Recommended songs :Enemy Fire - Bea Miller
I'm With You - Avril Lavigne
Glow - Ella Henderson
Illusion - One Direction
Leave Out All The Rest - Linkin Park
Sparks Fly - Taylor Swift
* * *
Gadis itu menajamkan penglihatannya. Ternyata benar, itu Louis Tomlinson, sedang menggandeng gadis lain. Gadis cantik dengan gaun bermotif bunga sederhana yang ia kenal betul. Gadis cantik itu Stephanie. Dan sahabatnya bergandengan tangan dengan mesra sembari memamerkan tawa kebahagiaan dengan pacarnya.
Tidak. Sudah cukup semua orang yang kusayangi menyakitiku.
Namun, sebelum ia sempat mengejar pasangan itu, tangannya ditahan oleh seseorang. Harry Edward Styles.
* * *
"Kenapa kau selalu datang disaat-saat seperti ini?" Mata gadis itu menyala marah, namun terdapat bekas air mata disekitarnya. Wajahnya memerah.
"Aku hanya menjagamu. Menjagamu dari kesakitan dan air mata kesedihan."
"Siapa kau sebenarnya?!" Gadis itu menghentakkan tangannya dari genggaman Harry. Kontan suhu tubuhnya kembali panas, hatinya kembali marah.
"Tahukah kau bahwa sentuhanku dapat mendamaikanmu? Menyejukkan hati dan pikiranmu?" Harry beringsut mendekat kearah gadis dihadapannya.
Gadis itu mundur selangkah, berusaha tidak terpengaruh pada ucapannya. Peluhnya berjatuhan disekitar dahi.
Ia mengingat-ingat pertemuannya dengan lelaki pucat dihadapannya. Laki-laki itu tampan. Tidak. Ia terlalu sempurna. Saat pertama kali melihatnya, ia merasa dunia disekitarnya menjadi dingin, namun tidak membuatnya menggigil. Gadis itu justru merasa nyaman.
Dipertemuan pertama mereka, tanpa gadis itu sadari, Harry tiba-tiba duduk disampingnya, menenangkannya. Ia ingat pelukan lelaki itu. Sekejap ia lupa akan sakit hati dan kemarahannya akibat perceraian kedua orangtuanya.
Lalu pertemuan selanjutnya. Ia ingat tatapan dingin laki-laki bermata coklat madu itu. Dan anehnya, bukan kesan angkuh yang ia lihat, justru tatapan dingin itulah yang dapat mengurai benang kusut dipikirannya. Sekejap ia merasa tenang, dan segar. Ia tidak lagi mengingat hal apa yang membuatnya depresi. Ia tidak lagi memikirkan kematian neneknya yang dibunuh oleh ayahnya sendiri.
Kemudian pertemuan berikutnya. Lagi-lagi tanpa gadis itu sadari, Harry sudah ada disampingnya. Memeluknya semalaman saat ia terlelap. Ketika gadis itu terbangun, Harry tersenyum. Senyum selamat pagi yang ia dambakan.
Seandainya aku masih bisa melihat senyuman kebahagiaan dari kedua orangtuaku.
Malam itu ia benar-benar menangis histeris. Kucing kesayangannya mati. Saat ia tidak punya siapa-siapa lagi untuk berbagi cerita, kucingnya juga turut meninggalkannya. Dan ibunyalah yang dengan sengaja melindas peliharaannya tersebut.
Sekejap ia dapat kembali bernapas, matanya tidak lagi berat. Dan saat itu ia menyerah, ia membalas pelukan Harry yang dingin namun menenangkan. Ia menghirup dalam-dalam udara disekitarnya. Ia merasa sedang ada di suatu hutan yang dingin dan sejuk. Pohon-pohon menjulang tinggi, terdengar nyanyian burung yang merdu, gesekan daun-daun yang terkena hembusan angin, dan aroma khas kayu yang basah.
