Aku bisa mengatakannya sekarang, kalimat yang lama telah kupendam, hanya ini satu-satunya hal yang mampu aku ungkapkan melalui jiwaku yang tulus, untuk kamu."Tak ada yang membantu, tak ada, sama sekali, hanya kamu."
Sekarang kita sudah memulai dan tak akan pernah berhenti, apapun yang terjadi, perjalanan panjang kita tak akan pernah terlupakan, sesuatu yang sudah kita mulai bersama, apalagi dengan kekuatan dan kemampuan kita sendiri, tak mudah terhenti begitu tiba-tiba, tak mudah terhenti begitu saja.
Tapi memang tak semuanya kita lakukan sendiri, pasti ada seseorang yang ikut ambil bagian dalam setiap perjuangan. Meski kita tak tahu, tak merasa, tak melihat, tak mendengar, dan tak pernah memikirkan... pasti ada orang di mana ia selalu membantu meski awalnya menolak bahkan memaki, dan itu adalah kamu.
Kamu yang ada ketika kami terjebak di tengah jalan. Meski menghina kami di awal pertemuan, tapi tetap kamu lah sang penyelamat kami. Lihatlah sekarang, kita dan kamu... bisa berdiri bersama di sini, malam ini.
Gimme some more
Gimme some moreBerikan aku lagi, kumohon berikan aku dukungan lagi, aku tahu, kau pasti akan melakukannya untukku.
Ingatkah dulu, ketika pertama kami dan kamu bertemu?
Oh Yeah OK I've got bad days
so caught up in my mind and I'm
Not really sure who I am
and nothing seems to go my way at allOk, saat itu aku mendapatkan hari burukku. Bayang kesuksesan menggerogoti tubuh dan pikiranku, hingga aku seperti anak muda yang sedang patah hati, lebih dari itu malah. Aku selalu terpaku pada setiap Musisi di setiap panggung. Gemulai liar gerakan mereka, hentakan para penonton yang mengikuti langkah mereka. Membuatku iri.
Aku telah mencoba, namun telah lama gagal dan putus asa. Kupikir... semua ini tak ada gunanya, aku bukan tercipta untuk menyanyi seperti mereka, aku tak lahir untuk berdiri di atas latar megah di depan ribuan orang itu, aku tak dikodratkan menjadi sosok penghibur bagi para manusia yang haus akan nada-nada menghentak jiwa. Aku bukan siapa-siapa.
Bahkan aku pikir semua perjuangan ku hanyalah angan yang terlampau tinggi, aku sendiri tak yakin bisa mencapai hal itu.
Then I hit the stage and remember
why I'm here
I'll be the voice
to those who don't have one
and never forget
the road backLalu, saat itu aku bertemu denganmu. Kamu.
Yang tak bersuara, diam karena terluka, tak mampu bicara karena takut berbicara lantang melawan dunia. Kamu takut akan dunia ini kala ia murka. Kamu ingin meneriakkan seluruh kesedihanmu pada dunia agar semua orang tahu, tapi kamu tak punya nyali.
Sebagai sahabatmu, aku tahu perasaanmu. Kamu pernah bilang padaku, "Mimpi terkadang melampaui langit ke-tujuh, hingga kita lupa mencari tahu bagaimana cara menuju kesana." Kamu cemooh diriku dan temanku. Tapi ketika kamu terluka oleh kejamnya dunia, kamu datang padaku dengan kalimat berikutnya, "meski mimpi setinggi langit ke-tujuh, bila kita mau... nyali kita berani, kita pasti mampu menggapai dan sampai di sana, bahkan sampai angkasa sekalipun."
Maka aku tahu, satu alasan bagiku ketika kaki ini menginjak dan berdiri di atas penggung megah tanpa penonton. "Aku akan menyuarakan isi hatimu." Aku menatapmu penuh duka, sahabatku.
Suara-suara hati ini tak mungkin kupendam lagi, aku tahu dulu kamu musuhku, tapi sekarang tidak lagi. Berkatmu, aku jadi diriku yang lebih berani dari sebelumnya, hanya kalimatmu yang mampu membuncahkan kembali rasa optimisku. Aku berjanji padamu satu hal. "Aku tak akan pernah lupa, jalan kembali padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Helps (End)
FanfictionAkan ada masa di mana mereka yang telah bersanding di atas kursi seorang Raja, tersingkirkan oleh usia. Sahabatku, bangkitlah dan arungi jalan keras hidup ini, tersenyumlah meski tertindas, tersenyumlah meski kamu terluka, lihat mereka yang hanya du...