Prolog : My Sign

35 4 0
                                    

Matahari sudah menyapa terlebih dahulu dari ufuk timur sebelum mata Dena terbuka. Bahkan sayup-sayup terdengar suara seseorang yang familiar di telinganya memanggil namanya berkali-kali. Tapi, Dena sama sekali tidak peduli dan berusaha menyumpal kepala dan telinga dengan bantal. Berusaha untuk tidak mendengarnya.

"Dena! Cepat bangun! Kenapa di saat seperti ini kau malah masih tidur?!" Teriak Kak Fanny yang langsung saja masuk tanpa mengetuk pintu. Membuat Dena risih. Sebenarnya ia sangat ingin untuk bangun pagi. Namun kelopak matanya yang minta di tutup masih sulit untuk di kompromi. Apalagi kemarin Dena sampai tidur terlalu malam karena mempersiapkan barang-barangnya untuk hari ini.

"Lima menit lagi, kak." Jawab Dena yang masih betah di dalam selimut tebalnya. Mendengar jawaban dari adik satu-satunya itu, Kak Fanny makin kesal.

"Sudah tidak ada waktu lagi. Ayo cepat mandi sana!" Teriak Kak Fanny makin ganas sambil menarik selimut yang di pakai Dena yang masih meringkuk di ranjangnya. Udara pagi yang dingin langsung menyergap tubuh Dena ketika selimut itu ditarik. Membuat Dena tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perkataan kakaknya yang berselisih lima belas tahun dengannya itu.

"Iya, iya. Aku akan mandi." Kata Dena yang masih mengucek-ngucek matanya. Sesekali Dena menguap. Dengan langkah gontai Dena mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Kak Fanny hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah laku Dena. Lalu Kak Fanny mengedarkan pandangannya pada seisi kamar adiknya itu. Sangat berantakan sekali. Kak Fanny hanya dapat menghela nafas.

"Ini kamar atau kapal pecah?" Ujarnya pelan.

...

Dhierana Angelane. Sebuah nama yang kini sudah tercetak di passport Dena. Karena menurutnya nama itu terlalu rumit dan tidak mudah di ingat, ia memutuskan untuk orang lain memangilnya Dena. Lebih simple karena hanya ada dua kata di nama itu. Sebenarnya Dena hanya mengikuti kakaknya saja. Kak Fanny. Nama panjang Kak Fanny adalah Dheofanny Angelane. Intinya sich hanya mengikuti sang kakak. Kakaknya adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki olehnya saat ini. Kedua orangtuanya sudah meninggal karena sebuah kecelakaan. Dena menggelengkan kepalanya. Sempat sekilas bayangan negative bahwa suatu hari kakaknya meninggal melintas di benaknya. Tidak. Itu tak boleh terjadi. Kak Fanny tidak boleh mati. Kalaupun itu terjadi. Dena tidak akan diam saja. Pasti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Airin SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang