.
.
.
Tidak tau ada angin apa, tetapi Jihyo menginjakkan kakinya di rumah Yerin. Sambutan aneh Jihyo terima disaat Yerin menyuguhinya teh chamomile yang wangi. Keduanya duduk di teras rumah dengan pemandangan langit sore dan beberapa daun dari pohon di halaman yang berguguran. Dan untuk kesekian kalinya Jihyo kembali mendengar helaan nafas berat dari tetangga karibnya ini.
"Ada apa?"
"Wanita ular itu ... gila sekali dia."
Jihyo mengernyit, belum memahami arah pembicaraan. "Wanita? Siapa?"
"Selingkuhan suamiku."
"HAH ... LAH SIALAN!" jerit Jihyo yang disambut desisan dari Yerin. Dia menyuruh Jihyo mengecilkan suara dari gerakan jarinya. "Tapi ... beneran? Kau tidak berbohongkan? ... Gila."
"Suamiku memang gila. Tidak waras." ucap Yerin menggebu-gebu. "Kau kemana kemarin?"
Jihyo tampak berpikir sebentar. "Gak kemana-mana. Aku dengan suamiku di rumah seharian."
"Hah ... aku kira kau akan keluar dan bantu aku."
"Heh, kenapa kenapa? Selingkuhan suamimu datang kesini? Ah ... tapi tidak mungkin kan."
"MUNGKIN. KEMARIN DIA DATANG!"
"APA?!"
Jihyo mendadak menggeser kursinya, mendekat ke arah Yerin hingga lutut mereka bersinggungan. Tangannya menggenggam lembut tangan Yerin. Menatap temanya dengan sedih. "Kau baik-baik saja?"
"Jangan tatap aku begitu." ucap Yerin. "Menggelikan."
"Is, serius dulu." protes Jihyo. "Lalu ... kau apakan dia?"
Yerin berdehem pelan. Menatap Intens teman barunya, seakan menerima sinyal serius dari Yerin, Jihyo mengambil sikap tegap dengan wajah penuh keseriusan. Kali ini pasti akan seru melebihi drama yang sering dia tonton di televisi.
Yerin mengangkat tangannya, membuat Jihyo bergantian menatap ke arah tangan Yerin dan juga wajahnya. "Tangan ini ... aku gunakan untuk menjambak rambut jelek wanita murah itu."
"Wah ....."
"Aku tarik sekuat tenaga." Yerin tersenyum jahat membayangkan seberapa kuat kemarin dia menjambak rambut Irene. "Dan kau tau? Aku menang telak." Yerin tersenyum jumawa. "Si Kim gila itu lebih memilih memelukku di depan wanita itu."
"HAHAHAHHA ... PUAS, AKU PUAS YER."
"Tunggu dulu. Kemarin juga aku sempat mencakar pipinya sebelum kami dipisahkan." Yerin memegang pipi kanannya. "Kalau tidak salah pipi sebelah kanan. Aku tidak begitu ingat, tetapi di kuku hasil nail art ku ini ada darah."
"Kau harus nail art ulang. Kuku cantik mu tidak boleh ternodai darah murah."
"Ya, aku senang-senang aja sih. Sejujurnya aku penasaran. Kalo seorang model dengan wajah terluka menurutmu dia hancur gak?"
Jihyo berpikir sebentar. Lalu mengikuti gerakan Yerin dengan memegang pipi kanannya sendiri. "Kalau di pipi ... itu sedikit ... ah tidak, itu sungguh mengganggu. Memang kalau model yang difoto bagian mananya selain wajah dan badan? Masa bokong."
Yerin tertawa culas. "Kenapa kemarin aku tidak terpikir untuk memukul dadanya ya. Dadanya kecil. " Yerin bergerak melingkarkan tangannya di depan dada. "Bahkan dadaku lebih menggoda."
Jihyo mengangguk. Dia memang yakin dengan itu, dada Yerin bisa dibilang sempurna dengan ukuran tubuhnya tidak seperti dirinya. "Dada mu memang cocok untukmu. Aku saja iri."

YOU ARE READING
Not My World
Fanfiction[Revisi] Yerin Ayasari, perempuan biasa yang tinggal di korea sebagai perantau untuk mencari benih benih uang. Semuanya terasa biasa saja sampai sebuah kejadian aneh terjadi. Dia masuk ke dalam sebuah cerita novel. Oh shit! ...