Terima Kasih Ayah

193 1 0
                                    

Hari dimana aku kembali kerutinitasku sebagai mahasiswa. Hari itu aku hanya memiliki sedikit keperluaan sehingga tidak berlama lama dikampus. Akupun bergegas pulang, aku pergi naik commuter line, karena jadwalku berangkat masih kategori masih pagi, isi kereta tidak begitu ramai. Aku dapat kursi kosong, dan kebetulan disampingku ada seorang ibu yang sedang tidur dan seorang anak laki laki yang sedang asyik sendiri, umurnya perkiraan sekitar 6-7 tahun.

Anak itu aktif, selalu gerak sana gerak sini. Suasana kereta sunyi, yang terdengar hanya deru rel yang bergesekan dengan kaki kereta. Tiba tiba anak itu merengek ingin makan, diberilah satu buah telur dan satu gelas aqua oleh ibunya. Akhirnya anak laki-laki itu makan dengan tenang.

Setiap stasiun, kereta berhenti. Karena anak itu berada disampingku, ketika ia bicara makan akan sedikit terdengar ditelingaku.

Mamah, aquanya taruh dimana?

Aku sedikit melirik, dan benar saja perkiraanku. Bangku berwarna merah itu penuh dengan kulit telur berserakan sisi kursi miliknya.

Lalu sang ibu memunguti sampah sampah kecil bekas telur yang dimakan anaknya itu kedalam aqua. Sementara anaknya sibuk sendiri melihat kearah jendela kereta.

Penglihatanku tidak begitu jelas, tapi sangat terdengar jelas ketika ia sedikit bergumam.

Nak, sampahnya jangan dibuang sembarangan.

Entah hanya angin lalu bagi sang anak, sang anak masih asyik bermain main. Ketika bangku sudah bersih, ibu itu kembali tidur. Lalu saat kereta berhenti distasiun selanjutnya, sang ibu menggiring anak laki lakinya digaris pintu otomatis.

Ibu itu melempar aqua yang berisi kulit telur kedalam tong sampah. Sang anak hanya melihat aksi ibunya. Lalu ibu dan anak itu kembali duduk, dan siibu memberi anaknya satu buah tisu basah.

Bersihin tangannya pake tisu.

Lalu sang anak menuruti perintah ibunya. Ketika sudah selesai, anaknya pun bertanya.

Mamah, tisunya mau ditaruh dimana?

Taruh disini aja, keretanya lagi jalan. Sang ibu menyodorkan tasnya yang terbuka.

Kemudian sang anak menaruh tisu bekasnya kedalam tas ibu.

Saat melihat kejadian ini, aku jadi ingat. Bukan cerita yang sangat sangat terkesan, hanya cerita yang kembali mengingatkan seorang ayah yang cinta kepada anaknya.

Aku pernah mengalami hal ini, aku pernah merasakan ini. Ketika aku masih seumur anak itu, sekecil dan selincah anak itu. Aku masih tak memikirkan apapun.

Dan pada saat itu aku diberi pelajaran penting oleh ayah. Ketika aku sering menaruh sampah disembarang tempat, ayah selalu menegurku.

Sampah dibuang pada tempatnya.

Kenapa?

Kalau sampah gak dibuang pada tempatnya, nanti bisa kotor.

Kenapa harus pada tempatnya?

Adek mau boneka kesayangan adek ditaruh bukan pada tempatnya? Boneka adek yang harusnya ditaruh diatas kasur jadi ditaruh ditong sampah?

Kok boneka adek ditaruh ditong sampah?

Karena ditaruh bukan pada tempatnya.

Adek gak mau!

Semenjak kejadian itu, aku selalu membuang sampah pada tempatnya. Karena ayah yang membimbingku dengan baik dan rapi sehingga aku tumbuh menjadi perempuan yang mengerti bahwa kebersihan itu penting.

Terima Kasih Ayah....

Ketika nostalgia adalah kembali belajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang