Good News

323 27 4
                                    

Louis Tomlinson terkejut bukan main saat membaca email baru di laptop tuanya. Ia berteriak kegirangan sambil melompat-lompat diranjangnya sehingga mengeluarkan bunyi decitan. Oke, dia tidak seharusnya melompat-lompat jika tidak ingin ibunya memarahinya lagipula dia sudah remaja dan remaja laki-laki tidak melompat-lompat diranjang, Louis berpikir seketika.
Lantas dia turun dari ranjang dan keluar dari kamar kecilnya. Louis berlari (dan membuat lantai bergetar) turun ke dapur dimana ibunya sedang menyiapkan makan siang. Louis menghampiri ibunya.

"Ibu ! Coba tebak !!!!" Louis agak berteriak. Ibunya menghentikan apa yang dia lakukan lalu berbalik badan

"Ya aku sudah tau pasti kabar baik kan?" Ibunya tersenyum ceria.

"Bagaimana ibu tau?"

"Boo, aku bisa mendengar suara kegiranganmu dikamar dari sini dan jangan lupakan getarannya. Jangan lari didalam rumah sayang" Ibunya mengingatkan walau senyum ceria tetap menghiasi wajahnya. "Nah jadi apa kabar baiknya?"

"Aku diterima di London University melalui beasiswa!" Louis memeluk ibunya erat. "Akhirnya aku dapat beasiswa itu Bu, oh aku senang sekali !"

"Selamat boo ! Aku bangga sekali, kau memang anak cerdas" Ibunya mencium pipi Louis. "Bagaimana kalau untuk merayakannya Ibu membuat kue tart coklat untuk hidangan penutup ? Ibu sangat ingin membuatnya, selagi Ibu punya bahanya. Bagaimana?"

"Ah terima kasih Bu, aku suka apapun yang Ibu buat. Aku akan membantu" Louis mencuci tangan di wastafel.

"Oh tidak perlu boo, kau tunggu saja dikamarmu. Nanti aku akan memanggilmu kalau sudah siap." Ibunya mendorong Louis keluar dapur. "Oh tolong kau kirim pesan ke Joe dan Lottie agar pulang untuk makan siang, ibu juga ingin mereka tau. Karena ini penting"

Louis tersenyum senang. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih bu"

Louis berjalan cepat ke kamarnya, membuat pengingat di otaknya untuk tidak berlari. Sampai di kamarnya, Louis masuk dan menutup pintunya. Menjatuhkan diri ranjang kecil di pojok ruangan, menutup muka dengan bantalnya. Louis berteriak,suaranya tertahan bantal. Louis masih tidak percaya dia bisa masuk ke Kampus mahal dan terkenal itu hanya menggunakan otaknya. Bagaimana bisa ?! Louis merasa seperti baru diberkahi anugrah yang luar biasa hebat. Louis Tomlinson hanya orang biasa dari keluarga miskin di Doncaster yang awalnya hanya bermimpi sekolah di tengah ibukota Inggris saat masih SD tapi sekarang impiannya jadi kenyataan. Dia ingat saat Perrie (teman perempuannya) mengatakan untuk tidak membuang mimpinya, karena jika dipupuk dengan usaha mungkin akan jadi kenyataan. Inilah kenyataannya, dan Louis merasa berutang budi kepada Perrie, dan membuat pengingat untuk mentraktirnya makan direstoran mewah kalau dia punya uang. Oh Perrie, aku menyayangimu!, Louis berteriak dalam hati.

Louis ingat untuk mengirim pesan ke
Joe dan Lottie. Dia menyambar handphonenya di atas meja belajarnya, lalu mengetik pesan:
"Ibu menyuruh pulang untuk makan siang.
Ada berita penting!!
:D xx"

Louis mengirim pesan pula untuk Perrie.
"Aku punya kabar gembira ! Aku akan memberitahumu besok di toko !
:D :D xoxo"

Louis hendak meletakkan kembali handphonenya ketika handphone itu bergetar ditangannya. Louis melihat dia mendapat balasan dari Lottie.
"Ada apa? Tapi baiklah, aku sedang di jalan pulang."

Kemudian bergetar lagi, dia mendapat balasan dari Joe.
"10 menit lagi aku sampai rumah :)"

Louis tersenyum membaca kedua balasan pesan lalu meletakkan handphonenya kembali ke meja. Dia merebahkan kembali tubuhnya ke ranjang sambil menatap baling-baling kipas angin yang berputar pelan.
Otaknya membayangkan apa yang akan dia lakukan kelak ketika sudah menjadi mahasiswa di sana. Akankah dia mendapat banyak teman? Akankah dia merindukan rumah? Akankah dia tetap rajin belajar? Jawabannya semua pasti tentu saja dia akan punya banyak teman, pasti dia akan merindukan rumah, dan pasti dia akan tetap rajin belajar karena London tidak akan mengubah itu.
Louis yakin itu.

Flower BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang