Hi.

80 13 1
                                    


Ini cerita pertamaku di wattpad. Maafkan jika banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata atau pun hal lain. Terima kasih dan selamat membaca. Jangan lupa klik tombol bintang untuk memberi vote dan kalau bisa kasih komennya.

Lost of love, April.

---

Aku.

Aku tidak tahu apa yang ku rasakan saat ini. Perasaanku tidak menentu, gelisah dan berdebar yang menyatu dengan detakan jantungku yang bergemuruh. Getaran-getaran aneh selalu menjalari hatiku setiap kali melihatnya.

Ya, dia.

Dia yang sedang berjalan sesekali tertawa dengan teman-temannya. Dia yang kini sudah duduk di bangku yang letaknya tidak jauh dari tempat dudukku di kantin.

"Aku menang taruhan nih! Pokoknya nggak mau tahu ya, tepati janji kamu untuk traktir kami." ucap temannya yang berambut merah menyala dengan bangganya.

Dia memasang wajah murungnya seraya mengeluarkan dompet dari saku celana seragamnya. "Nih! Aku tepati janjiku. Semalem itu aku belum beruntung, makanya tim-ku kalah." balasnya tidak mau kalah.

"Terserah aja deh. Kalau kalah ya kalah aja, nggak usah sok' pengen bilang belum beruntung." ejek temannya yang berambut pirang.

"Ya ya ya, kalian menang dan aku kalah. Yaudah sana cepet pesen makan, aku juga udah laper!" serunya.

Aku terkekeh masih memperhatikan gerak-gerik kesalnya. Dia manis sekali dengan rambut berantakan bak tak tersisir itu. Wajah tampan nan rupawannya bahkan tambah manis saat ia sedang kesal seperti itu. Pipinya yang sedikit chubby pun tambah menggemaskan setiap kali ia cemberut. Astaga, aku jadi ingin mencubitnya.

"Udah samperin aja sana, mumpung dia lagi sendirian."

Aku tersentak dari lamunanku saat bahuku di senggol dengan sengaja. Menoleh ke samping lalu menemukan sahabatku tengah tersenyum jahil menatapku dan dia. "Nggak perlu takut, lagian dia nggak bakal gigit kok. Sapa aja, sedikit basa-basi." lanjutnya dengan mengerling.

Aku tersenyum kecut lalu menundukan pandanganku. "Andai aku bisa, udah pasti sedari dulu aku lakuin."

"Hey, jangan nyerah sebelum kamu bertindak."

Aku mendengus kecil, "Aku nggak nyerah, aku cuma belum siap aja jika harus menyapa duluan."

"Kalau kamu masih diem kayak gini, dia mana mungkin tahu gimana perasaan kamu ke dia."

"Aku emang payah. Aku tahu itu."

Aku melihat ke depan dan sepasang mata cokelat gelap itu sedang menatapku. Namun dengan segera ia mengalihkan pandangannya begitu aku menatapnya balik.

"Jangan ngomong gitu, Stacy." sahabatku menepuk pundakku, memberiku semangat. "Kamu harus berusaha, kamu bisa." lanjutnya tersenyum.

"Makasih Mary, kamu selalu tahu cara untuk bangkitin semangatku." kataku tulus.

Aku kembali mengalihkan pandanganku, masih berusaha untuk mencuri pandang dia yang ternyata sudah tidak lagi berada di tempatnya. Yaah, kemana dia pergi?

"Stac, kamu mau kemana?" tanya Mary saat aku berjingkat berdiri.

Aku menoleh padanya sekilas, "Aku mau pergi ke kelas duluan, Mar." pamitku singkat lalu pergi meninggalkan kantin.

Prima Stacy Payne, orang-orang terdekatku memanggilku Stacy. Aku saat ini tengah duduk di kelas 11. Hari-hariku berjalan normal seperti biasa, sampai pada suatu hari dia datang masuk ke dalam hatiku dan di mulai saat itu aku jadi merasakan gejala-gejala aneh.

Hard || c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang