Aku sangat sedih bahkan frustasi, mereka sudah pergi. Aku juga sangat mencintai mereka sama sepertimu Hinata. Tapi aku berusaha kuat, aku harus tegar.Aku tak boleh kalah dengan kesedihan ku, setidaknya aku masih memiliki mu. Tetaplah kuat istriku, Aku mencintaimu.
"Hinata, ayo bangun ini sudah pagi." Ucapku sambil mengoncang-goncang bahu rapuh Hinata.
"Apa, ini sudah pagi?" Tanyanya padaku.
"Iya, sayang ayo bangunlah." Ucapku membangunkannya
"Hai...hai aku juga harus membuat sarapan dan membangunkan Boruto." Ujar Hinata antusias
Mendengar nama anak kami disebut hatiku kembali mencelos.
"Hinata sudah bera..." ucapan ku terhenti, karna sebuah telunjuk mungil menutup bibirku
"Aku, tak mau dengar ucapanmu lagi Naruto-kun aku harus ke kamar Boruto." Ujarnya dan segera berlalu dari hadapanku
"Hah~" aku hanya bisa menghela nafas, ini sudah menjadi kebiasaan nya. Yah mungkin hal wajar bagi seorang Ibu membangunkan anaknya. Tapi aku hanya ingin Hinata sadar, dan menyadari kenyataan bahwa.
"Boruto ayo mandi sebelum sarapan." Terdengar suara wanita yang ku cintai itu menggedor-gedor kamar yang bersebelahan dengan kami.
"Boruto, kalau kau tidak buka pintu ibu akan langsung masuk dan memaksa mu mandi." Ucapnya lagi
"Apa,? Ibu boleh masuk. Baiklah!" Jawab nya dengan nada riang
Hati ku semakin sakit teramat sakit, tapi aku bisa apa? Aku harus kuat untuk menyadarkan Hinata kembali.
Bahwa.....
Bahwa.....
Anak kami, Boruto....
Sudah tak ada lagi.....Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
This not real
FanfictionNaruto pov! "Aku ingin dia tau, ini memang sakit. Bukan hanya dia yang merasa kehilangan tapi aku juga. Tapi aku berusaha kuat menghadapi kenyataan, kumohon kembalilah! ini tidak nyata, aku mencintaimu. Sadarlah, semua itu hanya hayalan mu, Hinata!"