DT - 4 :: Awal
SMA TUNAS BANGSA. Begitulah tulisan yang terpampang di gedung besar ini. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Putri turun dari mobil didampingi Mamanya. Keduanya menghadap ke ruang Kepsek. Setelah cukup lama , Putri diantar salah satu guru ke kelas barunya. Putri berjalan dengan gugup. Dia begitu asing dengan lingkungan barunya ini. Ia melihat lurus ke lapangan. Banyak anak-anak yang sedang mengikuti pelajaran olahraga. Namun kini tatapan mereka tertuju padanya. Resiko anak baru. huft.
Tak ada yang berbeda dengan Putri pagi ini. Dia hanya mencepol rambut panjangnya, memakai kacamata bulat sama seperti kemarin, dan hanya memakai make up seperlunya.
Putri menggenggam tali tasnya dengan erat dan berjalan mengikuti guru itu. Langkahnya terhenti saat ada seseorang yang menabrak keras tubuhnya.
"Eh. Sorry.. sorry ..gue nggak sengaja"
Putri mengusap lengannya. Ingin rasanya ia mengumpat namun ia tersadar jika ini lingkungan baru. Tidak mungkin ia memaki orang dengan seenaknya. Bisa tidak dapat teman nanti.
Putri mendongak dan alangkah syok nya saat ia mengetahui siapa yang menabrak dirinya.
"Matt..Matthew"
Pria di depan Putri ini langsung mendelik kearah lapangan saat Rama dengan seenak jidatnya mengganggu adegan romantis yang sudah ia ciptakan.
"Ish.. Rama kucrut sialan. Ganggu aja sih padahal udah kayak di pilem pilem nih" gerutu Matt dengan bibir yang mengerucut.
"Ehm.. permisi. Saya harus ke kelas" ucap Putri pelan.
"Anak baru ya? jurusan apa? udah punya pacar belum?" Matt menunjukkan senyum lebarnya. Ia berdiri didepan Putri sambil memeluk bola basket.
"Iya. Saya murid baru. Saya jurusan IPA"
"Yah. Kenapa nggak IPS aja sih. Kan bisa sekelas sama gue. Kan enak pedekatenya"
Putri meringis saat mendengar kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir seorang Matt yang notabene nya pentolan TB.
"Matthewwwwwww"
Matt meringis saat mendengar suara nyaring nan indah yang bisa bikin gendang telinga pecah sedang melengking mengumandangkan namanya. Ia memutar tubuhnya,
"Eh bu broko --- Aduh. Maksud saya Ibu guru yang cantik jelita. Ada apa Bu manggil cogan?" ucapnya sambil menunjukkan senyum mautnya.
"Ngapain kamu ganggu murid baru. Saya harus mengantar dia ke kelas dan kerja saya terganggu karena kamu nyegat dia. Ngapain kamu?"
"Ibu mah gitu orangnya. Sensi banget kalau sama saya. Tenang aja Bu, dia nggak saya apa-apain kok. Cuma kenalan aja. Siapa tahu nyantol di hati. Nanti kalo yes kan bisa lanjut gitu."
"Kamu itu nggak capek ya. Bikin masalah mulu. Berapa cewek yang udah kamu bikin nangis. Sok ganteng kamu. Udah sana balik ke lapangan. Dan kamu--- Maudy, ikut saya"
"Oh namanya Maudy toh. Cantik , kayak orangnya"
Putri hanya menunduk dan berjalan meninggalkan Matt yang masih senyam-senyum gaje di lorong kelas.
"See you cantik. Belajar yang rajin. Nanti kalau kangen ke kelas gue ya --- sebelas IPS satu. Cowok paling ganteng --- Matthew" teriak Matt dengan suara delapan oktaf yang mampu didengar oleh teman-temannya di lapangan.
Putri menghembuskan nafas lega saat sudah menjauh dari Matt.
Selamet. dia nggak ngenalin gue!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts On Fire
Jugendliteratur[15+] ada beberapa dialog berisi kata-kata kasar. ======================= Judul sebelumnya : Double TroubleMaker . Bukan. Ini bukan kisah dua orang yang bertemu tanpa sengaja, bersahabat, lalu jatuh cinta. Ini tentang Matthew, si pembuat onar, yang...