Louis' POV
Empat hari setelah aku dan Harry tiba dari LA. Kami masih saja terus-terusan tidur di sofa setiap malamnya. Sempat aku berpikir akan tidur di hotel saja. Namun, Niall mengancamku dan Harry dengan ancaman yang sama. Bahkan kunci kamar kami berdua diambilnya. Bayangkan saja, tidur di sofa tanpa selimut. Leherku saja pegal dibuatnya.
Tapi, benar kata Niall tempo lalu, kami sempat diintrogasi oleh Simon dan Paul soal kabar itu. Kabar bahwa aku dan Harry menjalin hubungan yang lebih dari persahabatan. Sebenarnya beberapa tahun yang lalu kami-aku dan Harry- sempat di beritakan tentang hal itu. Namun saja mereka menganggap itu hal biasa yang kami buat-buat hanya sekedar candaan semata. Karena pada saat itu umur kami masih terbilang remaja labil. Namun, sekarang ini mereka menganggap itu serius karena-entahlah apa yang mereka pikirkan.
Gila saja pemikiran kolot itu tentang aku dan Harry. Aku masih normal dan mana mungkin aku memacari sesama jenisku? Terlebih lagi sama sahabatku sendiri? Ugh_-
Drrt drrt drrt...drrt drrt drrt....
Ponsel yang berada di atas meja berdering. Entah itu punyaku atau Harry. Karena, nada dering kami berdua memang sama. Well, sebenarnya tidak hanya kami berdua. Liam dan Niall pun memasang dering yang sama. Terlebih lagi ponsel kami berdua diletakkan terbalik dengan layar yang berada di bawah. Membuatku kesulitan melihat ponsel siapa yang berbunyi.
Dengan sedikit malas, aku mencoba meraih ponsel tersebut dengan posisiku yang masih berbaring di sofa. Terlalu jauh, terlalu sulit, dan-yap, dapat. Ternyata bukan ponselku. Berarti ponsel Harry.
Pun aku meraihnya.
Zayn is calling...
"What?" Umpatku saat melihat layar ponsel milik Harry. "What the hell is he doing?"
Pun segera aku mematikannya dan melirik ke arah Harry yang tertidur di karpet dengan kepala di sofa.
Tidak lama kemudian, ponsel Harry yang masih ku genggam, bergetar kembali.
Zayn is calling...
angkat, tidak. Angkat, tidak. Angkat, tidak.
Aduh kenapa aku jadi bingung begini, sih? Lagipula apa sih yang membuat Zayn menelpon Harry? Lebih baik aku matikan saja supaya selesai. Tapi, aku juga ingin tahu apa perlu Zayn sama Harry? Lebih baik aku ang- yah, baru aja mau diangkat, tapi sudah dimatikan.
***
Zayn's POV
Sudah dua kali aku coba menghubungi Harry. Tapi, sama sekali tidak ada jawaban. Apa dia masih tidur ya? Kulirik jam yang memang ternyata masih jam 6.
Ta-
"Zayn"
Sebuah suara mengagetkanku. Pun aku menjatuhkan ponselku di lantai.
"Maaf aku mengagetkanmu, Zayn" ternyata Perrie. Aku mengembangkan senyumku dan menariknya kedalam pelukanku. "Ma-"
"Sudah, tidak apa. Kau ada apa kemari pagi-pagi?" Tanyaku begitu Perrie melepaskan pelukanku.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu. Oh, iya. Apa kau sudah dengan berita the boys?"
"Sudah" aku mengangguk.
"Itu bisa jadi masalah besar bagi mereka" terdengar suaranya yang begitu jelas bahwa dia sangat prihatin sama the boys. Akupun begitu. Sudah beberapa hari belakangan ini sejak berita tentang Harry dan Louis itu membuatku terus memikirkan mereka.
"Yeah, I know. Semoga saja itu tidak menghalangi karir mereka" ucapku sambil mengelus puncak kepala Perrie. "Kau sudah makan? Bagaimana kalau kita mencari sarapan diluar?" Usulku yang di balas anggukan oleh Perrie.
"Ayo" pun aku mengambil coat-ku dan menggandeng tangan Perrie, keluar dari apartemenku.
Baru saja aku hendak mengunci pintu apartemenku, seseorang memanggil namaku.
"Zayn!"
Tbh...
Maaf baru nongol. Aku tahu chapter ini kurang srekk. Aku janji di chapter yang berikut-berikutnya aku gak akan bikin kalian kecewa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry, Guys! (Zayn Malik FanFic)
FanficKeputusan yang besar ada di tanganku. Dan kurasa inilah jalanku... I'm Sorry Guys! I'm Sorry Boys-One Direction! I'm Sorry Directioners!