-Novi POV-
Aku mencoba membuka mataku. Melawan rasa kantuk yang masih melanda diriku, tapi aku harus segera bangun. Hampir setengah hari aku dan tuan Nova tidak berada di rumah. Dan aku rasa, rumah sudah dalam keadaan yang sudah dalam keadaan wajib untuk aku bersihkan. Apalagi mengingat rumah tuan Nova yang berukuran jumbo, membuatku harus bekerja ekstra keras.
Dengan perjuangan keras, akhirnya mataku bisa terbuka lebar. Awalnya aku bingung, kenapa dinding kamarku berubah menjadi seperti ini? Apa aku masih tidur dan sedang bermimpi? Aku terus bertanya - tanya di dalam hati, dan kemudian aku teringat kejadian semalam. Semalam, aku dan tuan Nova sudah melakukan 'hal' itu. Memikirkannya malah membuatku tersenyum sendiri, dan membuat pipiku merona merah seperti udang yang direbus.
Aku juga merasakan dekapan seseorang. Aku menatap ke dalam selimut dan mendapati tangan tuan Nova yang melingkar di perutku. Saat sadar bahwa aku tidak mengenakan apa pun, aku semakin malu dan segera menutup selimutku dengan cepat. Aku langsung memukul keningku pelan.
"Bodoh kau Novi, bagaimana kalau tuan Nova bangun? Dia pasti kelelahan setelah.." Aku tak melanjutkannya lagi, karena bisa - bisa jantung ku akan copot dan tuan Nova akan repot mengurusiku nantinya. Jadi aku hanya berusaha untuk menormalkan detak jantungku. Menarik nafas dan membuangnya perlahan. Beberapa menit kemudian, kerja jantung ku kembali normal, dan aku sangat bersyukur akan hal itu.
Melirik sekilas ke arah tuan Nova. Dan aku terpaku sejenak, tuan Nova masih memejamkan matanya, wajahnya terlihat begitu tenang, nafasnya teratur dan aku tahu ia sedang tidak mengenakan apa pun, sama seperti aku. Tapi justru itulah yang membuat tuan Nova semakin sempurna. Aku bagaikan tidur di samping dewa sempurna, yang sebenarnya tak akan pernah ku gapai. Aku memalingkan wajahku, menatapnya terlalu lama malah membuat dadaku semakin sesak. Rasanya aku tak dapat menahan semua ini, dadaku terasa sakit, seperti dihimpit oleh sesuatu yang sangat membuatku merasa tidak nyaman.
Memikirkan semua ini hanya membuatku pusing, kembali tidur pun tidak bisa. Aku punya pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan. Akhirnya ku putuskan untuk menatap kamar tidur tuan Nova. Hanya sebentar. Karena setelah itu aku akan segera melepaskan diri dari tuan Nova. Kamar ini merupakan kamar yang bisa dibilang sangat luas. Bahkan benar - benar luas. Dindingnya dilapisi walpaper berwarna silver yang memberi kesan cool, sangat pas untuk tuan Nova. Di sisi kanan terdapat meja kerja tuan Nova. Tuan Nova memang punya 2 ruang kerja. Satu ada di luar, dan satu ada di dalam kamarnya. Katanya bila tuan Nova pulang malam tapi ia masih punya pekerjaan untuk diselesaikan, ia akan memilih bekerja di dalam kamarnya. Sehingga tuan bisa segera menghempaskan dirinya bila ia sudah sangat kelelahan.
Selain itu di sisi kirinya terdapat lemari besar yang menyimpan semua pakaian tuan Nova. Dan diujung kamarnya, terdapat walk in closet beserta kamar mandi. Aku sering membersihkan kamar mandi disini. Dan percayalah, ruangan itu benar-benar indah. Dengan bathtub dan shower room serta dilengkapi oleh wastafel yang begitu cantik. Singkat kata,benar - benar kamar mandi impian semua wanita. Termasuk aku.
Aku terus memperhatikan ruangan sekitarku, hingga pandanganku jatuh pada satu titik. Ya. Aku sedang memperhatikan jam dinding. Dan jam dinding tersebut menunjukkan pukul 9! ASTAGA! Aku terlambat.
Dengan perlahan aku menyingkirkan tangan tuan Nova yang masih setia melingkar di perutku. Setelah berhasil. Dengan pelan juga dan berharap tak membangunkan tuan Nova, aku mulai bangkit dari tidurku. Menyingkap selimut yang menutupi tubuhku. Tubuhku yang polos tanpa sehelai benang pun langsung terpampang jelas. Aku sempat terpaku sejenak saat melihat bercak darah yang ada di sprei kasur tuan Nova. Sedikit merenung sebentar, karena aku sadar, saat ini aku sudah tidak memilik mahkota penting itu lagi. Aku pasti akan sangat mengecewakan ibu. Aku tahu aku memang bodoh, aku terjerat dalam pesona tuan Nova. Tapi percayalah, bila kalian ada di dalam posisiku. Kalian juga pasti tak akan bisa menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Slave, My Pride
Romance"Saya suka sama kamu, saya cinta sama kamu, dan saya pengen kita jadi kekasih." Ia lalu mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru, membukanya lalu bersimpuh sambil berkata, "Mau kah kamu menjadi kekasihku?" Entah apa yang harus ku...