Hoaaah... Akhirnya aku balik kandang. Jekardah, aku kembali!!
Setelah menyelesaikan pekerjaanku sebagai penanggung jawab proyek pembangunan perumahan sederhana di sebuah kota di daerah Sumatra, yang Ayah berikan. Akhirnya aku menjejakkan kaki lincahku di sini. Di Jakartaku tercinta setelah hampir 1 tahun meradang di kota kecil... Akhirnyaa... akhirnya, dan akhirnya... Hoaaah!! How I miss this town very very very much!! Except the traffic jam, off course.
Kukeluarkan handphone sharkku yang selalu setia menemaniku saat berada di pelosok sana.
Bang, udah di mana? Ilo udah landing nih.
Kukirimkan pesan singkat pada Bang Nava. Abang semata wayangku yang sudah berjanji akan menjemput adik kesayangannya yang cuantik jelita ini. -Narsis dikit boleh kalee-
Abang udah minta tolong Ical buat jemput kamu. Abang masih ada meeting. Maaf ya, Ilo sayang :*
Bang Ical?? Sahabatnya nyang resek entuuh, nyang sama sekali ga menarik, dan kalo ngebuka mulutnya buat ngomong malah bikin aku pengen menyayat lidahnya buat dibikin lidah balado. Tajem kayak pisau, pedaasss kayak cabe. Pokoknya tipe-tipe cowok yang ga−pake lima jari−buanget buat dijadiin teman diskusi. Kalo buat temen berantem maah iya banget!.
Aku merengut sesaat dengan segala pemikiran tentang Bang Ical. Tega sekali abangku mengumpankan aku pada Bang Ical. Padahal dia tahu banget aku tuh ga bisa berdekatan dengan Bang Ical tanpa tarik urat. Karena aku dan dia bagai dua kutub magnet yang saling tolak-menolak. Intinya aku sama Bang Ical nggak pernah bisa nge-blend daah.
Haaah... Welcome to the real jungle, Ilo!! Di mana keinginanmu seringnya tak akan pernah sejalan dengan kenyataan!!
Ngarep dijemput siapa, malah dijemput siapa. Huwaaa!! Tahu gini mendingan ngomong sama Dami kalo aku pulang hari ini, biar dia aja yang jemput aku. Hilang sudah perasaan suka citaku tadi dan berganti dengan rasa seneep seketika.
Semoga kehadiran Bang Ical tidak memperburuk suasana hatiku saat ini. Karena terkadang sikap Bang Ical itu benar-benar unpredictable. Ya... mari berdoa, Ilo. Semoga dia nggak bertingkah menyebalkan, seperti adatnya setiap kali kami bertemu.
Setelah mengambil koperku di conveyor belt, aku bergegas keluar dari bandara. Kuedarkan pandanganku mencari sosok Bang Ical, si penjemput penggantiku itu.
Bang Ical di sana, berada di deretan para penjemput. Menggunakan kemeja biru lengkap dengan dasi yang sudah dilonggarkan. Aku meralat perkataanku yang bilang bahwa Bang Ical 'sama sekali ga menarik'. Dia menjual!! Menjual untuk di jadiin model majalah dewasa edisi 'Man behind desk that look like an ice cream'.
Tapi, sedetik kemudian aku langsung menganga kesal melihat papan yang teracung ke atas di deretan penjemput, di luar pintu kedatangan Bandara Soetta. Bang Ical dengan senyum menjijikkannya memegang papan bertuliskan namaku yang diplesetkan olehnya menjadi...
Piluus Hermawan
What the...!!!
It's should be Pylos not Pilus!! Tuh kan!! Belum apa-apa Bang Ical, udah bikin hati Hayati lelah!!. Hadeeh!!! Padahal tadi aku sempat terpesona sama dia. Sekarang rasa-rasanya pengen mukul kepala dia sampe otak jailnya gelinding dari kepalanya!!
Aku melengos melewatinya, berusaha untuk mengabaikan dia. Seriously!! Pilus?? Baah dia kira aku tuh cemmulan Jamilaaah* apaah! Grrrr!! Pokoknya sehabis ini kalau Abangku itu nggak nraktir makanan enak, aku bakalan balik ke hutan lagi!! Biar sajalah aku nak kahwin sajo sama harimau di Sumatra sana!
KAMU SEDANG MEMBACA
PYLOS
Humor"Dalam dua jam ini. Batangan manapun yang nembak gue. Gue bersumpah bakalan gue jadiin cowok gue!! Meskipun itu Tukang Bakso sekalipun!!!" -Pylos Artemia Hermawan- "Kalau Staf IT yang nembak gimana?" -Faisal Lazuardi- ======================= Karna S...