Silau pagi yang masuk lewat sela-sela tirai jendela membangunkanku dari tidur yang lelah.
"Huaaaa ..." gumamku lalu duduk bersila di atas ranjang dan mengangkat kedua tanganku ke atas untuk merenggangkan otot-otot.
Selang beberapa menit, mataku tertuju pada ponsel yang tergeletak tak jauh di sampingku tapi hampir saja jatuh ke lantai karena letaknya berada di ujung tempat tidur, segera kuraih ponselku dan melihat jam yang tertera di layar. Mataku membulat melihat waktu di ponselku yang menunjukan tepat pukul 1 siang, yang benar saja ini?! Apa aku tidur selama itu?!
"Oh Gosh!" Umpatku panik sebelum beranjak dari kasur menuju kamar mandi dengan terburu-buru. Bagaimana tidak?! Hari ini tepatnya pukul 2 siang nanti aku harus mengunjungi kampus baruku bertemu dengan salah satu profesor di sana untuk membahas masalah beasiswa ku.
"Ah, jangan sampai aku terlambat," harapku disela-sela kegiatan menggosok gigiku.
Tak perlu waktu lama kuhabiskan di kamar mandi, 5 menit saja sudah cukup. Sekarang aku sedang berkutat di depan cermin, merapikan rambutku yang tak sempat aku keramasi ... ughh tak perlu dibahas karena itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya sampai tepat waktu ke Capital University yang memakan waktu 35 menit dari apartemen ku bila ditempuh dengan berjalan kaki ... oh tapi itu tidak mungkin disaat situasi seperti ini, hari ini aku akan naik taksi ke sana untuk menghemat waktu.
Selesai dari rambutku, aku lalu segera pergi meninggalkan apertemen dan mencari taksi yang akan membawaku ke Capital University yang sebentar lagi menjadi kampusku di London. Ah ya London ... aku sampai di kota besar ini dua hari yang lalu, ketika aku sampai aku langsung mencari apartemen sederhana di dekat kampus ... yah tidak terlalu dekat, dan aku belum mengelilingi kota London. Kau tahu ... aku baru saja pindah dan harus mengurus semua keperluanku disini dan membenahi isi apartemen ku.
"Nona sudah sampai." Suara supir taksi menyadarkanku untuk segera turun dari taksi tak lupa membayarnya terlebih dahulu.
"Gosh!" erangku saat baru saja memasuki gedung kampus dan seorang pria berambut pirang menabraku dari depan.
"Apa kau tak bisa berjalan hat ... Shit! Fuck you man!" pekikku kesal ketika menyadarinya yang tak peduli dan berlalu pergi begitu saja, "Dasar pirang!" umpatku sebelum kembali melangkah sambil menghentak-hentakan kaki dengan kesal.
#
Author's P.OV
Harry melangkah keluar dari ruangan Mr. Wilson. Untuk apa lagi ia menemui Mr. Wilson kalau bukan mendengar ceramah dosen matematika-nya sekaligus dosen 'kemahasiswaan' (maksud gue Mr. Wilson itu Guru BK gitu ya) itu karena lagi-lagi ia tidak mengumpulkan tugas.
Harry menghela nafasnya, ia bingung kenapa di jurusan seni ia masih menemukan pelajaran yang memuakan dan menye ... Harry menghentikan pemikirannya sekaligus langkahnya ketika matanya menangkap seorang perempuan berambut pirang berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakan dan kepala tertunduk membuat Harry tidak bisa memperhatikan wajah perempuan itu dengan jelas.
Harry terus memperhatikan perempuan itu sampai ikut memutar tubuhnya ketika perempuan itu berjalan melewatinya dan memperlihatkan wajahnya dari samping membuat Harry menyipitkan matanya sampai perempuan itu masuk ke dalam ruangan Mr. Wilson.
Wait, apa aku tidak salah lihat? Batin Harry yang terkejut melihat pemandangan yang baru saja terjadi, matanya masih terfokus di tempat perempuan tadi berdiri sebelum masuk ke dalam ruangan Mr. Wilson. Apa mungkin itu—
"Ah mana mungkin dia ada di London," ujar Harry menepis kalimat dipikirannya tadi dan menyadari itu tidak mungkin sebelum memutarbalikan tubuhnya dan kembali melangkah.
Jika Harry berpikir itu perempuan yang 3 tahun ini menghantui pikirannya, well itu benar, bahwa perempuan itu sekarang berada di London.
#
"Jadi besok saya sudah masuk?" tanya Fay pada pria tua di hadapannya.
"Karena urusan penjurusanmu sudah beres, well besok kau sudah bisa belajar di Capital University," jelas Mr. Wilson yang mendapat anggukan kepala Fay.
"Sepertinya urusan kita sudah selesai, aku berharap Ms. Fanning bisa mengikuti pelajaran dengan sebaik-baiknya, karena aku sudah bosan mengurus murid-murid yang tidak mengikuti peraturan di sini," ujar Mr. Wilson seraya tertawa setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya begitu juga Fay yang mendengar kalimat terakhir Mr. Wilson.
"Well, itu sudah tugas Anda Mr. Wilson," ujar Fay setelah tawa singkatnya berhenti, kemudian melanjutkan "Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Fay sopan dan mendapat anggukan kepala Mr. Wilson.
Ia berdiri dari duduknya dan membungkuk sopan memberi salam kepada Mr. Wilson sebelum keluar dari ruangannya.
Fay beridiri membelakangi pintu ruangan Mr. Wilson setelah menutup pintu tersebut. Ia benafas lega meningat urusannya telah selesai dan besok ia sudah resmi menjadi mahasiswa di Capital University. Ia tersenyum bangga sebelum melangkahkan kakinya ke sepanjang koridor yang ia sendiri pun tak tahu akan membawanya kemana, karena ia melangkah melewati koridor yang pertama kali membawanya ke ruangan Mr. Wilson.
Masih dengan senyum yang tersungging diwajahnya, Fay menaiki tangga yang ia temukan di ujung koridor tersebut dan sekarang sampailah ia di rooftop gedung setelah menaiki tangga yang sangat banyak. Dan ia pun baru ingat kalau ruangan Mr. Wilson berada di lantai dua teratas sebelum rooftop.
Menyadari bahwa sebelah tangannya masih memegang kenop pintu, Fay pun melepaskannya dan berjalan ke tengan rooftop, sampai sekarang ia berdiri dibelakang pembatas gedung dan pandangannya tertuju ke depan, menikmati pemandangan kota London yang luar biasa dari atas sini ditambah lagi dengan semburat jingga yang menunjukan bahwa sebentar lagi matahari berganti tugas dengan rembulan.
Fay merapatkan jaket yang ia kenakan saat dirasakannya angin berhembus kencang di atas sini. Masih menikmati pemandangan di depannya, Fay meraih ponsel dari saku jaketnya, dan detik berikutnya ia asik memotret pemandangan di depannya, puas dengan hasilnya Fay kembali memasukan ponselnya.
"Aku tahu kalau keputusanku sekarang adalah tepat!" tegasnya lirih lalu berbalik badan dan hendak melangkah. Namun belum sempat melangkah, pintu rooftop terbuka dengan tiba-tiba dan menghadirkan seorang pria dengan bennie abu-abunya.
Seketika, dua insan itu terkejut dengan pemandangan di hadapan mereka masing-masing. Badan mereka menengang, tak percaya dengan apa yang mereka lihat sekarang.
"Kau?!" ucap mereka lirih secara bersamaan.
"Kau kenapa ada di sini?" tanya pria itu kepada Fay, nada bicaranya sarat akan keterkejutan dan ketidakpercayaan.
--------------------------------------------------------------
nge-stuck dan pendek!
but, I always hope you like it!
vomments. xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Or Angel (The Secret Agent) (h.s/z.m)
Fiksi PenggemarLife is unpredictable! Hidup Fay Fanning berubah ketika ia pindah ke London untuk melanjutkan studinya di Capital University. Dia bertemu dengan One Direction, One Direction adalah sebuah agen rahasia yang berkedok sebagai sebuah band, yang bekerja...