Okta!!!!?

747 29 0
                                    

Juli, 2015

Gemerlap lampu menyinari taman kecil di belakang sekolah. Merah, kuning, hijau, dan biru. Alunan musik santai menyeruak dari balik stereo yang menyala tanpa mengenal waktu. Suara obrolan dan tawa terdengar saling bersalipan dengan musik. Dentingan piring dan gelas saling bertemu, menciptakan nada lain malam itu

Seorang anak laki-laki remaja berdiri di tengah taman sambil menatap kosong kearah gelasnya. Musik bernada cepat dan keras tak mengusik lamunan nya. Obrolan orang disekitar bagai angin untuk nya. Detik kemudian dia menghela nafas dengan berat seakan sedang menopang beban dunia dipundak nya

Suara orang-orang disekitarnya mulai menaik bersama dengan dentuman diatas langit. Dia mendongak keatas dan melihat satu garis merah melesat ke langit. Terberai dengan suara kekaguman semua orang. Garis lurus hijau kembali mengudara dan menciptakan warna lain dilangit hitam

It's funny how love takes you by surprise

Lesatan terakhir berwarna merah

Semua orang bersorak dengan berakhirnya pesta malam itu. Pesta murid tahun pertama untuk ID-High School. Senyum tipis tertarik dari sudut bibir anak laki-laki itu saat melihat sinar terakhir di angkasa

Semua orang seperti tersihir untuk terus merasakan meriahnya pesta. Tidak ada yang tau bahwa seorang gadis sedang berdiri disamping anak laki-laki yang tidak pernah dia kenal sebelum nya. Gadis itu menarik tangan anak laki-laki disamping nya tanpa curiga sedikitpun. Saat itulah kedua mata saling bertemu

Dia tidak mengenal nya,

Dan dia salah menarik orang

###

Aqil Saffa Oktaviano

Jam perak diatas meja belajar berdering cukup kencang. Suara teriakan frustasi terdengar dari atas. Lemparan bantal tepat mengenai jam dan membuat suara keras yang lain. Suara frustasi itu terdengar lagi

"Argh! Okta!!!"

Aku menjulurkan tangan dan mencoba untuk meraih jam alarm yang terjatuh dilantai karena ulah teman ku. Dengan susah payah jam itu kuraih untuk menghentikan teriakan kesal dari tempat tidur atas

Suasana pagi kembali tentram

Saatnya untuk telat dalam jam pelajaran pertama

And i just didn't know what i was missing 'til you opened my eyes

"Sampe kapan lo mau tidur?"

Suara omelan terdengar nyaring di telinga ku. Aku baru saja menangkupkan wajahku di atas buku-buku catatan namun teman di samping ku ini seperti mengatakan bahwa aku sudah tidur berabad-abad. Helaan nafas kesal keluar dari mulut ku

"Gue cuma tidur bentar"

"Sekarang makan, kita lagi dikantin bukan di kelas"

Omelan teman ku kembali memutar mimpi singkat ke dalam realita. Dengan satu sentuhan buku-buku catatan itu tersingkir dari depan mataku digantikan dengan sepiring nasi komplit dengan telur. Teman ku sudah memakan sarapan nya tanpa meninggalkan sebutir nasi dipiring nya

Dengan sedikit bersungut aku memakan nasiku. Mataku masih sedikit tertutup saat sesuap nasi memasuki tenggorokan ku bertubi-tubi. Temanku berjalan meninggalkan meja sambil membawa piring kosong dan kembali lagi dengan piring penuh. Jatah kedua dalam hitungan makan siang nya

"Ya ampun Nino"

Aku menoleh dan melihat seorang teman perempuan ku menatap Nino dengan gaya kaget yang dibuat-buat. Itu hal biasa untuk kami yang sudah mengetahui porsi makan seorang Nino. Nino hanya tersenyum lebar dan kembali duduk di samping ku. Anin, teman ku yang baru saja berbicara dengan Nino langsung duduk didepan ku sambil tersenyum cerah. Berdeba dengan seseorang yang berdiri di belakang nya. Dia menatapku dengan amarah yang masih tertinggal. Ada kemungkinan bahwa dia membenci ku

###

Aku berlari mengelilingi lapangan sepak bola bersama beberapa teman sekelas ku. Ini hukuman karena kami telat datang kelapangan karena sibuk bermain di kelas. Hanya anak laki-laki saja yang mendapat hukuman karena anak perempuan sudah berada dilapangan sebelum jam pelajaran berganti

Anak perempuan sedang bermain badminton untuk penilaian kali ini. Aku berhenti setelah 10 putaran dan mendengar suara teriakan dari arah anak-anak perempuan. Sebuah sepatu melayang ke udara dan kembali lagi tanpa mengenai apapun. Aku melihat kesibukan mereka yang sedang melempar-lempar sepatu. Nino menarikku untuk melihat dan baru ku sadari kalau mereka sedang berusaha untuk mengambil kok yang menyangkut diantara ranting-ranting pohon

"No, ambilin dong" kata seorang temanku kepada Nino

"Ogah"

Aku melihat sepatu melayang lagi ke atas, kali ini mengenai ranting namun kok itu tidak jatuh. Ranting itu tidak terlalu tinggi tapi mungkin cukup sulit bagi anak-anak perempuan untuk menggapainya. Aku berjalan mendekat kearah pohon lalu melompat untuk menarik ujung ranting yang menancap disela-sela bulu kok. Aku mengambilnya dan berbalik sambil mengulurkan kok yang ada ditangan ku

Seorang anak perempuan yang sedari tadi melempari sepatunya keatas menatap ku dengan tatapan kaget. Atau bahkan tatapan tidak percaya

"Kependekan sih" kataku sambil memberinya senyum kecil yang mungkin menurutnya mengejek. Dia langsung cemberut dan mengambil kok dari tangan ku dengan cepat. Ekspresi itu seperti makan pagi, siang, dan malam ku ketika melihat wajahnya. Dia salah satu teman sekelas ku. Anak yang dulu menarik tangan ku saat welcome party di tahun pertama karena terpisah dengan teman nya. Namanya Feni, Feni Fitrianti

Favourite GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang