Bab 8

23.7K 663 72
                                    

Kak Melo lagi gila, guys. Dia obral PDF Majikan Adalah Maut, Love Heals, dan Love Pilots cuma 50k aja! Tiga judul lho, cuma 50k aja. Kalau kalian beli di Karyakarsa/KBM per judul itu sekitar 99k kalau beli sampai tamat. Ini PDF-nya diobral semurce ini.... Cuma untuk 10 orang tercepat aja! 

*** 

Genap satu bulan sudah Hana tinggal di Jakarta. Meski demikian ia hanya menghabiskan waktu di apartemen Juan. Setelah pekerjaan rumah beres Hana menonton YouTube, mencari tutorial ini dan itu. Sesekali ia menonton serial India favoritnya, Jodha-Akbar. Ada satu tokoh yang kemunculannya selalu mengingatkan Hana pada sosok Mayang, namanya Maham Anga. Antagonis yang menjadi pemantik darah tinggi pemirsa. Sama seperti Mayang, yang sering sekali datang ke apartemen Juan untuk mengatur Hana. Untungnya Hana sabar dan tawakal menghadapi cicitan ibu majikannya tersebut. .

Juan sendiri merasa nyaman dengan Hana. Gadis itu tak pernah melanggar batas. Tak pernah mengganggu privasi Juan. Masakan Hana yang cocok di lidah Juan, membuat lelaki tiga puluh tahun itu betah makan di rumah.

"Han, ini gaji kamu." Juan yang baru keluar kamar menghampiri Hana yang sedang sibuk mengangkat jemuran.

Hana menerima dengan wajah suka cita. "Terima kasih, Mas."

"Hitung dulu baik-baik."

Hana mengikuti saran Juan. Ia membuka amplop cokelat pemberian sang majikan lalu mengeluarkan isinya. Terdapat dua gepok uang, masing-masing gepokan bernilai dua juta rupiah. "Loh, bukannya gaji saya cuma 2 juta, kok ini ada 4 juta. Mas salah masukin, kah?"

"Tadinya saya berencana bayar kamu setengah harga, sesuai penawaran Mbak Saroh, karena saya pikir kamu tidak bisa kerja atau kasarnya masih coba-coba. Ternyata pekerjaan kamu profesional dan memuaskan, jadi sudah sewajarnya saya mengaji penuh."

"Waaaah, makasih banyak, Mas. Kalau begini saya bisa kirimi uang buat ibu saya di kampung. Biar adik-adik saya bisa makan lauk lain selain tempe, hehe." Rohana benar-benar gembira. Jika saja saat ini tak ada Juan di hadapannya. Mungkin Hana sudah jingkrak-jingkrak kegirangan.

"Ya sudah, kamu simpan dulu gajimu sebelum kembali bekerja." Usai memberi titah itu Juan duduk di sofa untuk mengangkat teleponnya yang bergetar.

["Kamu ke sini jam berapa? Mama sudah suruh Saroh masak makanan favorit kamu, eh yang ditunggu-tunggu malah nggak dateng. Ini sudah dua minggu loh kamu nggak dateng, Juan. Kamu marah sama Mama?" Suara Mayang terdengar nyaring.]

Juan memang telah absen mengunjungi kediaman Mayang dua minggu ini.

"Aku tidak suka dijodoh-jodohkan, Ma. Kenapa Mama masih saja mengirim gadis-gadis konyol itu ... ke kantor lagi. Mama pikir kantorku taman bermain? Aku kerja, Ma. Banyak hal harus aku handle. Tidak ada waktu untuk meladeni Irene, Natasya, Lidya, Zurra, dan siapa lagi anak teman-teman arisan Mama itu."

["Mama minta maaf, Juan. Namanya juga usaha, siapa tahu salah satu dari mereka bisa nyantol hati kamu. Mama kebakaran jenggot liat Brian kenalin calonnya ke kakekmu. Kamu pengertian dikit, dong. Cepetan nikah!" Mayang berkata dengan nada memelas.]

"Aku tidak akan menikah dengan siapapun! Mama sebaiknya berhenti sebelum aku memutuskan tidak mau menemui Mama lagi." Juan memutus sambungan telepon bahkan sebelum Mayang sempat membalas ucapannya.

Jadilah wanita paruh baya di seberang panggilan meraung sedih di kamarnya.

"Juaaaaaaaaaaan, kenapa kamu jadi seperti ini. Apa salah Mama mengandung?"

"Ma, sudahlah, kita doakan saja Juan." Abdi menenangkan istrinya dengan mengelus punggung Mayang.

"Enggak bisa dong, Pa. Kita enggak boleh diem aja Juan dikalahkan sama Brian. Kalau sampai anak adikmu itu nikah duluan, bisa-bisa ayahmu pilih Brian yang jadi direktur utama. Padahal Juan jauh lebih kompeten daripada si Brian-sek itu," cerocos Mayang sambil mengepalkan tangan geram.

MAJIKAN ADALAH MAUT [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang