Chapter 2

1.1K 74 1
                                    

Raburetā

Chara selalu milik Masashi Kishimoto Sensei.

Raburetā milik MetamorphoQueen.

Warning : AU, OOC, Sho-Ai (BL), Typo's, alur lompat-lompat dan monoton.

Pairing : SasuNaru

Don't like, don't read. Risiko ditanggung para pembaca.

Selamat membaca ...

.

.

.

Naruto menarik pintu besi lokernya. Seperti biasa, seperti kemarin dan kemarin-kemarinnya—lagi— tumpukan amplop beraneka warna, beberapa cokelat batangan dan bunga mawar beragam warna tampak bergeletakkan di depan buku-buku dan peralatan sekolahnya.

Pemuda berambut pirang itu megulas senyum, samar. Dua iris matanya menatap kumpulan benda-benda—yang sudah menjadi langganan rutin penemuannya setiap pagi hari— pemberian dari orang-orang yang disinyalir merupakan fans-nya.

Namun, di antara begitu banyaknya jumlah hadiah yang ditemukannya di dalam loker, ada satu hal yang selalu menjadi prioritas dan selalu sukses mencuri perhatiannya. Terselip di antara tumpukan amplop, secarik kertas memo tampak sangat berbeda dan terlihat jelas dipandang mata. Tanpa perlu memakan banyak waktu, kertas itu pun segera diraihnya dan kemudian dimasukkannya ke dalam kantong seragamnya. Mengabaikan tumpukan amplop surat, cokelat batangan aneka merek dan belasan tangkai bunga mawar, pintu loker pun ditutupnya pelan.

.

.

.

"Naruto."

Tiga orang siswa berseragam sama dengan dirinya tampak berdiri di depan pintu kelas yang terbuka lebar. Mengembangkan cengiran lebar, tangan kanan diangkatnya ke atas; guna membalas lambaian tangan yang berasal dari salah satu di antara tiga orang siswa tersebut.

"Kalian sudah lama menungguku?" Naruto menghentikan langkahnya tepat dua langkah di hadapan ketiga temannya. Membenarkan letak tas punggungnya yang terasa sedikit miring ke samping, seringai kecil dikembangkannya ketika matanya menangkap raut bosan tercetak pada wajah salah satu sahabatnya yang berpenampilan paling nyentrik, Sabaku no Gaara. "Wajahmu memberikanku jawaban, Gaara."

Malas menanggapi pernyataan yang terkesan tidak penting baginya, pemuda bertato unik di dahinya tersebut langsung melengos— pergi begitu saja— masuk ke dalam ruang kelasnya yang memang berbeda dari Naruto dan kedua temannya yang lain.

Sementara, Naruto hanya terkikik, sedikit merasa geli dengan tingkah sahabatnya yang memang terkesan cuek dan selalu seenaknya; sedikit mirip dengan dirinya. Pun dengan sosok pemuda berambut raven klimis dan pemuda berambut coklat jabrik yang hanya menggelengkan kepala mereka berdua, kompak.

"Hey, Naruto," Di akhir langkah mereka bertiga menuju ruang kelas, sosok ceria— yang terkenal paling easy going di antara mereka berempat—mencoba membuka obrolan.

"Hmph?" bergumam pelan, siswa bermata seindah langit musim panas tanpa awan tersebut langsung mendudukkan dirinya di tempat duduknya— yang terletak di urutan nomor dua, tepat di samping jendela.

Masih dengan posisi berdiri, Kiba—namanya— membungkukkan tubuhnya dan menumpukan wajah dengan dua tangannya pada permukaan meja sahabatnya. Kedua iris coklatnya menatap Naruto, lekat. "Kurasa Gaara masih belum bisa move on dari mantan pacarnya."

RaburetāTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang