"Ma... kayaknya aku nggak akan ambil beasiswa buat kuliah di jerman".
Kalimat itu terlontar pada pagi yang cerah di sudut kota Jakarta. Sebuah keluarga yang sedang menikmati sarapanya menoleh penuh tanda tanya. Diantara mereka ada kiki,yang sedang asyik menyiapkan rotinya. Sama seperti anggota keluarga yang lain, kiki terkejut mendengar Lena, kakaknya, memutuskan hal tersebut.
"Kenapa nggak jadi, nak?" Tanya mama Aida. "Kan sayang. Nggak gampang lho buat ngedapetin beasiswa itu. Dijerman, pula".
Lena duduk dimeja makan seraya mengeluarkan surat yang semalaman dia cermati. Berita yang tertulis di dalamnya menyenangkan. Kecuali kegelisahannya. "Iya,sih, ma. Walau ini beasiswa, tapi kan keberangkatan sama ke butuhan di sana harus kita siapkan juga. Dan, itu nggak sedikit. Tabunganku nggak akan cukup".
Belum selesai Mama Aida terkejut mendengar keputusan Lena, Kiki melontarkan kalimat mengejutkan lain. "Pakai tabungan kiki aja."
Sekarang, semua oranh menoleh ke arah kiki. Termasuk faisal , adik kiki yang sejak tadi sedang sibuk mencuri roti yang kiki siapkan.
"Udah, kakak berangkat aja ," kata kiki. " Nggak usah mikirin uang. Kakak bisa pakai dulu tabungan kiki."
"Jangan, ki. Itu,kan hasil jerih payah kamu," tolak lena.
"Nggak apa-apa, kok,kak. Lagian, aku belum butuh."
Lena menggeleng. Dan, merenung. Dia menatap adiknya penuh pertimbangan. Bukan keputusan yang mudah untuk menerima dukungan materi dari adiknya. Dia tahu persis, sesulit apa kiki berjuang mendapatkan uang itu. "Kakak nggal bisa nerima pinjeman dari ------"
"Ck, udah pakai aja dulu!" potong kiki. Dia duduk dan sempat memergoki faisal yang masih saja mencuri roti-roti berselai buatan kiki. "Kalau kakak udah punya uang, kan bisa dikembaliin. Santai aja, kak!"
"Bener, nggak apa-apa, ki?" Lena menoleh ke arah mama nya, meminta pendapat. "Gimana, ma?"
"Kiki ikhlas nggak? " tanya mama aida.
Kiki sedang meneguk susunya. Dia,menghabiskannya sejenak, sebelum akhirnya menjawab. " Nggak ada alasan bagi kiki buat nggak ikhlas. Yang berat buat kiki tuh bukan soal uangnya, ma. Tapi kehilangan satu lagi orang yang kiki sayang, yang selama ini dekat sama kiki. Dan kali ini..." kiki mendesah. "Kali ini keluarga kiki."
Suasana di ruang makan itu berubah biru. Lena nggak tahu bagaimana harus berterima kasih, sementara mama aida bersyukur melihat kiki semakin dewasa semakin hari. Matanya nyaris berkaca-kaca , tetapi dia tahan karena baginya ini bukan momen menyedihkan. Bahkan, faisal juga setuju bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk bersedih.
"Kan, kak lena nggak akan selamanya tinggal disana, bang. Entar juga pulang," celetuk faisal.
"Iya, kiki juga tahu!" Kiki mendengus. "Tapi kakak janji ya, harus sering ngasih kabar kesini. Pakai skype,lah. Telepon,lah. BBM nya jangan D melulu! Sekali-kali R, kek!"
"Siap, bos!" Balas lena sambil menyengir dan mengacak-acak rambut kiki.
"Pokoknya sebulan sekali harus ada kabar! "
"Iya,iya... Entar aku pasang alarm deh ,buat ngabarin kesini."
"Eh,kelamaan! Dua minggu sekali!" Ralat kiki. Lalu ,meralat lagi. "Eh,jangan juga. Seminggu sekali! Setiap hari!"
"Yeee... entar uangnya malah abis buat beli paket data, dong!" Lena mencubit pipi kiki dengan gemas. Suasana pagi itu nggak membiru lagi. Roti-roti yang dilapisi selai diatas meja makan, disajikan dengan manis. Semanis apa yang barusan terjadi di rumah keluarga kiki------------------------------------------------------
Oke makasih buat yg udh baca ceritanya. MAaf kalo ngenext nya telat. Ohhh iya aku nulis nya dibagi tiap part nya ya. Kalo yg comennt + vote nya 50 ++ aku next full jadi 1 part. Makasih