Suasana di ruangan itu berubah seketika setelah Lydia mengusulkan untuk membuat teh dari bunga yang konon Delphinium itu. Irish, yang tadi terlihat percaya diri, kini tampak sedikit gelisah. Seolah-olah ada sesuatu yang menggelisahkannya, ada sesuatu yang ia takutkan. Matanya sekejap menangkap keheningan yang mulai melingkupi mereka. Putri-putri bangsawan dari negeri lain tampak semakin antusias, namun ada yang tak biasa dalam pandangannya, seperti bayangan ketakutan yang samar-samar terlihat di wajahnya.
Irish mencoba untuk mempertahankan sikap tenangnya, namun aku bisa melihat bagaimana jemarinya yang memegang cangkir teh sedikit gemetar. Ia jelas merasa terpojok. Dia tahu apa yang sedang aku rencanakan, dan sekarang dia harus berpura-pura tidak peduli. Namun, aku bisa merasakan bagaimana ketegangan itu semakin meningkat.
"Baiklah," kata Irish, suaranya sedikit tercekat. "Mari kita buat teh ini dan kita nikmati bersama. Semoga rasanya bisa sesuai dengan harapan kalian."
Namun, suaranya yang semula tenang kini mulai terdengar berbeda. Ada kegugupan yang tak dapat disembunyikan. Aku bisa melihat dengan jelas bahwa Irish berusaha untuk menjaga citra dirinya di depan para putri bangsawan. Ia berusaha keras meyakinkan mereka bahwa dia adalah seorang putri yang cerdas, yang menguasai segalanya, bahkan soal bunga yang ia sendiri tidak begitu yakin.
Aku mengamati semua ini dengan penuh perhatian, merasakan setiap gerak tubuh Irish yang semakin tak terkendali. Dalam hatiku, aku mulai merasa puas. Aku ingin melihat bagaimana kebohongannya mulai runtuh satu per satu.
"Putri Irish, kamu terlihat sedikit cemas," kata Putri Linya, yang duduk di sebelahku. "Apakah ada yang salah dengan teh yang akan kita buat?"
Aku memperhatikan reaksi Irish dengan seksama. Matanya teralihkan sejenak, lalu ia mencoba tersenyum, tapi senyum itu terasa dipaksakan. "Tentu tidak, Putri Linya. Hanya saja, saya sedikit teralihkan oleh keindahan bunga ini," jawabnya dengan suara yang terdengar lebih tinggi dari biasanya, mencoba untuk mengubah topik pembicaraan.
Aku tahu persis apa yang ia lakukan. Setiap kata yang keluar dari mulut Irish semakin membuktikan betapa besar ketakutannya. Aku ingin dia merasa terpojok, ingin melihat bagaimana kebohongannya terungkap di hadapan orang-orang yang selama ini mengaguminya. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan.
"Jadi, bagaimana menurut kalian semua?" aku bertanya dengan nada ramah, sambil mencurahkan perhatian pada bunga di meja. "Seharusnya ini menjadi teh yang menyegarkan, bukan?" Aku sengaja mengalihkan perhatian semua orang padanya, menunggu momen yang tepat.
Irish menunduk sedikit, berusaha menghindari tatapan yang semakin tajam. Ia tahu bahwa dalam waktu dekat, semuanya akan berubah. Bunga itu—Wolfsbane's—akan menjadi senjata yang menghancurkan dirinya. Tidak ada yang bisa mengingkari apa yang akan terjadi selanjutnya.
aku tersenyum tipis. Ia tahu betul bahwa ini adalah saat yang paling sempurna untuk melihat kekacauan dalam diri Irish. Semua kebohongan yang selama ini ia jaga dengan rapat akan segera terbongkar, dan ketika itu terjadi, tak ada jalan mundur. Kini, aku mengamati dengan puas bagaimana ketegangan menyelimuti Irish, dan betapa keras dia berusaha menyembunyikan ketakutannya.
"Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa membuat kesalahan besar," akuberkata dengan nada yang cukup keras, tapi cukup manis untuk terdengar seperti sebuah nasihat. "Tapi, jika kalian semua ingin mencobanya, aku akan mempersiapkannya. Tentu saja, hanya jika Putri Irish merasa yakin bahwa bunga ini aman untuk digunakan dalam teh."
Semua mata kini tertuju pada Irish. Mereka menunggu penjelasan lebih lanjut. Aku tahu, saat ini, Irish tengah dihimpit oleh rasa takut yang tak terkatakan. Namun, semakin dia berusaha untuk mempertahankan sikapnya, semakin jelas bahwa kebohongannya akan segera terungkap. Tak ada yang bisa melindunginya sekarang.
Putri Seraphine, yang duduk di dekat Irish, tampak sangat peduli dan tidak menyadari situasi yang sedang berkembang. Dengan senyum ramah, ia mengambil tiga kuntum bunga ungu dari vas dan memasukkannya ke dalam teko kecil berisi air panas. "Putri Irish, bagaimana kalau kau ambil tiga kuntum bunga ini ke dalam tehmu? Ini pasti akan membuat bayimu semakin sehat," ucap Putri Seraphine dengan tulus, menyuguhkan teh itu dengan penuh perhatian. Ia tampak begitu polos, tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya malah semakin memperburuk keadaan.
