BAB SATU

1.9K 299 38
                                    

MALAM SUDAH sangat larut. Disaat orang lain sudah tertidur, Elena malah mengendap-endap keluar dari rumah. Dengan tas ransel berwarna hitam yang disanggul di bahu, dia berjalan menyisiri jalanan ibukota yang sudah sesepi kuburan.

Alam tak berpihak padanya malam ini, angin dingin berhembus entah darimana. Membuat Elena merasa kedinginan walau dirinya sudah memakai jaket

"Ukhh dingin sekali, sebaiknya aku membeli cokelat hangat" ucapnya pelan

Matanya tak sengaja melihat sebuah vending machine ditaman kota yang berjarak tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Dengan cepat dia berlari mendekati vending machine itu dan memesan cokelat panas.

Tak sampai lima menit, secangkir besar cokelat panas sudah ada di tangannya. Seteguk cokelat baru mengalir ditenggorokannya ketika dia mendengar suara ribut dari sisi lain taman.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, dia mendekati suara ribut itu. Rasa kaget dan ngeri menyerbu jantungnya sekaligus saat melihat dua pria yang terbaring dijalan setapak taman dalam keadaan tak bernyawa.

Keduanya berlumuran darah, tubuh mereka penuh dengan luka cabik dan salah satunya memegang pisau daging.

Seumur hidupnya, baru sekali ini Elena melihat pisau daging sebesar itu.

Elena ingin sekali mengambil pisau itu sebagai barang bukti, tetapi langkahnya terhenti saat pandangannya bersirobok dengan seseorang.

Seorang pria. Mengenakan topeng Vedetta. Membawa pisau daging yang sama persis. Dan sudah berdiri disana entah sejak kapan.

Pria itu berjalan menghampiri kedua pria yang sudah tak bernyawa itu

"Gagal lagi" ucapnya dengan suara pelan

Elena mengernyit dan memberanikan diri untuk bertanya "Gagal akan apa ?"

Si pria tersentak dan menatap Elena "Kau tidak lari?"

Elena menggeleng "Untuk apa ?"

"Kau....tidak takut dengan ku?"

"Tidak"

Si pria mengangkat pisau daging raksasanya itu kehadapan Elena, tapi gadis itu tak terlihat takut maupun gentar.

"Kau memiliki potensi" ucap si pria

"Apa maksudmu ?"

"Kau tak mengenalku ?"

"Tidak, memangnya kau siapa ?"

Si pria berbalik dan berjalan meninggalkan Elena yang kebingungan

"Aku adalah master puppet" ucapnya

Tepat setelah mengatakan hal itu, dia langsung menghilang. Bagaikan ditelan bumi....

÷÷÷÷÷

James menatap gadis dihadapannya dengan tatapan ragu, mana mungkin seorang gadis tidak takut dengan pisau daging raksasa? Pikirnya. Membayangkan benda itu saja sudah membuatnya merinding

"Jadi....dia meninggalkanmu begitu saja ?"

Elena mengangguk "betul sekali"

"Apa yang kau lakukan setelahnya ?"

"Setelah itu aku pulang dan tidur dengan nyenyak"

James bertanya-tanya dalam hati "anak ini punya potensi untuk jadi psikopat ya ?" Gumamnya

"Baiklah, kau boleh pergi" ucap inspektur James sambil berdiri dari kursinya. Elena ikut berdiri dan berjalan keluar dari ruang interogasi

"Jadi....bagaimana hasilnya Pak ?" Tanya Andi yang masih memandang Elena walau gadis itu sudah keluar dari kantor polisi

"Lumayan, aku mendapat beberapa bukti penting tapi...."

"Tapi apa ?"

"Masih samar-samar, yang jelas master puppet membawa pisau daging raksasa dan memakai topeng Vedetta"

"Lumayan, daripada tak ada"

"Kau benar, hari ini kau piket malam ?"

"Tidak, malam ini gilirannya Roy"

"Kalau begitu aku ikut"

"Bukannya giliran bapak hari sabtu ?"

James menyeringai "Kalau master puppet beraksi malam ini, aku akan menemuinya dan langsung mematahkan hidungnya itu"

Andi ikut menyeringai "Semoga beruntung pak, Saya dukung kok"

James dan Andi berjalan menuju ruang kerja mereka di kepolisian tanpa menyadari sesosok pemuda yang mengawasi mereka sejak tadi....

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....







Human Puppet (Event Of FPW) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang