Replace Him [Attack on Titan, Before the Fall Oneshot]

43 2 2
                                    

Attack on Titan Before the Fall © Ryo Suzukaze
Attack on Titan © Hajime Isayama
Tidak ada keuntungan yang didapatkan dari fanfiksi ini.
Bahasa Indonesia
(A/N: Well, my first fic on Wattpad,enjoy^^)

P.S: Ini hasil revisinya. Gak dirombak habis-habisan 'kok. Ceritanya masih sama, namun penulisan sedikit dirapihkan—BlondyAlmond

XXX

 Kepergian Solm yang tiba-tiba memukul Maria lebih dari apapun. Ya ya ya. Mereka telah memiliki status sederajat lebih tinggi dari 'Teman Masa Kecil' dan kini Solm meninggalkan dirinya. Hanya dengan sebuah janin kecil yang berniang di dalam perutnya.

Kecewa, sedih, dan terpukul. Bukan hanya ia yang merasakannya, Angel pun sama. Muram dan hampa tampak jelas dalam raut wajahnya akhir-akhir ini (terutama karena Solm rela mati demi Angel ,sih). Wajahnya pucat pasi—seperti orang sakit. Ia tampak sangat lemah. Maria pun yakin, bisa saja Angel terjatuh dan pingsan kapan pun.

Gagalnya ekspedisi menimbulkan berbagai spekulasi masyarakat di dalam tembok dan (terutama) menimbulkan luka yang amat mendalam di dada Maria dan semua keluarga yang kehilangan dalam ekspedisi. Solm mati sebagai seorang pahlawan yang pertama kali berhasil membunuh titan.

Tak pasti (memang) karena jasad dari makhluk tak biadab itu menghilang begitu saja setelah mengeluarkan asap, tetapi Angel menganggap bahwa titan itu telah mati (ya, meskipun cara membunuhnya membutuhkan tumbal nyawa, yaitu Solm). Maria tak mau tahu, Solm mati demi Angel—demi seluruh manusia di dalam tembok. Tetapi, Maria mulai bepikir, "Apakah orang-orang bodoh di dalam tembok ini lebih penting dibandingkan aku? Lebih penting dari bayimu sendiri?"

Maria tahu jalur pikirannya semakin kacau setelah kepergian Solm, tetapi ia bukanlah satu-satunya. Oleh karena itu, Maria tetap berusaha tegar di hadapan khalayak banyak, dan mengeluarkan semua perasaannya malam hari sebelum tidur, dan diiringi doa tulus untuk sang pujaan hatinya yang membuat anak di dalam perutnya dapat turun ke dunia.

.

Rosa. Entah mengapa nama itu terfikirkan olehnya. Namanya Maria—sama seperti tembok raksasa pelindung umat manusia, dan Maria mulai berfikir bahwa nama Rosa cocok untuk nama anaknya kelak karena 'Rosa' terdengar seperti 'Rose'. Maria tersenyum samar, kedua matanya mulai terasa pedih. Solm, apa kau menyukai nama itu?

"Maria," Suara parau yang familier memasuki indranya. Angel berdiri di sana. Dengan pakaiannya yang kotor akibat bekerja di bengkel seharian ini, dan juga kulit putihnya yang pucat. "apa kabar kalian berdua?"

Maria terkekeh pelan seraya meninju pelan bahu Angel yang tampak amat kokoh. Tak ia sangka sama sekali. Sahabatnya Angel akan dapat tumbuh menjadi lelaki yang amat menawan. Bukan hanya Angel, Solm juga begitu.

"Kami baik." Maria menjawab dengan suara cukup lesu.

Angel bungkam cukup lama, lalu menarik nafasnya cukup panjang setelah mengamati benteng Maria yang memiliki tinggi 50 meter. Bel kebebasan berdentang keras, dan Angel menatap Maria dengan sayu. "Maaf, Maria. Andai saja aku lebih—"

"Apa Solm tampak menakjubkan di luar sana?" Maria mengapit bibirnya erat, kedua matanya terasa begitu perih.

Angel tak dapat berkata cukup lama. "Andai ... andai aku tidak lemah dan payah, pasti Solm masih berada di sini, lalu ia akan mulai merangkulmu pelan, lalu mengajak bayi di dalam perutmu berbicara."

"Ia pasti bisa menjadi seorang ayah yang hebat."

Angel mengangguk. "Iya."

Kesunyian mengisi ruang di tengah percakapan intim mereka. "Bagaimana perasaanmu?" Tanya Angel.

Replace HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang