Syifa berjalan tergesa-gesa menuju taman. Ia kembali melihat layar smartphonenya, tertera di sana isi bbm dari Yunda,'gue di taman'. Setelah memastikan bahwa Yunda memang berada di sana, Syifa pun segera melangkah ke taman.
"Lo kenapa ngos-ngosan gitu? Habis dikejar hantu?" Tanya Yunda seraya terkekeh saat Syifa telah menghampirinya
"Aku tadi jumpa Andre," ujar Syifa disela nafasnya yang memburu. Yunda pun segera memberinya air mineral untuk meredakan laju nafasnya.
"Gue baru tau kalo Andre udah berubah jadi hantu," sahut Yunda cuek. Syifa memberengut. Tidak peka sekali sahabatnya ini, pikirnya.
"Haduh Yunda, Andre itu masih jadi manusia, belum mati, jadi belum jadi hantu," ucap Syifa kesal. Yunda pun tertawa mendengar penuturan sahabatnya itu.
"Trus lo kenapa sampe kayak gitu kalo jumpa manusia aja? Setau gue kalo nafas yang ngos-ngosan itu karena dikejar hantu," sahut Yunda lagi sambil terkekeh pelan. Dilihatnya Syifa masih memanyunkan bibirnya pertanda ia tengah kesal.
"Yunda, kamu gak peka banget sih jadi sahabat. Aku tuh deg-degan jumpa sama Andre tadi. Mana dia bilang aku cantik lagi dengan jilbab ini,"
Yunda yang mendengar penuturan Syifa barusan langsung menoleh ke sahabatnya itu. Sejak beberapa menit Syifa duduk di sampingnya, ia baru menyadari kalau Syifa mulai berhijab hari ini. Seutas senyum terukir di bibirnya. "Ya wajarlah kalo Andre bilang lo cantik, lo memang beneran cantik sih," puji Yunda tulus. Syifa pun tersenyum, semburat merah terlihat di pipinya.
"Kalo kamu yang ngomong gitu sih aku biasa aja Yun, tapi kalo Andre, waaaaaa aku merasa melayang," seru Syifa yang sudah menutup matanya dan menengadah ke langit. Mungkin ia sedang membayang seseuatu. Yunda yang melihat tingkah sahabatnya yang dianggapnya berlebihan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Lebay lo,"
***
Syifa berjalan tergesa-gesa menuju musholla. Waktu dzuhur akan berakhir beberapa menit lagi. Ia baru keluar dari kelasnya. Sesampainya di musholla, ia segera menuju tempat wudhu dan kamudiana menunaikan sholat dzuhur.
Setelah selesai, ia mengemasi peralatan sholatnya dan berjalan keluar musholla. Ia duduk di teras musholla, memandangi lingkungan sekitar musholla yang masih satu wilayah dengan area kampus. Entah sudah berapa lama ia tak memasuki musholla ini. Tiba-tiba seseorang duduk di sampingya.
Tampan.
Syifa membatin. Berbalut koko putih lengan pendek dan peci hitam yang kontras dengan warna kulitnya. Syifa bisa merasakan aura teduh saat berdekatan dengan pria yang tak dikenalnya ini.
"Udah sholat mbak?"tanya pria itu yang masih mengenakan kaus kaki dan sepatunya.
"U-udah mas," jawab Syifa terbata. Ia gugup saat disapa oleh pemuda tampan di sebelahnya ini. Dan hanya dengan sapaan singkat itu, pipi Syifa bersemu merah.
"Sendiri aja?" Tanya pemuda itu lagi.
"Iya mas, kebetulan teman saya lagi datang bulan, jadi gak bisa ikut sholat," jawab Syifa jujur. Yunda memang sedang datang bulan sehingga tidak bisa ikut sholat bersamanya. Syifa berusaha mati-matian untuk meredakan detak jantungnya yang seketika berdetak lebih cepat.
"Oh gitu, kalau gitu saya duluan ya mbak," setelah beruluk salam, pemuda itupun berlalu meninggalkan Syifa. Perlahan detak jantung Syifa berdetak normal. Syifa membuang nafasnya pelan, kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan musholla.
***
Yunda tengah memilih pakaian yang akan disumbangkannya dibacara bakti sosial. Tadi siang pengurus Ukmi Al Fajr keliling kelas memberitahukan kegiatan acara bakti sosial yang akan mereka laksanakan. Para mahasiswa pun diharapkan berpartisipasi dengan menyumbangkan apapun yang layak untuk diberikan kepada anak-anak yatim piatu dan masyarakat kurang mampu.
Tiba-tiba handphonenya berdering. Ia pun segera meraih handphone yang diletakkannya di atas nakas. Terlihat disana,
Syifa's calling
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam warrahmatullah. Yun, kalo aku kasih baju lengan pendek sama celana jeans boleh gak?" Syifa langsung nyerocos setelah menjawab salam dari Yunda.
Yunda hanya mendesah kesal. "Terserah lo!" Balas Yunda ketus.
"Ih, Yunda kok gitu sih jawabnya? Kan aku nanya baik-baik?" Suara Syifa terdengar merajuk.
"Lo sih, pake basa-basi dulu kek. Ini langsung nyamber aja tuh pertanyaan. Mana nanyanya ngotot lagi, salah kalo lo bilang lo nanya baik-baik. Lain kali lo harus belajar adab bertelepon oke?" sungut Yunda kesal. Ia menggelengkan kepalanya.
"Iya maaf, Syifa khilaf. Jadi gimana? Boleh gak?"
"Ya boleh donk Syifa sayang. Pakaian lo kan masih bagus-bagus?"
"Tapi kan gak menutup aurat Yun,"
"Lo niatin aja baju-baju yang lo sumbangin itu untuk anak-anak yang belum baligh. Kan badan lo kecil, pasti bisa lah dipake sama anak-anak. Lagian, kan gak semua anak perempuan yang udah baligh berniat nutup aurat kayak lo. Jadi lo woles aja. Yang penting lo ikhlas dan memang niat membantu mereka," jelas Yunda. Syifa di seberang sana hanya manggut-manggut.
"Oke Yunda makasih. Kamu memang sahabat aku yang paling baik. Emmuaach,"
Setelah beruluk salam, Syifa pun memutuskan sambungan teleponnya. Yunda hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali memilih pakaian yang akan disumbangkannya.
Yunda menatap lemari paling bawah, ada beberapa khimar dan gamis lebar disana. Ia menarik nafas pelan kemudian meraih satu gamis berwarna hitam dan memeluknya.
"Ummi..."
***
Syifa berhasil memarkirkan mobilnya di depan pekarangan rumah Yunda. Ia memencet klakson mobilnya beberapa kali, namun sang empunya rumah tak juga keluar. Ia memencet klakson mobilnya lagi.
Tiba-tiba seorang pria paruh baya keluar dengan raut wajah emosi.
"Siapa manusia tidak sopan yang sudah membuat keributan di pagi ini? Di depan rumahku pula!" Serunya seraya berjalan mendekati mobil Syifa.
Syifa pun kalap, ia segera keluar dari mobil dan menahan pria itu.
"Maaf, Om. Ini Syifa," ujarnya pelan penuh penyesalan.Pria itu menyipitkan matanya, kemudian menghela nafas. "Kamu toh Syifa, om kirain siapa," ujar pria itu.
Syifa hanya membalasnya dengan cengiran. "Yunda mana om? Kok tumben lama?" Tanya Syifa karena sampai saat ini Yunda belum juga keluar dari rumah.
"Yunda kesiangan bangun, itu aja tadi om yang bangunin. Kalo enggak, anak itu pasti masih tidur," jawab pria yang tak lain adalah ayah Yunda. "Yasudah, ayo Syifa masuk dulu," ajak ayah Yunda. Syifa pun patuh dan berjalan di belakang ayah Yunda untuk masuk ke rumah.
***
Heii good readers, sorry ya lama banget updatenya. Soalnya kemaren aku fokus sama cerita aku yang satu lagi, ditambah sama laporan PKL yang harus diselesaikan sebelum tahun baru yang membuat saya harus memburu waktu, hehehehe. Srbagian dari cerita ini udah aku ketik tapi karena masih sedikiiiiiitt sekali, jd gak aku publish. Ini juga pendek banget kan.?? Maafkan saya ya, hehehe. Semoga readers utk cerita ini bertambah ya, aamiin.
Tabik pun.
Regards,
Handayanieii
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualAsyifa Salsabila. Ia tau, harapan yang terlalu besar pada seorang manusia hanya akan membawa bencana untuk hati dan perasaannya. Putus cinta membuatnya bertekad untuk hijrah di jalan Allah. Namun, apa yang terjadi tak semulus khayalannya. Mampukah S...