawab Ahyeon dengan nada santai, meskipun senyuman kecil muncul di wajahnya.

"Kalau aku bilang, aku iri sama kamu. Percaya gak?" tanya Pharita tiba-tiba, membuat Ahyeon menoleh dengan kening berkerut.

"Iri? Sama aku? Kakak serius?" Ahyeon tertawa kecil, hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Kak Riri punya segalanya."

"Tapi kamu bebas. Kamu gak harus jadi apa yang orang lain harapkan. Aku? Semua langkahku selalu diawasi," jawab Pharita, suaranya terdengar lebih pelan.

Ahyeon terdiam, tahu betul bahwa kekasihnya jarang sekali menunjukkan sisi rentannya. Dia menatap pacarnya itu dengan lembut, lalu menggenggam tangannya.

"Kakak gak sendiri. Aku di sini," kata Ahyeon pelan.

Pharita tersenyum tipis. Namun, momen itu segera terputus ketika suara langkah kaki mendekat. Keduanya segera melepaskan tangan mereka, berpura-pura tidak ada apa-apa.

"Kak Rita! Kakak ngapain di sini?" suara Rora tiba-tiba terdengar.

Pharita segera berdiri, memasang ekspresi tenang seperti biasanya. "Oh, cuma nyari tempat sepi buat istirahat sebentar. Ada apa Ra?."

Rora menatap Ahyeon sekilas, lalu kembali fokus ke Pharita. "Kita ada rapat OSIS sekarang. Kak Rita lupa ya?."

"Oh iya! Aku lupa," jawab Pharita cepat. Dia menoleh ke Ahyeon dengan senyuman tipis. "Aku pergi dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi."

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang