BAB DUA

2.3K 253 16
                                    

RONI MENGANGKAT tangannya. Dalam sekejap, dia menjadi pusat perhatian.

Rinka meneguk ludah "kau yakin ?"

Roni mengangguk "Kali ini aku tidak akan melakukan kesalahan"

"Kesalahan? Kali ini? Apa maksudnya?" Gumam Elena dalam hatinya

"Baiklah, sudah diputuskan bahwa Roni yang mengambil kasus ini. Yang lain silahkan mengambil kasus berikutnya" ucap Kirana

Budi, Eko, Ren, dan Rinka mengangguk setuju. Walaupun ada seberkas rasa tak setuju di hati masing-masing.

"Tapi...." ucap Kirana lagi

Roni menatap gadis itu dengan wajah bingung

"Kau harus membawa satu orang sebagai partner. Dan Elena yang kupilih sebagai partnermu"

÷÷÷÷÷

Roni menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan gelisah. Pikirannya terbagi dua.

Setengahnya setuju akan keputusan Kirana. Gadis itu benar, dia tak mungkin menyelesaikan sebuah kasus sendirian.

Setengahnya lagi....takut.

Dirinya masih tenggelam dalam pikiran ketika Elena masuk kedalam kamarnya.

"Hal apa yang sudah membuatmu masuk kesini?" Tanya Roni, dingin.

"Kirana menyuruhku untuk mengantarkan ini" jawab Elena sambil mengangkat selembar koran terbaru.

Roni berdiri lalu mengambil koran itu. Matanya membulat saat melihat berita utama yang tercetak besar-besar di halaman pertama.

÷÷÷÷÷

Elena menatap Roni lekat-lekat, pemuda itu kelihatannya sangat terkejut saat melihat koran itu.

"Hei, korannya gak menggigit kan ?" Tanya Elena

Roni menatap Elena yang duduk disampingnya "Jelas tidak, tapi beritanya lumayan juga. Apa Kirana tahu ?"

Elena mengangkat bahunya "aku tak tahu"

Roni terdiam, matanya menatap Elena dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan. Digenggamnya
tangan Elena hingga gadis itu berjengit "Apa yang kau lakukan ?!"

Roni hanya diam "Buka lengan jaketmu"

"Untuk apa ?"

"Buka saja !!"

Elena menyisingkan lengan jaket abu-abunya. Roni membelalak saat melihat luka-luka tusukan di lengan kanan dan kiri Elena. Luka-luka itu terbuka hingga mengeluarkan sedikit darah

"Ini bekas apa ?" Tanya Roni

"Ibu asuhku" jawab Elena. Suaranya bergetar ketakutan. Meski dia sudah sebulan tinggal di bawah tanah bersama Roni dan para anggota Underground Bullet, tapi dia masih tidak bisa terbiasa dengan Roni.

Terutama karena pemuda ini seperti tak menyukai dirinya.

"Kenapa kau tidak bilang sejak sebulan yang lalu?"

Elena menunduk "aku tak mau merepotkan kalian"

Roni beranjak dari kasurnya
"Biar kuobati"

Elena mendongak "Tidak usah! Nanti sembuh sendiri"

Tapi Roni tak menghiraukannya dan keluar dari kamar.

÷÷÷÷÷

Elena hanya bisa meringis kesakitan saat Roni mengusapkan kapas berlumur alkohol ke lukanya. Rasanya pedih mengingat luka itu terbuka.

"Roni....sakit" bisik Elena lirih

"Sedikit lagi selesai kok" balas Roni

Elena menutup matanya mencoba menahan rasa sakit dan pedih yang menyerang kedua lengannya.

"Selesai"

Elena membuka mata dan pandangannya bersirobok dengan Roni. Pemuda itu terlihat kesal, entah kenapa.

"Jangan menyentuhku" ucap Roni dengan nada dingin yang sudah biasa dikeluarkannya.

Elena melepas genggamannya di lengan Roni. Sebenarnya dia baru sadar kalau tangannya mengenggam lengan Roni. Tapi dia tak menyangka reaksi pemuda itu akan seperti ini.

Roni berdiri dan berjalan keluar dari kamar. Meninggalkan Elena yang masih terdiam.

÷÷÷÷÷

Kirana dan Ren yang mendengar (lebih tepatnya menguping) pembicaraan Roni dan Elena hanya bisa menghela nafas.

"Dia beneran trauma ya?" Tanya Ren

Kirana mengangguk "Sepertinya begitu, dan kuharap keputusanku benar"

"Keputusan yang mana?"

"Aku memasangkan Roni dengan Elena"

Mata Ren membulat, dia menatap Kirana dengan pandangan horor.

"Kau memasangkan mereka?!"

Kirana mengangguk "Hei rapat tadi kamu dengar apa nggak sih?"

Ren menggeleng, cengiran muncul di wajahnya. Kirana langsung menjitak dahi pemuda itu.

"Hei! Sakit tau!"

Kirana mendengus "biarin"

"Kau ini bukan calon istri teladan rupanya"

"Apa katamu?!"

"Eh gak pap..."

BUAKK!!

Kirana menendang selangkangan Ren hingga pemuda itu roboh ke lantai. Ren mengaduh kesakitan sedangkan Kirana malah kabur ke lantai bawah

"KIRANA!! AWAS KAU!"

÷÷÷÷÷

Suara air yang berjatuhan terdengar dari dalam kamar mandi Roni yang terkunci. Didalamnya, Roni sedang mandi dan tengah melakukan hal yang tidak biasa dilakukannya.

"Aku tak pernah pantas bagi cewek manapun"

"Apalagi Elena, dia pantas untuk Budi"

"Apa yang ada dalam pikiran Kirana ketika memasangkanku dengannya?"

"Apa dia gila?"

"Aku tak akan bisa menjaganya"

"Aku tak mau dia  bernasib sama seperti Zikri"

Roni terus berbicara sendiri di bawah guyuran air shower. Tangannya tak henti-hentinya menggosok lengan kanannya yang disentuh Elena hingga merah dan berdarah. Sampai akhirnya beberapa bagian kulit lengan kanannya mengelupas, barulah dia berhenti.

Rasa nyeri dan pedih yang menyengat baru dirasakan ketika keluar dari kamar mandi. Dia menatap luka yang barusan dibuatnya

"Sialan! Ini pasti baru hilang setelah dua minggu"

Roni mengumpat kesal, padahal luka itu dibuat sendiri olehnya. Tapi, luka itu tidak sebanding dengan luka di hatinya yang sampai sekarang belum bisa sembuh...

÷÷÷÷÷

Elena berjalan menyusuri lorong bawah tanah. Di sampingnya Budi mengiringi sambil menyorotkan senternya kemana-mana.

"Hei Elena?"

"Ya?"

"Kamu mau tahu....soal Roni?"

Elena terdiam, kepalanya mendongak dan menatap Budi.

"Aku....tidak mau"

"Kenapa?"

"Jika itu artinya aku akan membuka luka lama, rasanya jadi tidak perlu"

"Sebaiknya kau tahu hal ini Elena"

"Kenapa?"

"Karena menurutku hanya kau lah yang bisa menyembuhkan Roni"

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....




My Wild Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang