Dream.

875 45 21
                                    

Cowok keren, pinter, tinggi, ganteng, anak basket, lucu, romantis.
Perf banget sumpah.
Dan dia deket banget sama lo.
You're a lucky girl.

Salah satu anak basket, gue lupa namanya nyamperin gue.

"Ina, lo dicariin sama Mika" kata dia.

oh iya gue inget, dia salah satu temennya Mika -batin gue

"Mika? Mau ngapain? Mikanya mana?" Tanya gue.

Jelas lah gue nanya, orang seperfect, sefamous, seganteng Mika nyariin gue woy. -batin gue

"Gatau, pokoknya lo ditunggu Mika di lapangan basket Indoor" kata dia.

"Oh ok, Thank ya" kata gue.

Deg deg an. Iya. Gue deg deg an buat ketemu sama Mika. Jujur ya, gue udah suka sama Mika dari gue kelas VII SMP dan ini udah kelas X SMA. 4 tahun gue suka sama dia secara diam diam. Dan tadaaa lapangan basket indoor udah di depan mata gue, sumpah gue ga sadar karna tadi gue jalan ke tempat ini sambil melamun.

"Hai Na! Lo lama banget sih datengnya? Cape tau gue nunggunya" kata cowo itu sambil nyengir.

"Eh sorry Mik, btw kenapa lu nyariin gue?" kata gue.

"Hm-" kata Mika sambil maju mendekat ke gue, "Ada yang pengen gue omongin sama lo Na, gue suka sama lo. Lo mau ga jadi pacar gue?"

Sebucket mawar putih, Mika kasih ke gue dengan senyum yang gue yakin bisa bikin semua cewe melted.

Deg. Mimpi itu lagi.

"Mika?? Siapa sih Mika? Kenapa dia selalu mucul di mimpi gue? Gue cape Mik-" gue terbangun dari mimpi aneh itu lagi. Pas gue nengok ke jam dinding di kamar gue "Anjir, 5.45 gila gue telat nih telat."

Gue buru buru mandi, pakai seragam putih abu abu, ambil tas, ambil kunci mobil, dan pamit. Gue ga sempet sarapan, elah bakalan pingsan dah nih gue pas upacara nanti, bodoamatlah yang penting gue ga dihukum.

Untungnya gerbang belum dikunci. Selamat. Dan gue masih sempet sarapan roti pas di sekolah. Jadi upacara tadi gue lalui dengan biasa biasa aja.
Sekarang gue lagi di kantin, istirahat bareng sahabat gue dari gue kelas VIII SMP dan kerennya kita satu SMA lagi, Ara, dan Sinta.

"Ra, masa ya semalem gue mimpi Mika lagi. Sumpah Mika ganteng banget ra. Dan itu mimpi yang sama selama seminggu belakangan ini, dan gue ga tau kenapa gue jadi suka sama Mika" kata gue cerita ke Ara dan Sinta tentang 'mimpi aneh' itu.

"Na gue cape denger karakter fiksi idaman lo itu-" kata Ara sambil memakan bakso nya, "Dan berapa kali sih gue harus bilang. Mika itu ga ada. Mika itu Fiksi Na. FIKSI" kata Ara lagi sambil menekankan kata 'Fiksi' yang menyebalkan itu.

"Iya Na, lo jangan terlalu berharap deh sama karakter fiksi. Udah cukup sama 5sos yang lo harapin walaupun ga mungkin. Nyakitin tau Na. Itu bakal Nyakitin lo." kata Sinta serius.

"Yaa kan gue cuma berharap doang, emang gaboleh? Gue cuma berharap gue bakal punya cowo kaya Mika itu, lucu, pinter, ganteng, romantis. He is my future." gue membela diri sendiri dan mimpi itu.
Gue udah ga nafsu makan, gue pun lebih memilih pergi ke perpus dan ninggalin sahabat sahabat gue yang baik, pinter tai itu.

*

"Kapan gue bisa kaya lo Reina?? Punya someone yang bisa bikin lo lebih dari apapun, yang sayangnya tulus sama lo, yang rela in waktunya buat lo. Ah anjir gue baper lagi." kata gue sambil menutup novel yang baru gue baca yang bergenre teen-fiction kesukaan gue.
"Udah ah, gue mending balik ke kelas, kasian Ara sama Sinta jadi kena imbas dari kebaperan gue. Hahaha" kata gue sambil meninggalkan perpustakaan sekolah. Dunia pelarian gue. Salah satu surga, karna banyak banget di perpus, novel yang karakternya itu cowok cowok perf idaman gue. Hahaha.

Dream.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang