Topeng Irish

29 3 0
                                    

Hari itu, ballroom istana penuh sesak dengan para bangsawan, mitra kerajaan, serta tamu-tamu terhormat yang datang untuk meninjau persiapan festival. Percakapan riuh rendah memenuhi ruangan, suara gelas beradu, denting alat musik yang dimainkan para musisi, serta tawa-tawa kecil para wanita bangsawan yang saling bertukar kabar.

Namun, di tengah kegemerlapan itu, ada satu topik yang beredar di antara mereka, seperti racun yang merembes ke seluruh penjuru ruangan.

"Putri Irish hamil?!"

Para tamu berbisik-bisik, beberapa terdengar kaget, beberapa lain hanya tersenyum penuh makna. Ada yang berbahagia, ada pula yang sinis. Aku sendiri hanya berdiri di pinggiran ruangan, memegang cawan anggur sembari mengamati drama manis yang sedang berlangsung di tengah ballroom.

Di sana, di bawah cahaya kristal chandelier yang megah, Selir Evelyne berdiri berhadapan dengan Irish. Wanita itu tersenyum manis, tapi aku bisa melihat kilatan aneh di matanya-sebuah kecurigaan yang teramat dalam.

"Ah, Irish sayang, aku turut bahagia untukmu! Seorang anak... itu anugerah luar biasa. Aku dengar itu dari bangsawan disini, ternyata ada berita luar biasa di kerajaan Azalea dan aku baru tahu. Namun, sayangnya itu bukan anak Oliver. Tapi aku turut bahagia karena ini adalah kebahagiaan bagi Averio," kata Selir Evelyne, suaranya cukup lantang hingga beberapa bangsawan yang sedang bercakap pun menoleh.

Irish tersenyum anggun, berusaha mempertahankan ketenangannya meski aku tahu ia pasti sedang gelisah.

"Terima kasih, Bibi Evelyne. Aku sendiri masih tidak percaya... hanya saja Wolfsbane membunuh anakku."

Aku nyaris tertawa. Luar biasa. Dia bahkan menyalahkan bunga Wolfsbane atas kehamilan palsunya?

Selir Evelyne mengangguk perlahan, matanya menyipit seperti sedang menilai sesuatu. "Kau tahu, Irish... aku selalu menginginkanmu menjadi menantuku. Aku berharap kau memilih Oliver sejak awal."

Irish menundukkan kepala, memasang ekspresi pura-pura sedih. "Aku juga menyayangi Oliver, Bibi... Tapi keadaan membawaku pada pilihan ini."

Selir Evelyne menghela napas panjang, seolah menyesali kenyataan yang ada. "Pilihan yang sulit, antara Averio dan Oliver. Mereka berdua sama-sama anakku, meski dari ibu yang berbeda. Namun, aku selalu berharap kau bersama Oliver."

Aku melihat Irish mengangkat dagunya sedikit. Pasti di kepalanya, ia menganggap ini sebagai kemenangan kecil. Dia mungkin berpikir bahwa ia telah mendapatkan segalanya-tahta, suami, dan kini perhatian dari salah satu wanita paling berpengaruh di istana.

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Selir Evelyne melangkah lebih dekat. Dengan gerakan yang anggun namun mengejutkan, ia menekan perut Irish dengan lembut.

Seluruh ballroom mendadak sunyi.

Irish membelalak. "B-Bibi?!"

Selir Evelyne tetap tersenyum. "Maaf, sayang. Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal pada bayi hantu."

Irish menegang. "Bayi hantu?"

Tatapan Selir Evelyne berubah tajam. Ia menekan perut Irish sekali lagi, kali ini lebih kuat, cukup untuk membuat Irish mundur selangkah dengan gugup.

"Kau berbohong, bukan?"

Irish tersentak, wajahnya pucat seketika.

"A-apa maksud Bibi?" suaranya bergetar, tetapi Selir Evelyne tetap tenang.

"Aku sudah bicara dengan tabib istana." Suaranya tetap lembut, tapi kali ini ada ketegasan yang dingin. "Mereka tidak menemukan tanda kehamilanmu, tidak ada gejala... Tidak ada bayi."

The Main Princess✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang