Maaaaf, tidak bisa post secepat dulu, karena Author sudah mulai persiapan kuliah, sudah mau ospek hihi:D
But akan selalu diusahakan jika ada waktu;)
Vote dan comments nya di tunggu ya!<3
Terimakasih, dan selamat membaca.
**********
Melody's POV
"Melody?" Lyra menatapku dengan tatapan terkejut. Aku menatapnya dengan linangan air mata. Aku tidak tahu harus kemana, jadi kuputuskan berjalan ke arah rumah Lyra.
"Aku..." Dia langsung memelukku, membuat tangisku pecah. Aku kembali tersedu-sedu, mengingat betapa kejam takdirku. Betapa kejam semua orang membuatku hidup dalam kebohongan semata.
Hidup dalam kebohongan dimana kenyataannya mereka tidak ada satu pun yang tulus padaku, ketika aku tulus kepada mereka.
"Masuk ya" pinta Lyra. Aku menggangguk.
Sahabatku itu menggotongku ke dalam rumahnya, tetapi langkahku terhenti mendengar seseorang memanggilku. Suara familiar yang begitu ku rindukan. Dia yang menghilang. Dia yang menjauh.
"Melody?" Aku mendongakkan kepalaku. Dia cukup terkejut melihat wajahku yang kusut. Lyra menguatkan pegangannya, berusaha membuatku tenang, tetapi tidak, terlalu canggung.
Andro menatapku dengan pandangan bertanya. Dia mendekat, tetapi aku berusaha menjauh. Pegangan Lyra terlepas dan tubuhku hampir jatuh karena aku sudah terlalu lelah.
"Melody" panggilnya. Aku terus berjalan ke belakang. Aku begitu merindukan sahabatku ini, tetapi dia yang memintaku menjauh, dia yang memintaku untuk tidak melihatnya lagi, untuk tidak menganggapnya lagi, seperti dia tidak menganggapku.
Aku berlari keluar dari rumah Lyra dengan sisa tenaga yang ku punya. Berlari jauh dari Andro. Rasanya, aku seperti iblis jika meminta pundaknya sekarang. Agaknya, tidak berperasaan sekali ketika aku sudah menolaknya, memilih orang lain dan tiba-tiba meminta pundaknya disaat aku dilanda kesulitan akan pilihanku.
Tetapi tenagaku tidaklah banyak, aku pun sadar. Aku hanya terlalu keras kepala memaksakan berlari.
Dalam satu hentakan, aku sudah berada di dalam pelukan Andro. Aku mengingat bagaimana aroma khasnya, aku ingat bagaimana caranya memelukku, aku ingat bagaimana caranya dia menenangkanku. Persis seperti ini.
"Sudahlah" gumamnya sambil memelukku lebih erat. Aku hanya dapat mengeluarkan isakan yang tidak bisa kutahan lagi dan aku memang kejam.
Aku memakai pundaknya, ketika aku sudah menyakitinya.
********
Author's POV
"Orion"
Orion memutar kepalanya dan menemukan seseorang yang tak pernah ia sangka, akan menemuinya di saat seperti ini. Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya.
"Mau apa?" tanya Orion dengan dingin dan tajam, sangat khas dirinya. Tetapi 'khas' dirinya itu akan menguap begitu saja jika ia berada dengan Melody.
Melody lagi, melody lagi. Aku rasa aku akan mati jika memikirkan kemungkinan putus itu.
"Aku tidak ingin berbasa-basi. Tetapi aku rasa, ini bukan tempat yang tepat" gumam Juan. Lelaki itu memang tadinya tengah bersama dengan Melody, tetapi ketika dia membuat pengakuan itu, dia sempat mematung beberapa saat, ketika Melody sudah menghilang entah kemana.
"Ikut aku" ujar Orion. Mereka berjalan masuk ke arah kantor.
Kini banyak pasang mata yang menatap mereka berdua. Bagaimana tidak? Juan begitu manis dengan kacamata berbingkai hitam itu. Sedangkan Orion dengan gayanya yang biasa. Cuek dan dingin, tetapi tampan dan memukau.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody of Us
RomanceCerita ini tak ubahnya sebuah cerita cinta biasa. Dengan tokoh yang biasa. Seorang yang dingin dan seorang yang begitu aktif, dipersatukan dalam sebuah keinginan panah sang pemanah cinta. Mereka diikat sebuah cincin, tanpa cinta awalnya. Tetapi p...