BAB SEPULUH

1.5K 198 22
                                    

(Roni POV)

Jantungku berdegup kencang saat melihat halaman gedung yang dipenuhi mobil polisi. Firasat buruk yang sedari tadi ada di benakku semakin kuat. Ya Tuhan, apa yang terjadi disini?

Aku tak peduli lagi dengan ratusan luka tusuk yang sudah pasti mengeluarkan darah. Rasa nyeri yang menusuk-nusuk tubuhku juga kuhiraukan.

Dengan sigap, aku menaiki sebuah mobil polisi. Tanpa mengambil ancang-ancang, aku melompat dari atas atap mobil dan melewati barikade polisi yang menghalangi para warga yang penasaran.

"Hei! Anak kecil jangan masuk! Bahaya!!" Teriak salah satu polisi sambil berlari mengejarku. Aku terus berlari tanpa mengacuhkan polisi tadi dan memecahkan salah satu kaca jendela dengan pistol berperedam yang kubawa.

PRANGG!!

Kemudian aku melompat masuk dan bersembunyi di sebuah rak pakaian. Kebetulan, aku masuk ke sebuah toko pakaian. Si polisi tadi bahkan tak mau mendekati tempat persembunyianku. Apa yang sebenarnya terjadi disini?

Perlahan-lahan aku keluar dari dalam rak dan berjalan pelan hanya untuk melihat lorong mall yang sangat sepi. Tak ada seorang pun disini.

Aku berlari menuju lantai tengah mall. Aku mendengar suara pukulan dari bawah, saat aku melongokkan kepalaku, aku melihat sebuah tabung kaca besar yang ditaruh di tengah lantai.

Dan Master Puppet berdiri didekatnya.

Aku melirik tabung kaca di tengah itu dan menatap jam tanganku. Sialan! Waktuku hanya tersisa dua puluh menit!

÷÷÷÷÷

Aku mengambil sniper yang tercangklong di balik jaketku. Kuarahkan senjata itu ke arah Master Puppet. Tanpa suara apapun, aku menembakkan sebutir peluru.

Peluru itu bahkan belum mendarat ketubuhnya saat pria itu berbalik dan memantulkan peluru hanya dengan sebuah revolver.

Aku mencangklongkan sniper ke bahuku dan berjalan turun. Master Puppet menatapku sambil menyeringai

"Akhirnya kau datang juga....bocah"

÷÷÷÷÷
(Author POV)

Roni dan Master Puppet saling bertatapan. Di tengah mereka, Elena yang terkurung didalam tabung menonton dengan jantung yang berdegup kencang.

"Dua puluh menit lagi gadismu akan tewas. Jika kau ingin mengeluarkannya dari dalam sana, kau harus mengalahkanku dulu" ucap Master Puppet

Roni hanya berwajah datar "baiklah jika itu maumu"

"Dan tanpa senjata" lanjutnya "tapi tenang saja, aku juga tak memakai senjata"

Master Puppet melemparkan revolvernya ke lantai dan Roni menjatuhkan sniper serta badiknya. Keduanya mengambil ancang-ancang dan setelah mereka berlari, duel sudah tak bisa dihindari.

÷÷÷÷÷

Roni menendang perut Master Puppet dengan lutut, tangan kirinya menepis tinju pria itu. Sialnya, Roni tak melihat tangan kanan yang terkepal melayang kearahnya.

Roni dihantam dengan telak, mulutnya memuntahkan darah hingga cairan merah kental itu mengalir turun dari bibirnya. Master Puppet tertawa nyaring. Sayangnya, tawanya itu tidak berlanjut lebih lama karena Roni meninju tulang rusuknya hingga menimbulkan suara patah yang mantap.

"Bocah sialan! Kau mematahkan tulang rusukku" teriak Master Puppet sambil memegangi bagian tubuhnya yang kesakitan. Tangan kirinya mengambil segulung benang dan tangan satunya lagi memegang sebilah pisau.

"Curang! Kau melanggar perjanjian!" Teriak Roni,marah.

"Persetan dengan perjanjian!" balas Master Puppet sambil menyeringai "dan sebaiknya kau tidak lagi memanggilku Master Puppet, Roni"

Master Puppet membuka topengnya dan....

"Budi?!" Bisik Roni, kaget

÷÷÷÷÷

TO BE CONTINUED....






My Wild Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang