cukup bahagiamu

1.1K 44 12
                                    

"Perhatian perhatian. Bagi seluruh penumpang gajayana expres...." begitu terdengar suara pengumuman dari dalam stasiun ini. Aku segera melangkahkan kakiku menuju gerbong kereta yang akan ku naiki. Hari ini aku memutuskan untuk pulang kekampung halamanku. Kota yang sudah lama kutinggalkan sejak aku memutuskan meneruskan mimpiku di ibukota negara ini. Kini aku kembali untuk sedikit refreshing dari tugas-tugasku yang menumpuk belakangan ini. Sekedar bertemu keluarga dan sahabat sahabatku. Oh iya satu lagi, orang yang spesial dalam hidupku. Cinta pertamaku atau cinta dalam diamku lebih tepatnya.

Kujatuhkan badanku diatas tempat tidur setelah berjam jam harus duduk didalam kereta. Cukup melelahkan juga, namun terobati oleh pemandangan kota ini slama diperjalanan tadi. Kota yang masih sama seperti dulu. Belum ada banyak perubahan. Mungkin sedikit pembangunan di beberapa sudut kota ini. Cukup luar biasa setelah kutinggalkan cukup lama.

"Boby, bangun!!" suara terdengar dari seberang pintu kamar. Suara yang kurindukan, suara wanita paruh baya. ya ibuku dia membangunkanku yang ketiduran sejak datang kemarin. Aku segera menuju kamar mandi membersihkan badanku. Dan kemudian turun untuk sarapan bersama keluargaku yang kurindukan selama ini.

Pagi ini kuputuskan jalan jalan dikota kelahiranku ini. Pergi ketaman dimana aku sering mengunjunginya saat itu. Ku ambil posisi duduk dikursi kayu taman ini. Kupejamkan mataku menghadap kelangit. Sinar mentari terasa hangat menyentuh wajah ini.

" hai " terdengar suara yang membuyarkan lamunan ini sedari tadi. "Shania ?" ucapku pada gadis yang tengah duduk disampingku saat ini. "Hehe, sudah lama ya" jawabnya dengan eyessmile nya yang selalu berhasil membiusku. Kugelengkan kepalaku tanda aku tak terlalu lama menunggunya karena bagiku menunggu dia beberapa lama pun aku tak akan pernah keberatan. Ah, berpikir apa aku kali ini, lupakan aku hanya sahabatnya. Hari ini kita putuskan jalan bersama. Mengisi waktu libur sekolah kita. Berjalan jalan ditempat tempat wisata. Pergi nonton, cari makan dan segala keasyikan lainnya. Kita berhenti disebuah bukit melihat indahnya sunset saat itu. Dia sandarkan kepalanya dipundakku. Apakah dia tak tahu dia sudah merusak detak jantungku saat ini. Huft, tapi aku mencoba menetralisirnya. Cukup lama kita diam tanpa kata.

"Bob, kau tau gery kelas sebelah ?" sebuah kalimat akhirnya keluar dari mulutnya. Kuanggukan kepalaku tanda mengerti karena seluruh sekolahpun tahu siapa gery itu. Dia adalah atlit futsal terkenal di sekolahku. Dia berparas tampan menurut wanita wanita dan keren katanya. "Kau tahu, kemarin aku diajak lihat sunset gini juga lho" cukup shock bagiku kenapa dia bisa jalan dengan cowok itu. "Koq kaget sih ? Oh iya lupa. Aku belum cerita kalo 1 minggu yang lalu aku sudah resmi pacaran denganya. Hehe, maaf ya belum sempat cerita" ucapnya meneruskan ceritanya setelah melihatku sedikit kaget mendengar penuturan pertamanya dengan eyessmile. Kali ini bagai tersambar petir mendengar penjelasannya. Jujur aku sudah mendengar semua itu. Tapi itu hanya dari mulut teman temannya. Aku masih belum percaya saat itu karena shania sendiri tak bercerita langsung denganku seorang sahabatnya sejak kecil. Kali ini rasanya mati rasa, namun kucoba untuk terlihat biasa saja dihadapannya. "Wah parah.. Jadian gak ngomong2. Takut aku mintain pj ya ? Jahat bener" aku mencoba menggodanya meskipun perasaan ini terasa hancur berkeping keping. Dia memanyunkan bibirnya, meminta maaf. Maaf ? Tak mengobati rasa sakit ku sebenarnya tapi siapalah aku ini. Kucoba terlihat tegar dan memaafkanya yang tak mau bercerita denganku. Kini kita bercanda dan sedikit melupakan rasa sakit yang kurarasakan. Aku melihatnya bahagia senja ini. Mendengarkan cerita cerita nya saat bersama gery. Terlihat betapa antusiasnya dia, jujur sakit perasaan ini tapi melihatnya bahagia saja sudah cukup bagiku. Kita putuskan untuk pulang. Rumah kita bersebelahan. Mungkin hanya berjarak 5 meter.

Pagi ini seperti biasa aku menjemput shania sahabatku. Ya cuman sebatas sahabat. Kupanggil dia dari luar pagar rumahnya cukup lama hingga dia muncul dengan senyum dibibirnya. "Yuk, berangkat" ucapnya dengan semangat. Kita bersahabat sejak kecil. Rumah kita bersebelahan dan kebetulan kita selalu diterima disekolah yang sama. Itulah kenapa sampai sekarang pun kita selalu berangkat bersama.

cukup bahagiamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang