Pagi yang cerah pada hari Senin ini, tak dapat mengembalikan semangatku untuk sekolah. Bagaimana tidak malas, hari ini, aku akan melewati tiga ulangan harian sekaligus. Tak peduli bagaimana saat ulangan nanti, aku dapat bertanya pada Siska, murid cerdas yang duduk di depan bangkuku. Mau tak mau, semua orang akan tunduk padaku. Gadis manis yang sangat licik yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang aku inginkan dan aku sombong tentu saja. Tunggu dulu, omong-omong kenalkan, namaku Fluere Eos Atalanta. Teman-temanku memanggilku Tala, oh sebentar, aku tak memiliki teman sesungguhnya. Yaa maksudku orang-orang yang kebetulan satu sekolah denganku. Tentu saja mereka semua mengenalku. Siapa yang tidak mengenalku? Aku anak tunggal donatur terbesar dari yayasan sekolahku ini, SMA Teladan Permata. Jangan lupakan juga papaku seorang pengusaha perhotelan yang tersebar di mana-mana dan mamaku yang memiliki rumah sakit sekaligus menjadi dokter di rumah sakit tersebut. Yah begitulah, memang orang tuaku sangat sibuk. Aku bahkan sangsi apakah mereka masih ingat memiliki seorang anak gadis.
Kukemudikan ford focus-ku membelah kemacetan dengan lihai. Aku sudah mengemudi sejak kelas satu SMP asal kalian tahu. Kini aku sudah kelas tiga SMA. Bisa bayangkan seberapa pandainya aku dalam hal mengemudi. Namun, jangan samakan mengemudi dengan belajar. Kuakui aku memang payah dalam hal akademis. Kulantunkan lagu favoritku yang sedang mengalun ini.
"I can move mountains, I can work a miracle, work a miracle. Oooh-ohh
I'll keep you like an oath, "may nothing but death do us part" "
Kepalaku pun ikut mengangguk-angguk mengikuti beat lagu bergenre alternative-rock yang menghentak-hentak ini. OH NO! Karena kelewat semangat, aku pun tidak fokus dan tanpa sengaja menyerempet fortuner hitam. Ugh! Kenapa hari ini sial sekali. Sudah harus bangun pagi, ulangan harian tiga pelajaran, dan ditambah lagi kali ini aku tak sengaja menyerempet mobil tak jelas itu. Indah sekali bukan pagi ini? Hufth.
Aku pun turun dari mobil dan melihat keadaan mobilku, tidak parah hanya lecet mungkin sepanjang 10 cm. Sebaliknya, kulihat mobil fortuner itu, sama saja dengan mobilku hanya saja mungkin lecetnya sedikit lebih parah. Kuketuk kaca mobilnya, ia pun segera turun dari mobilnya. "Oh masih SMA juga" pikirku. Kutebak dia tipe-tipe siswa teladan di sekolahnya dengan kacamata tebal dan rambut yang ditata rapi. Aku pun mengucapkan kata maaf yang sebenarnya sangat jijik untuk kukatakan, namun aku tidak ingin memperpanjang masalah mengingat baru tiga jam pagi ini kulalui dan sudah ada tiga masalah yang kudapat.
Oh tunggu! Kulihat celananya, rupanya dia satu sekolah denganku. Aku pun melihat nametag-nya yang tertulis nama "Ares". Tak pernah kudengar nama itu. "Seperti kau mengerti nama anak lain saja" pikirku kepada diriku sendiri sambil tersenyum miris. Aku pun mengambil sejumlah uang yang sekiranya cukup untuk mengganti goresan pada mobilnya. Tak kuduga, dia pun menolak sejumlah uang yang kuberi dan dia berucap
"Terima kasih, namun mohon maaf, aku masih mampu membayar kelecetan kecil tersebut".
Ugh dasar, dia pikir dia siapa. Karena kesal, aku pun meninggalkannya tanpa berkata apa-apa.
Aku tiba di sekolah hampir terlambat. Sebenarnya, meski terlambat pun, gerbang sekolah selalu terbuka lebar untukku. Setelah memarkirkan mobilku, aku pun bergegas masuk ke kelas. Duduk paling pojok dan sendiri? Sudah biasa untukku. Bukan mereka yang tidak mau berteman denganku, tetapi, aku yang tak mau berteman dengan mereka. Apa mungkin mereka sendiri yang sadar diri untuk tak berteman denganku. Bukan hal yang sangat penting untuk dibahas.
Pelajaran pertama pun berlangsung dengan membosankan. Pelajaran kedua pun anak-anak mulai ricuh karena ulangan diadakan pada jam kedua. Aku tetap tenang sambil mendengarkan lagu dari headset-ku. Ketika ulangan dibagi, aku hanya dapat melihatnya tanpa terpikir olehku untuk mengerjakannya. Bagaimana bisa aku mengerjakan soal sedemikian rupa?! Ketika aku ingin mencolek bangku depanku, aku pun baru menyadari satu hal.