"sara tunggu!" teriak seseorang dari belakang sara.gadis itu menghembuskan nafasnya, bukannya berhenti, ia malah lebih mempercepat jalannya menuju kelas.
sedangkan lelaki tadi, yang memanggil sara itu mengumpat pelan. ia heran. apa yang salah dengan dirinya? kenapa gadis itu menjadi menjauhinya? dan masih banyak lagi pertanyaan pertanyaan yang ingin dilontarkannya pada gadis manis itu.
'dammit. menjauh dariku' batin sara geram. ia mengepalkan kedua tangannya ketika langkahnya dan langkah matt semakin dekat. padahal ia sudah berjalan dengan sangat cepat. lebih tepatnya hampir berlari. dan bang- tangannya di tarik dari belakang. siapa lagi kalau bukan matt yang menariknya
"kenapa?" tanya matt to the point pada sara yang dibalas dengan gelengan kepala dari gadis didepannya.
"sekali lagi ku tanya, ada apa denganmu? tidak seperti sara yang biasanya. jika aku salah, beritahu aku apa salahku. jangan menjauhiku tiba-tiba seperti ini" cerocos matt. jujur, ia tidak bisa di perlakukan seperti ini oleh sahabatnya sendiri, ada perasaan yang- entahlah, sulit dijelaskan, ketika sara tiba-tiba merubah sikap nya menjadi tidak peduli pada matt.
'salahmu adalah kau melupakanku karena gadis tan itu' batin sara. mana mungkin ia memberi tahu alasan sebenarnya pada matt, kalau ia cemburu.
sekali lagi ia menggeleng "maaf aku harus kekelas" ujar sara dengan suara kecil, hampir seperti berbisik. ia berusaha melepas tangannya yang di genggam oleh matt dengan lesu. bukannya apa, ia terlalu malas dan lelah hanya memikirkan matt dan olivia
matt menganga sambil melihat sara pergi dan berjalan dengan sangat lesu. 'apa apaan itu? bahkan itu bukan sara yang ku kenal' batin matt. ia menghela nafasnya kasar. tidak, ia harus meluruskan semua ini, walaupun ia tidak tahu apa penyebab sara seperti itu padanya. gadis itu membuat hatinya gusar.
***
"I dedicate this song to you,
The one who never sees the truth,
That I can take away your hurt, heartbreak girl.
Hold you tight straight through the day light,
I'm right here. When you gonna realize
That I'm your cure, heartbreak girl"
gadis itu membesarkan volume musik di ponselnya seakan tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. masa bodoh, jika ia telat masuk ke kelas berikutnya. toh bel masuk masih berbunyi 30 menit lagi.
seperti biasa, suasana di taman sekolah pada jam istirahat itu cukup sepi. sara menatap arah depan dengan pandangan kosong. ia seperti kehilangan semangat untuk bersekolah.
tiba tiba seseorang menepuk pundaknya, sara tersadar dari lamunannya. ia melepas headsetnya dan melihat siapa yang menepuk pundaknya barusan. ia terdiam. oh ayolah, bisakah ia pura pura tidak melihat orang itu?
"hai" sapa matthew sambil melemparkan senyum terbaiknya. sayang, sara tidak melihat itu. dan sapaan matt hanya dibalas dengan gumaman oleh sara
"ah kau mau ini? aku sengaja membelinya dua karena aku membelinya untuk mu juga, aku sempat kebingungan mencari mu dimana dan un-"
"maaf aku pergi dulu,terimakasih sandwich nya tapi aku tidak lapar" ujar sara dingin dan tidak menatap wajah matthew sama sekali. sejujurnya ia takut menatap mata itu. takut, ia semakin menyukai laki-laki itu
***
"ich hätte gern 2 kilo Kartoffein. wie viel kostet das kilo? is that right?" tanya anak perempuan berambut pirang bernama anna. yeah, anak didik sara. sedangkan yang ditanya hanya diam menatap objek tepat didepannya. sepertinya melamun lagi
"sara, are you okay?" tanya anna yang yakin bahwa ada sesuatu yang tidak benar dari diri sara.
"a-ah yeah. aku hanya sedikit pusing"
"mm kalau kau mau, kita bisa berhenti sampai sini pembelajaran hari ini" ujar anna sambil melemparkan senyumnya.
sara mengangguk "baiklah kita lanjutkan di pertemuan berikutnya. see ya anna" sara keluar dari rumah besar itu dengan langkah gontai. matthew espinosa, hanya karena lelaki itu saja ia bisa seperti ini? cmon bruh.
ia melangkahkan kakinya menuju sebuah coffee shop. mungkin dengan segelas kopi ia bisa menenangkan pikirannya. "vanilla latte satu" pesan sara, ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan tidak beberapa lama gadis itu mendapat pesanannya. ia duduk disalah satu bangku disana,menatap gelas coffee nya dengan tidak bernafsu
"matthew fucking espinosa" bisik sara hampir seperti orang putus asa
"yes, i'm right here ms" suara itu tiba-tiba menyapa telinganya. oh man, jangan sekarang
tanpa melihat keasal suara itu, sara segera berdiri dan siap untuk keluar dari sana. tetapi telat, tangan itu menahannya
"please, dont do this to me" pinta matt dengan memelas. ia menahan tangan gadis itu seperti tidak ingin melepaskannya
"melakukan apa?!" tanya sara gusar. dahinya mengerut, wajahnya seperti mengatakan bahwa ia sedang tidak ingin berbicara dengan lelaki itu.
"duduk dulu, kita bicarakan ini baik baik" sara luluh, bagaimana bisa lelaki itu membuatnya seperti ini
"okay sekarang ceritakan, ada apa sebenarnya"
sara menggigit bibirnya. ia harus berbohong pada lelaki itu.
"a-aku, sebenarnya aku, ada beberapa tugas yang membuat ku sangat terbebani, aku harus pergi mengajar dan hampir putus asa jika aku tidak bisa mengerjakan tugas itu. dan disaat aku butuh kamu. kamu pergi entah kemana saat ku cari" ujar sara berbohong
matt terdiam sebentar lalu tak beberapa lama tertawa "jadi hanya karena itu? oh ayolah sara, kau hanya perlu menelfonku dan aku akan ada disana untukmu"
sara meringis sambil tertawa paksa 'untung saja ia percaya'
"anyway kau kesini sendiri?" tanya sara mencoba mengalihkan pembicaraan
"tidak, aku bersama seseorang dia ada di mobilku"
"siapa?" tanya sara penasaran
"olivia" matt memperlihatkan deretan giginya tanpa ada perasaan bersalah atau apapun namanya.
dan saat itu, sara ingin menyiram wajah matt yang bisa dengan santainya menjawab pertanyaan sara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone ✖ Matthew Espinosa
Fanfiction"should i smile because we are friend? or should i cry because that's the only thing we can ever be?"