Hai! Terimakasih sudah menyempatkan membaca.
Sudah update lagi. Vote dan comment sangat ditunggu ya, termasuk juga kritik dan saran, apapun itu akan diterima dengan terbuka.
Okay, langsung capcus baca aja. Hahaha. Selamat membaca!:D
*****
"Sometimes, the greatest relationship are the ones that sweep you off your feet dan challenge every view you're ever had." - Anonymous.
*****
Melody's POV
"Apa kamu mencintai mas?" tanya Orion.
Aku mengigit bibir bawahku, mencoba mencari jawaban yang tepat dan se-diplomatis mungkin. Tidak mungkin aku mengatakan ya atau tidak. Kami diam beberapa saat, aku hanya mendengar deru nafas yang keluar dari mulut kami berdua dan suara derasnya hujan bagaikan air tumpah dari langit.
"Aku-" Sebelum aku menjawab, tiba-tiba listrik mati, membuat kami mutlak ada dalam kegelapan. Oh tidak, aku langsung panik karena aku pengidap Achluophobia, atau bisa dibilang phobia terhadap tempat gelap. Karena aku pernah terkurung di dalam gudang bawah tanah milik kakek dan trauma semenjak hari itu.
Aku bisa merasakannya, ketakutan yang berlebihan, bayang-bayang dinding batu milik gudang bawah tanah kakek mulai menggerogoti pikiranku, aku merasakan keringat dingin mengalir di pelipisku, dan tubuhku bergetar. Aku mencengkram lengan Orion yang masih setia memeluk pinggangku.
"Ody?" panggilnya. Aku menarik nafasku, lalu membuangnya, membuat diriku serileks mungkin.
"To..tolong, Mas." ujarku sambil berusaha menenangkan pikiranku yang mulai menghayal yang tidak-tidak. Orion langsung mengangkat kedua kakiku dan menggendongku ala bridal style dan berjalan cepat ke arah pintu kaca di depan kolam renang. Setidaknya di sana ada banyak cahaya yang masuk.
Aku masih bergetar tetapi sedikit demi sedikit tenang. Orion masih menggendongku dan menatapku dengan lekat. Aku bisa membaca ekspresi khawatirnya yang begitu jelas tampak pada wajahnya.
"Kamu phobia?" tanya Orion. Aku hanya mengangguk.
"Wajahmu pucat, lebih baik kita pergi dulu ke tempat yang lebih terang." Aku mengangguk dan ketika Orion berbalik bermaksud menuju ke arah pintu utama, aku kembali menghadap kegelapan.
"Mas!" pekikku. Dia terlonjak kaget dan makin mengeratkan pelukannya padaku, dia menatapku lembut. "Tutup matamu, dy. Kamu tidak takut gelap jika kamu menutup mata kamu kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk dan menuruti ucapannya, dan mulai menutup mataku.
Aku merasa tubuhku di bawa ke arah yang tak aku tahu. Lalu aku mendengar suara pintu terbuka dan tertutup. "Kamu bisa buka mata kamu sekarang" perintah Orion. Aku membuka mataku dan mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali.
Aku mendesah nafas lega dan tersenyum berterima kasih. Orion menatapku dengan tatapan tertegun, membuatku juga ikut tertegun karena tak sengaja melihat matanya dari luar bingkai hitam kacamata yang membingkai matanya. Dalam keadaan dekat seperti ini, ketampanannya benar-benar tak bisa diragukan lagi.
Tetapi aku terlebih dahulu sadar dan kini meminta turun, karena aku yakin aku bisa jalan sendiri, walaupun tangan dan kakiku masih bergetar. "Mas?" tanyaku. Dia tersadar dan mengalihkan pandangannya.
"Kamu akan mas gendong terus sampai mobil" ujarnya tegas. Aku mengerutkan dahiku dan berusaha memprotesnya,tetapi dia langsung menggeleng.
"Jangan keras kepala sekarang, Melody" lanjutnya. Aku hanya mengerucutkan bibirku dan menurut. Dia tersenyum lembut padaku dan tiba-tiba mencium dahiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...