Chelsea duduk menyilangkan kaki sambil sesekali mengecek ponselnya. Jari-jarinya yang lentik mengetuk meja tanda tak sabar. Sesekali ia menyesap kopi pesanannya yang mulai terasa dingin karena didiamkan selama beberapa menit.
"Mana sih dia" gumamnya khawatir. Chelsea kembali menyalakan ponselnya yang dalam keadaan locked. Setelah memasukan password, ia dapat melihat fotonya bersama orang yang ia tunggu sebagai wallpaper. Chelsea merangkul erat leher orang itu sambil menunjukan wajah marah, sementara yang dirangkul menunjukan wajah tersiksa karena lehernya tercekik. Senyum tipis tersungging di bibir ranum Chelsea. Namun segera menghilang karena ternyata tak ada pesan yang masuk dari orang itu. Ia merasa jengkel. Padahal sudah beberapa minggu mereka tidak bertemu, tapi hari ini orang itu malah datang terlambat.
"Hoooi Chels" panggil seseorang. Chelsea mendongak. Dari suaranya yang sudah sangat akrab di telinga, Chelsea tau bahwa yang memanggilnya adalah orang itu. Lagi, sebuah senyum terukir di bibirnya. Dan lagi juga, senyum itu segera menghilang. Chelsea merengut saat pria bertubuh tinggi serta berbadan atletis itu berjalan menghampirinya. Pria itu memasang senyum sumringah tanpa menunjukan rasa bersalah sama sekali.
"Kamu terlambat, Deva" sembur Chelsea saat Deva kini duduk di sampingnya.
"Yah maaf. Baru bubar syuting jam delapan tadi" Deva merebut gelas kopi Chelsea. Tanpa menunggu persetujuan gadis itu, dia mulai menyesap isinya. Chelsea tak keberatan. Hal semacam ini sudah sangat biasa dilakukan Deva.
"Udah dingin"
"Iyalah dingin. Saking lamanya aku nungguin kamu dateng"
"Oooh ngambek?" Deva memandang Chelsea yang segera membuang muka. Chelsea mulai merajuk lagi. Kebiasaan yang membuat pria manapun bukannya jengkel tapi malah gemas. Termasuk untuk Deva. Deva merangkulnya. Ia masih setia menatap gadis itu walau yang ditatap memalingkan wajahnya.
"Maafin aku ya" katanya tulus. Selang beberapa detik, Chelsea mulai menoleh. Akhirnya ia menatap balik pada Deva. Kalau sudah begini, Deva tau Chelsea sudah memaafkannya. Ia menghadiahkan sebuah kecupan kecil di pelipis gadis itu.
"Eh ayo. Nanti kita kelewatan" ajak Deva sambil beranjak dari duduknya. Chelsea tak berkomentar. Masih memikirkan kecupan tadi yang sukses membuat jantungnya berdetak tak normal. Ia segera meraih sling bagnya kemudian menggandeng lengan Deva. Mereka berjalan berdampingan menuju sebuah XXI, hendak menjalankan salah satu hobi mereka yaitu menonton film indonesia.Deva dan Chelsea pacaran? Tidak, mereka tidak pacaran. Lantas mengapa mereka kelihatan begitu dekat? Jawabannya mungkin karena waktu. Yah, kedekatan yang ada diantara mereka tercipta seiring dengan berjalannya waktu. Butuh waktu lama bagi mereka untuk mencapai tahap ini. Deva dan Chelsea bertemu untuk pertama kalinya dalam sebuah sitkom. Disana, mereka dipasangkan sebagai suami-istri. Kondisi yang mau tidak mau membuat mereka harus dekat satu sama lain demi membangun chemistry. Di mata Deva, Chelsea adalah sosok yang luar biasa. Disamping parasnya yang amat cantik, ia memiliki karir yang bagus dan merupakan orang yang pandai. Semua orang akan tau bahwa Chelsea bukan orang bodoh saat ia berbicara. Nada bicara Chelsea tegas, kata-kata yang ia keluarkan santun dan bermutu. Deva merasa tertampar setiap kali ia melihat gadis yang lima tahun lebih muda darinya itu. Tak dapat dipungkiri, ia tertarik padanya. Sementara bagi Chelsea, awalnya, Deva tidak istimewa. Deva memang tampan. Deva memang baik. Chelsea juga mengagumi Deva yang multitalenta. Akting, presenting, menyanyi, bermain alat musik, DJ, apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Deva Mahenra. Namun sayang saat itu hati Chelsea telah diisi oleh pria lain. Kiky. Kekasihnya yang kini tengah menempuh ilmu di luar negeri. Jadi Deva tidak istimewa.
Tak sulit membangun kedekatan diantara Chelsea dan Deva. Karena dari segi obrolan, mereka sangat cocok. Mereka sama-sama memiliki pengetahuan yang luas. Serandom apa pun topik pembicaraan, mereka berdua dapat tetap menikmati obrolan, bahkan sampai berjam-jam lamanya. Namun dari segi tingkah laku, mereka jauh berbeda. Chelsea adalah tipikal orang yang serius, sementara Deva sangat suka bercanda. Saking suka bercandanya, Deva jadi salah satu hiburan tersendiri bagi kru serta pemain lain dalam sitkom tersebut ketika mereka sedang shooting. Tapi, bisa dibayangkan bukan reaksi Chelsea saat itu?
'Apa sih orang ini? Gak mau diem banget', pikirnya. Namun Chelsea tak dapat melepaskan matanya demi melihat segala tingkah polah Deva.
'Apa sih orang ini? Garing banget', pikirnya. Namun Chelsea tetap tak bisa menahan tawanya saat Deva melontarkan lelucon.
'Apa sih orang ini? Jahil banget. Bikin kesel', pikirnya lagi. Namun Chelsea tak dapat marah saat Deva mengerjainya. Malah Chelsea balas mengerjainya. Tertular isengnya Deva. Atau lebih tepatnya, tidak mau kalah dari si lawan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Bond
FanfictionSebuah cerita tentang Deva & Chelsea di balik layar. Cerita cuma fiksi belaka ya. Hasil imajinasi penulis yang baperan. Selamat membaca bagi yang suka :)