Ka Nathan bener-bener buang waktu ke rumah ku. Udah tau aku ga ada niat ngomong sama dia masih aja datang. Aku udah bilang ka Andrew kalau aku ga mau ngomong dulu sama ka Nathan, dan ka Andrew mengiyakan keinginan ku.
Sampe tadi pagi aku pergi dengan cepat tanpa memperhatikan ka Nathan yang sudah duduk di ruang tamu, yah cukup dengan lari ke gerbang perumahan dan naik angkot dengan segera.
"Cape bu? Tumben siang." tanya Farah sudah duduk disebelahku. Aku masih saja menarik nafas dalam-dalam, tadi aku liat motor ka Nathan sudah ada di parkiran dan karena refleks aku lari ke kelas.
"Cape aku." keluhku.
"Yah siapa suruh lari-lari, kan masih 10 menit lagi masuk." iyah jadi kena omel. "Muka kamu Ta, pucet gitu." lanjutnya dengan nada khawatir.
Efek samping aku lari yah gini, pucet kan muka.
"Kamu lagi galau, Ta?"
"Engga, biasa aja."
Dan tiba-tiba Pintu kelas ku didorong keras sehingga berbunyi nyaring, membuat pusat perhatian para murid kelas ku.
Ah mau apa lagi wanita itu ke sini? Tak puaskah membuat pipi ku seperti ini.
Dia dengan gaya modelnya mendekatiku, yah siapa lagi kalau bukan mantan ka Nathan. Melihatnya saja sudah membuatku muak.
"Jadi orang yang aku tampar itu putri pangestu." ujarnya menantang, entah kenapa tatapannya seperti melihat mangsa yang sudah lama dia cari.
Aku membalasnya dengan pandangan tak kalah menantang. "Ya, ada yang bisa dibantu?"
"Oh. Gue cuma mau bilang jangan ganggu Nathan lagi!" ancamnya.
"Dan oh juga, aku tak peduli." sanarkisku. Memang siapa dia bisa mengatur ku, lagi pula aku tak pernah mengganggu ka Nathan.
Mendengarnya yang terlalu pede berlebihan ini membuatku muak, malah sangat muak.
Dia tersenyum memandangku sinis, "gue bisa nyingkirin elo dengan mudah."
"Oh ajah oh." balasku tak peduli, memang siapa dia bisa seenaknya menyingkirkan ku.
"Denger ya.." ucapnya seketika terpotong oleh kedatangan ka Nathan.
Oh dan mulutnya yang tadi tersenyum sinis berubah menjadi manis seperti gula. Dasar wanita munafik, serigala berbulu domba, ahhhh aku membencinya.
"Kenapa kamu ada disini, Laura?" tanya ka Nathan dengan tegas, oh jangan ada adegan sinetron lagi seperti kemarin, cukup sekali aku melihatnya.
"Aku merindukan mu." serunya dengan badannya segera memeluk ka Nathan, namun ka Nathan dengan mudah menghadangnya, dan liatlah raut wajahnya yang berubah kusut. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya tapi apa daya aku harus jaim dihadapan mereka.
"Tapi aku tidak, sekarang bisa kah kamu pergi dari sekolah ini!" tegas ka Nathan, membuat seisi kelas merinding. Yah baru kali ini kami semua melihat ka Nathan seperti ini, biasa nya ka Nathan selalu ramah, dan hanya karena Laura ini ka Nathan mengeluarkan keasliannya.
Namun yang paling prihatin itu Laura nya sendiri, lihatlah mukanya yang pucat pasi, "jangan senyum bahagia gitu." bisik Farah menyadarkanku bahwa aku tersenyum.
Laura sendiri masih membela diri, "Tapi aku.."
"Pergi! Gue mau ngajar, jangan ganggu gue!"
Ini bener-bener adegan sinetron yang aku suka, lihatlah peran antagonisnya tersiksa, pemandangan yang mengasikan. Katakan saja aku jahat karena itu.
"Aku ga akan nyerah akan kamu, Nath." ucapnya dan lekas berlalu, eaa bokongnya berlenggok ria saat keluar kelasku.
"Maaf atas kehebohan tadi, dan entah kenapa dia datang ke kelas ini." ucap ka Nathan penuh penyesalan. Semua temanku mengangguk mengerti. Mereka kembali pada bangku masing-masing.
Saat aku akan duduk, tiba-tiba pundak ku digenggam seseorang, "maafin kaka, Ta."
"Buat?" aku bingung kenapa dia minta maaf padaku, yah aku akui ka Nathan banyak salah sama aku, dari jaman burbakala, tapi aku ga ngerti kenapa dia maaf.
"Kaka udah ngecewain kamu, kaka udah bikin kamu tertindas sama Laura, pokonya salah kaka banyak sama kamu."
"Tumben nyadar." jawabku ketus, dan benar-benar puas melihatnya seperti ini.
Tangannya merosot pada telapak tanganku dan menggenggamnya, hangat yang terasa. Perutku rasanya aneh, namun tidak menyakitkan malah ada rasa asing yang membuatnya nyaman dan membuatku bahagia.
"Kaka beneran sayang sama kamu, Ta." ucapnya didalam keheningan kelas. Jantungku seketika berdetak lebih cepat, padahal dulu tak seperti ini.
"Kenapa kaka peduli sama Cinta sih?"
Aku penasaran dengan ketertarikannya padaku, dia bilang dia mengenaliku saat dulu kala, tapi kenapa aku sama sekali tak mengingatnya.
Saat ka Nathan akan membuka mulutnya ibu Wulan yang akan mengajar dikelasku datang dan memberi salam.
"Loh ko Nathan ada disini? Bukannya ibu yang ngajar kelas ini yah?" tanya ibu Wulan penuh keanehan.
Teman-teman dikelas yang menyaksikan ungkapan ka Nathan tadi hanya meng-iya kan bahwa ibu Wulan yang mengajar sekarang.
Ka Nathan pun menjawab meng-iya kan, "iya bu, tadi saya ada urusan sama Cinta sebentar. Kalau begitu saya izin pamit."
"Iya, nanti aja lanjutin pacarannya yah." ceplosan bu Wulan membuat muka ku bersemu merah, aku malu jika dituduh seperti itu. Dan aku juga sempat melihat muka ka Nathan memerah, apakah dia juga sama malunya dengan ku?
Tbc..
Sorry banget buat yang baca cerita abal-abalku!! Kalau part ini lama update dan sedikit jalan ceritanya. Aku bingung buat lanjutin, mood ku jelek, tugas numpuk, dan tak lupa juga kartul yang harus dikerjakan, semuanya buat aku lumayan sibuk.
Pokoknya maaf banget!!
Tolong vomentnya jangan lupa, buat moodku bagus untuk melajutkannya.
Makasih banyakkkkkkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective?
عاطفيةpunya kaka yang over protective itu memang merepotkan, segala urusanku diurusnya. tapi untuk temannya yang satu ini kaka ku mempercayainya, beda dengan biasanya. semuanya berhubungan dengan kejadian itu.. Copyright © nnamaul Sampul by @Stanley Shunp...