Vando POV
Aku melihat Oka mengenggam tangan Rexi ketika memasuki ruangan ini, aku juga melihat ekspresinya dan juga gerak geriknya ketika tante Wena tidak sengaja mengatakan tentang janin Rexi. Apa mereka sudah kembali seperti dulu? Apa Oka sudah bisa menerima Rexi? Aku harus menanyakan ini ke Rexi, aku tak ingin Oka menyakitinya lagi. Mungkin satu tim dengan Oka lagi adalah salah satu cara berdamai dengan masalalu itu, aku tak bisa membiarkan kejadian dimasalalu itu terus membayangiku.
Aku tak sengaja melihat mata itu, mata indah yang selalu membuatku diam membeku dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, aku sudah menyukai mata itu sejak dulu dan membuatku menyukai wanita yang mempunyai mata tersebut, terkadang setiap kali aku bersamanya selalu merasa gugup tapi aku sembunyikan dengan kedinginanku. Aku tak ingin ia mengetahuinya, aku tak ingin menghancurkan semuanya dikarenakan perasaanku ini. Mungkin jika saatnya tiba aku akan mengatakannya dan menerima segala resiko yang ada jika ia menolakku.
Author POV
Dengan segala ucapan yang meyakinkan dari Black, Felix menerima misi tersebut dan menyetujui anggota yang telah dipilih oleh Black. Mereka bersiap untuk keesokkan paginya menjalankan misi pertama mereka sebagai team. Rexi berjalan menuju kamar felix dengan tangan kanannya mengenggam pergelangan tangan kirinya, ia gugup untuk menemui Papanya, tapi ia tak mungkin berdiam diri saja. Ketika berada didepan kamar Felix ia ragu untuk mengetuk, tapi dengan sedikit keberaniannya ia mengetuk kamar itu.
"Masuk" teriak seorang yang berada dikamar tersebut.
"Pa...pa..pa" Rexi terbata-bata memanggil Papanya. Felix sedikit terkejut dengan kehadiran Rexi lalu ia tersenyum tipis melihat anak semata wayangnya datang dengan keadaan gugup.
"Rexi... Minta maaf Pa" ucap Rexi lirih sembari menundukkan kepalanya.
"Untuk apa?" Felix tersenyum lalu memegang dagu Rexi untuk medongakkan kepala gadis itu.
"Untuk... Semua yang Rexi perbuat" Rexi menundukkan kepalanya lagi. "Angkat kepalamu sayang, Papa tak merasa kamu melakukan hal yang salah" Felix tersenyum kembali. Dengan kegugupannya Rexi mengangkat kepalanya sedikit demi sedikit. "Tapi Rexi sudah..." Ucapan Rexi terpotong oleh Papanya "Lupakan masalalu sayang, yang lalu biarlah berlalu, ingat kata mamamu tadi? Kita tak akan membenci ataupun marah kepadamu, karena kamu adalah anak kita, mungkin dengan kehadiran anggota baru hidup kita akan semakin lengkap dan bahagia" Felix menghentikan perkataannya sejenak lalu melirik ke wajah putrinya dan menghela nafas "Jujur Papa dan Mama kecewa, tapi kamu ingat perkataan Papa ini dan jangan kamu lupakan perkataan Papa ini, 'jika kamu mencintainya, Papa dan Mama akan merelakan kamu bersamanya dan menikah dengannya, tetapi jika lelaki itu sekali lagi menyakitimu Papa tidak akan segan-segan untuk menyakitinya juga hingga ia tak lagi bisa bernafas' ingat itu Rexi, sekarang kembalilah kekamarmu dan beristirahatlah, mungkin besok adalah hari yang melelahkan." Ucap Felix. "Baik Pa." Rexi berbalik untuk menuju kamarnya.
---
Rexi POV
Aku melangkah keluar dari kamar bersama Elisya dan juga Jane. Pakaian yang aku gunakan hampir sama seperti pakaian para agent yang aku lihat difilm maupun tv. Pakaian yang aku gunakan sangat nyaman dan 'semoga' tak menyakiti dia yang berada didalam perutku.
"Rex Jane kalian bisa ke garasi terlebih dahulu, aku akan menyusul." Kata Elisya disusul anggukan kepalaku dan Jane bersamaan.
Kami berjalan melewati koridor-koridor yang cukup luas dengan keheningan, aku tak tau mengapa Jane bisa sependiam ini, tak biasanya ia berdiam diri. "Jane" aku memanggilnya. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Lanjutku.
"Tidak ada, hanya aku bingung bagaimana sekolah kita nantinya." Jawabnya.
"Kau tak usah khawatir, bukannya Black sudah berjanji akan mengurusnya?"
"Iya tapi... Sudahlah lupakan."
Jane POV
Aku membohongi sahabatku... Aku tak bisa berkata jujur. Aku takut untuk memberitahunya tentang apa yang aku lihat dan aku dengar kemarin. Andai itu bukan tentang masalah ini dan juga persahabatanku, aku akan memberitahunya, tapi keadaannya berbeda. Dia sudah mengancamku.
Author POV
Felix memasukkan barang-barang kedalam sebuah pesawat, Rexi dan Jane yang melihatnya hanya bisa terperangah, mereka tak yakin dengan apa yang sudah mereka lihat. Menjalankan misi dengan pesawat? Apa tak terlalu berlebihan? Mungkin itu yang ada didalam benak mereka.
"Cantik sih tapi kok melongo" kata Elisya yang sudah berada disebelah mereka. Rexi dan Jane yang disindir seperti itu langsung menutup mulut mereka lalu menajamkan tatapan mereka kearah Elisya.
"Time to go girls!" Teriak Wena dari dalam pesawat. Rexi, Jane, dan Elisya memasuki pesawat tersebut mengikuti Wena untuk berkumpul dengan yang lainnya.
"Do you know what plane is it?" Jane berbisik kepada Vando yang berada disebelahnya.
"Quinjet 01, cuman buat team-team khusus yang ditugasin langsung sama Direktur." Jelas Vando.
20 menit perjalanan mereka sampai ditempat pendaratan khusus digedung pertahanan dan langsung memasuki gedung tersebut.
"Clear?" Tanya Felix kepada salah satu penjaga, "Clear sir" jawab si Penjaga.
"Oka, Rexi, Elisya team 1 kalian ke lantai 3 selidiki tentang cctv gedung. Vando, Jane team 2 cari tahu data apa saja selain yang sudah kita ketahui yang berhasil dicuri. Aku dan Wena akan kekantor utama sekretaris negara." Jelas Felix.
Semua team sudah berada diposisinya. Vando dan Jane berusaha mengikuti arus data yang sudah dicuri, tetapi mereka menemukan sesuatu yang ganjil yaitu email yang baru saja masuk "Ready for the best part season 1? 30 detik menuju kemenangan." Vando dan Jane saling bertatapan lalu mereka sadar apa maksudnya, tetapi mereka terlambat dan "Boooommm" suara ledakan, gedung mulai runtuh. Lift dan alat komunikasi disekitar gedung tidak berfungsi lagi. Jane terbatuk-batuk dan berusaha menggapai tangan Vando yang berada tidak jauh disebelahnya. "Vando... Vando... Wake up." Teriak Jane, tetapi Vando sudah tidak sadarkan diri karena kepalanya yang membentur reruntuhan.
-
"Rexi, are you okay?" Tanya Oka. "Elisya... Elisya berada disisi sebelah sana, tolong dia Ka." Kata Rexi.
"We'll save her, but right now we've to find safe place. We can't stay in here, too dangerous. Now, answer me, are you okay?" Wajah Oka mulai panik melihat wajah Rexi yang pucat. "I'm okay." Jawab Rexi dengan tegas.
-
"We can't out of here." Wena sudah menyerah mendobrak pintu yang sedari tadi terkunci rapat. Mereka mendengar suara bom meledak lalu tiba-tiba ruangan ini menutup rapat dan dindingnya berubah menjadi dinding besi. "We'll find the way." Kata Felix meyakinkan.
------------------------
Posted!
Jangan lupa Vomments. Thanks.
Ichasa-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gift
Fanfiction- Rexi Emeralda - Oka Geraldy - Alvando Denatra - Janetha Westhon - Masa SMA yang penuh keindahan, kebahagiaan, dan juga tantangan. 17 tahun dan hamil, bagaimana kehidupanmu? Dibenci? Dicaci? Atau bertambah indah? 17 tahun dan mengemban tugas berat...