"Kalau kamu mau terus lihat aku, kenapa nggak sekalian jadi pacarku aja?."—Ahyeon, 17 tahun, small forward tim basket putri yang lebih fokus mengejar ketua cheerleader ketimbang mencetak poin.
———
"HAH?."
Rora hampir menjatuhkan botol air mineralnya ketika membaca pengumuman di grup LINE klub basket putri. Dengan terburu-buru, dia menunjukkannya ke Rami yang sedang menggulung perban di pergelangan tangannya.
"Ram, liat ini! Gila banget!."
Rami mengerutkan kening sebelum membaca isi pesan yang dikirim pelatih mereka.
[INFO KLUB BASKET PUTRI]
Selamat datang pemain baru kita, Jung Ahyeon (kelas 2-3)! Mulai besok, dia resmi bergabung sebagai small forward.
Rami yang awalnya mengernyit langsung mendengus pelan. "Udah gue duga."
"Seriusan?" Rora menatapnya dengan mata melebar. "Jung Ahyeon! Ketua ekskul musik, top ranking sekolah, si anak emas para guru, dan yang katanya nggak tertarik sama olahraga itu?."
"Nggak tertarik sama olahraga, iya," Rami membalas sambil memasang ekspresi bosan. "Tapi dia tertarik sama Kak Pharita."
Dan begitulah—Jung Ahyeon, murid paling bersinar di angkatannya, masuk ke dalam tim basket putri hanya karena alasan yang sangat bermartabat: ingin melihat Pharita setiap hari di lapangan.
Hari pertama Ahyeon di tim basket dimulai dengan masalah.
"Bola di kiri, Ahyeon! BUKA MATA LO!."
Rora menjerit ketika melihat Ahyeon kehilangan bola lagi untuk ketiga kalinya dalam pertandingan latihan. Sementara itu, Rami yang mengamati dari pinggir lapangan hanya bisa mengelus dada.
Sementara yang lain serius bermain, Ahyeon malah sibuk mencuri pandang ke tepi lapangan—tepatnya ke arah barisan cheerleader yang tengah latihan gerakan baru. Dan di antara mereka, sosok yang menjadi alasan kegilaan Ahyeon berdiri di depan, memimpin latihan dengan penuh karisma.
Pharita.
Dengan rambut kuncir tingginya yang bergerak setiap kali ia melompat, seragam putih-biru yang terlihat sempurna di tubuhnya, dan senyum menawan yang ia berikan kepada anggota timnya, Pharita adalah definisi 'goddess' bagi Ahyeon.
Dan Ahyeon? Dia lebih sibuk memandangi Pharita daripada bola yang harusnya dia oper.
"JUNG AHYEON!."
Bentakan pelatih akhirnya membuat Ahyeon tersentak. Dia buru-buru kembali fokus ke permainan, tapi sudah terlambat. Tim lawan sudah mencetak angka lagi.
Ahyeon hanya bisa tertawa kecil sebelum menoleh ke pinggir lapangan dan—tanpa malu-malu—melambaikan tangan ke arah Pharita.
"Aku main bagus kan, Kak?" serunya.
Pharita yang awalnya fokus ke latihan langsung menoleh dengan alis terangkat. Dia menyilangkan tangan di depan dada, menatap Ahyeon dengan tatapan setengah bingung, setengah terhibur.
"Main bagus dari mana? Kamu bahkan nggak megang bola sama sekali," balasnya.
Rami dan Rora hanya bisa menepuk dahi.
.
.
.
"Jung Ahyeon, gue bakal nanya ini sekali lagi. Lo masuk tim basket ini serius atau cuma mau lihatin Kak Pharita?."

KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
RomanceKumpulan cerita Ahyeon dan Pharita🫶🏻 Note: cerita ini hanya fiksi semata, jangan dibawa serius.