2

48 2 1
                                    

Hari-hari berikutnya, diam-diam aku memperhatikanmu. Entah mengapa, aku penasaran dengan dirimu. Aku bahkan tidak tau apa yang menarik dari kamu.

Sekali lagi, aku hanya bisa memperhatikan kamu dari jauh. Aku takut untuk berpapasan denganmu. Aku takut untuk menyapa kamu. Saat dimana aku dan kamu hendak berpapasan, ingin saja aku memutar arah. Ingin saja aku berpura-pura untuk tidak melihat kamu. Padahal, kamu sudah menunjukkan bahwa kamu tidak semenyeramkan itu. Kamu telah membuktikan bahwa kamu adalah orang yang sangat ramah.

Tapi, aku selalu memerhatikan kamu.

Kamu harus tau, sebenarnya diam-diam aku sering menceritakanmu dengan teman dekatku. Diam-diam, aku membuat candaan tentang kamu. Aku membuat candaan kalau aku suka sama kamu.

Tapi, aku termakan dengan omonganku sendiri.

Semua candaanku tentang aku yang menyukai kamu, sekarang aku rasakan. Semakin lama aku memakai candaan itu, semakin lama aku berpura-pura salah tingkah dengan kamu, perasaan itu semakin aku rasakan.

Apa ini yang namanya karma?

Apa aku sudah salah membuat candaan itu?

Awalnya aku hanya menganggap bahwa rasa itu adalah rasa kagum. Aku kagum dengan kamu yang disiplin. Aku kagum dengan kamu yang ternyata sangat ramah. Dimataku, tidak ada lagi kesan menakutkan pada dirimu.

Rasa kagum yang berubah secepat itu.

Tapi, sejujurnya aku menikmati perasaan ini. Aku bahagia dengan perasaan ini.

Kamu, orang yang tidak pernah melihat ke arahku, tapi bisa membuatku bahagia.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KamuWhere stories live. Discover now