Aku memperhatikan dengan cermat, melihat bagaimana Irish menerima teh itu tanpa ragu. Aku tahu dia tidak akan bisa menahan dirinya. Aku hampir bisa mendengar detak jantungku yang semakin cepat, tidak bisa menahan rasa puas yang mulai tumbuh di dalam diriku. Aku semakin tersenyum, merasa seolah-olah aku sedang memainkan permainan yang sudah kubaca dengan sangat baik.
Apa aku terlihat jahat di sini? Ah, mungkin saja. Tapi kami sama-sama jahat, bukan? Tidak perlu aku membandingkan siapa yang lebih jahat di antara kami. Toh, aku hanya menggunakan akal untuk mengalahkan kebodohannya.
Irish meneguk teh itu dengan penuh keyakinan, berusaha menyembunyikan keraguannya. "Aku telah meneguknya dengan habis," ujarnya dengan nada yang tidak biasa, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Namun, aku baru sadar betapa bodohnya Irish. Seperti iblis yang terjebak dalam kebodohannya sendiri. Aku hanya sedikit lebih pintar darinya, hanya menggunakan akal untuk menyingkap kedok kebohongannya.
Tiba-tiba, suasana yang semula riuh seketika berubah. Irish tampak semakin pucat, matanya yang biasanya tajam kini tampak buram. Dia berdiri dengan langkah yang goyah, dan aku bisa melihat betapa tubuhnya mulai melemah.
"Putri Irish, ada apa? Putri, kau tampak tidak enak badan," tanya salah satu putri dari meja lain dengan wajah cemas. Semua mata tertuju pada Irish yang sekarang berusaha menjaga keseimbangannya, namun jelas terlihat bahwa tubuhnya tidak bisa lagi menahan diri.
Irish mencoba tersenyum, tapi senyum itu terpaksa terhenti saat ia merasakan mual yang datang begitu mendalam. "Mungkin ini karena bayinya," jawab Irish dengan suara terputus-putus, mencoba menyembunyikan ketakutannya di balik kebohongannya yang semakin rapuh.
Namun, aku tahu lebih dari itu. Aku bisa merasakan bagaimana dia berjuang untuk tetap terlihat tenang, tapi keringat dingin yang membasahi dahinya dan cara tubuhnya yang mulai oleng tak bisa disembunyikan. Dia tampak semakin lemah.
"Sesuatu yang tidak beres..." aku bergumam dalam hati. Semua yang terjadi kini terasa begitu sempurna. Aku tidak perlu berkata apa-apa lagi. Semua orang mulai panik, dan Irish semakin terjebak dalam kepanikan yang ia ciptakan sendiri.
"Kakiku terasa lemas..." Irish berusaha berkata, namun suaranya sudah tidak stabil. Pelayan yang berdiri di dekatnya tampak sangat khawatir, dan dengan cepat mereka membantu Irish untuk duduk kembali ke kursinya.
"Pelayan! Cepat laporkan ini pada Selir Rosaline!" perintah salah seorang pelayan yang tampak bingung dan terkejut. Beberapa pelayan lainnya segera bergegas pergi mencari dokter kerajaan, berharap bisa memberikan pertolongan secepat mungkin.
Di tengah kekacauan yang terjadi, aku hanya duduk di tempatku, mengamati setiap gerakan, setiap ekspresi yang terpancar dari wajah Irish. Aku tahu dia sedang berjuang, berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya. Aku ingin dia tahu bahwa tak ada yang bisa melarikan diri dari kebohongannya sekarang.
Putri Seraphine tampak semakin khawatir. "Putri Irish, kau yakin tidak apa-apa?" tanyanya dengan suara lembut, mendekatkan wajahnya dengan cemas.
Irish berusaha tersenyum, namun kini ia tidak mampu menyembunyikan ketegangan di wajahnya. "Aku baik-baik saja," jawabnya, meskipun suaranya terdengar lemah. "Mungkin terlalu banyak yang saya lakukan hari ini..." jawabnya, semakin terputus-putus.
Aku mengamati dengan penuh perhatian. Semua orang kini sedang berpacu dengan waktu, mencari solusi untuk mengatasi apa yang terjadi pada Irish. Tetapi, aku tahu, ini bukan hanya masalah fisik. Ini adalah masalah yang jauh lebih besar. Dan ketika dokter kerajaan datang, mereka akan mengetahui sesuatu yang lebih gelap. Sesuatu yang tak bisa disembunyikan lagi.
Aku hanya menunggu, menikmati kekacauan yang sedang terjadi, dengan senyuman tipis di wajahku. Semuanya akan segera terungkap, dan Irish tak akan pernah bisa kembali lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Main Princess✔️
FantasyDalilah terperangkap di tubuh kembarannya sendiri, sejak kematian dirinya beberapa hari yang lalu. Highest rank #2 | Pahlawan (13 February 2025) #13 | 2023 (13 February 2025) #22 | Jiwa (13 February 2025)